Home / Romansa / Pengantin di Gerbang Hitam / Bab 27 Pengakuan Arden

Share

Bab 27 Pengakuan Arden

Author: Aira Jiva
last update Last Updated: 2025-12-18 18:32:48

“Kau tahu, Aruna,” suara Arden terdengar dari balik pintu yang baru saja terbuka, “kalau aku datang jam segini ke ‘penjara sutramu’, itu artinya Dewan sudah mulai bergerak lebih cepat dari dugaanku.”

Aruna menoleh dari sofa, jepit rambut masih di tangannya.

“Oh, bagus. Jadi aku tidak membongkar jam alarm itu dengan sia-sia. Silakan masuk, Tuan Kaeswara. Tahanan politikmu siap menerima briefing tengah malam.”

Arden tidak menanggapi sindiran itu. Ia masuk perlahan, menutup pintu, lalu berdiri mematung sejenak... seperti pria yang sedang memilih kata paling menyakitkan untuk diucapkan.

“Besok,” katanya akhirnya, “nama Layla akan disebut di Dewan.”

Aruna menegang.

“Sebagai korban?”

“Atau sebagai senjata?”

“Sebagai mayat,” jawab Arden datar.

Hening jatuh. Kali ini Aruna tidak bercanda.

“Kau bilang padaku Layla adalah saksi hidup,” ujar Aruna pelan. “Bukan simbol.”

“Dia hidup,” Arden menatap Aruna, matanya merah lelah. “Tapi dunia percaya dia sudah mati. Dan akulah yang memastikan itu.”

Aru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 28 Pengakuan dan Gairah

    Udara di kamar itu berubah.Bukan karena pintu tertutup. Bukan karena malam.Melainkan karena dua orang di dalamnya sama-sama berhenti berpura-pura.Arden berdiri terlalu dekat. Atau mungkin Aruna yang melangkah terlalu jauh. Tidak jelas siapa yang memulai... yang jelas, jarak di antara mereka lenyap tanpa permisi.“Aku tidak tahu bagaimana cara berhenti,” suara Arden rendah, seperti gesekan logam. “Aku sudah terlalu lama menahan semuanya. Dan sekarang...”“Sekarang kau gemetar,” Aruna menyela pelan.Arden tertawa pendek. Bukan tawa lucu. Lebih seperti orang yang akhirnya ketahuan rapuh. “Karena aku takut kalau aku menyentuhmu, aku tidak akan bisa berhenti.”Aruna mendongak. Tatapannya tenang, terlalu tenang untuk situasi seberbahaya ini. “Kalau begitu jangan berhenti.”Kalimat itu jatuh seperti korek api ke bensin.Arden mencengkeram pinggang Aruna... keras, hampir kasar, tapi penuh kendali yang nyaris runtuh. Tarikan itu membuat tubuh Aruna menabrak dadanya, dan detak jantung mereka

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 27 Pengakuan Arden

    “Kau tahu, Aruna,” suara Arden terdengar dari balik pintu yang baru saja terbuka, “kalau aku datang jam segini ke ‘penjara sutramu’, itu artinya Dewan sudah mulai bergerak lebih cepat dari dugaanku.”Aruna menoleh dari sofa, jepit rambut masih di tangannya.“Oh, bagus. Jadi aku tidak membongkar jam alarm itu dengan sia-sia. Silakan masuk, Tuan Kaeswara. Tahanan politikmu siap menerima briefing tengah malam.”Arden tidak menanggapi sindiran itu. Ia masuk perlahan, menutup pintu, lalu berdiri mematung sejenak... seperti pria yang sedang memilih kata paling menyakitkan untuk diucapkan.“Besok,” katanya akhirnya, “nama Layla akan disebut di Dewan.”Aruna menegang.“Sebagai korban?”“Atau sebagai senjata?”“Sebagai mayat,” jawab Arden datar.Hening jatuh. Kali ini Aruna tidak bercanda.“Kau bilang padaku Layla adalah saksi hidup,” ujar Aruna pelan. “Bukan simbol.”“Dia hidup,” Arden menatap Aruna, matanya merah lelah. “Tapi dunia percaya dia sudah mati. Dan akulah yang memastikan itu.”Aru

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 26 Negosiasi Kepercayaan

    “Ulangi.”Satu kata itu jatuh dingin dari bibir Arden, memecah udara aula yang sudah membeku. Tangannya mengepal, terlalu erat untuk sesuatu yang seharusnya hanya selembar kertas.Kuitansi transfer bank Swiss.Nama penerima itu membakar telapak tangannya seperti besi panas. Terlalu dikenal. Terlalu dekat. Terlalu… mustahil.Arden menatap Aruna, perlahan, seolah takut dunia akan runtuh jika ia berkedip.“Dia…?” Suaranya pecah di tengah kata. “Dia yang mengatur semua ini?”“Sebagian,” jawab Aruna tenang, melangkah mendekat tanpa ragu. Suaranya datar, nyaris kejam karena terlalu jujur. “Dia bukan satu-satunya, Arden. Tapi dia yang membuka pintu. Dia tahu segalanya... perusahaan, Layla, cara berpikirmu... karena selama ini dia berdiri tepat di sampingmu.”“Jangan sentuh aku.”Arden menarik lengannya kasar dan berbalik. Bukan karena benci... melainkan karena takut. Takut jika ia tetap di sana, kehancuran itu akan tum

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 25 Aruna Dipenjara

    Udara di aula itu terasa membeku.Bukan karena malam, melainkan karena satu nama yang kini membakar telapak tangan Arden seperti besi panas. Kuitansi transfer bank Swiss itu tampak ringan, terlalu ringan untuk bobot kehancuran yang dibawanya. Nama penerima yang tercetak rapi di sana adalah nama yang selama ini ia lindungi, ia percaya, ia tempatkan paling dekat dengan pusat kekuasaannya.Kemarahan Arden pada Aruna runtuh seketika, menguap tanpa sisa. Yang tersisa adalah sesuatu yang jauh lebih berbahaya, kebencian dingin bercampur rasa bersalah yang mematikan.Arden mendongak.Tatapannya bertemu Aruna dan untuk pertama kalinya malam itu, tidak ada tuduhan di sana. Hanya kehancuran.“Dia…?” suara Arden tercekat. Ia tidak sanggup menyebut nama itu. “Dia yang mengatur semua ini?”“Sebagian,” jawab Aruna tenang, melangkah mendekat tanpa ragu. “Dia bukan aktor tunggal, Arden. Tapi dialah tangan yang menggerakkan tirai. Dia tahu semuany

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 24 Kemarahan Yang Terluka

    “APA YANG KAU LAKUKAN, ARUNA?!”Suara Arden menghantam aula seperti ledakan. Bukan teriakan kosong... ini amarah yang lahir dari ketakutan paling purba. Aruna bahkan belum sempat memutar tubuhnya sepenuhnya ketika tangan Arden sudah mencengkeram bahunya, kuat, panas, seolah ingin memastikan ia benar-benar nyata dan belum lenyap dari jangkauan.“Kau mempertaruhkan Layla?” Arden mendesis, napasnya berat, memburu. “Setelah semua yang terjadi? Setelah aku bilang padamu, setelah kita sepakat... bahwa dia HARUS dijauhkan dari bahaya?”Tatapan matanya gelap, bergejolak. Bukan hanya marah. Terluka.“Kau berjanji padaku, Aruna.”Cengkeraman itu menyakitkan. Tapi Aruna tidak meronta. Ia berdiri tegak, bahunya kaku, matanya menatap lurus ke wajah Arden tanpa menghindar. Tidak ada ketakutan di sana... hanya kelelahan yang terlalu dalam untuk disembunyikan.“Aku tahu,” jawab Aruna pelan. Tenang. Terlalu tenang untuk situasi sebrutal ini. “Dan kau berhak marah.”Arden tertegun sepersekian detik.“J

  • Pengantin di Gerbang Hitam   Bab 23 Layla Menyerang

    Setelah briefing intens bersama Arden, yang level tegangnya sama kayak rapat direksi sambil dicekoki bom waktu... Aruna merasa otaknya perlu defragmentasi. Tapi bukannya istirahat, kaki Aruna malah otomatis membawa dirinya kembali ke Sayap Kiri.Arden sih balik ke ruang kerja, pura-pura fokus dengan dokumen pertahanan berbasis kode Layla, tapi Aruna tahu: kalau dia tidak memeriksa Layla sekarang… pikirannya bakal muter-muter kayak fidget spinner murahan.Dengan secangkir kopi super panas sebagai senjata spiritual, Aruna berjalan pelan. Ia memutar kunci Camellia seperti membuka ruangan rahasia di game.“Pasword accepted,” gumamnya ke diri sendiri. “Akses istri resmi Kaeswara, aktif.”Begitu masuk, Aruna langsun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status