Share

7. Gawat!

"Aktingmu sangat baik sebagai orang sakit."

Liana seketika menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara seorang pria. Liana pun tersenyum saat melihat Daniel, seorang dokter yang harus berbohong demi misinya. Liana tahu kalau perbuatan ini bertentangan dengan pekerjaan Daniel, tapi ini benar-benar perlu dilakukan.

"Apa kau sudah lupa? Dulu, aku adalah pemeran utama saat pentas drama di sekolah kita," ucap Liana, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Liana juga mengambil permen dari dalam tasnya untuk ia nikmati.

"Apa kau mau permen?" Liana menawarkannya pada Daniel dan diterima dengan baik oleh pria itu.

"Bagaimana perkembangannya? Apa ini berjalan baik?" tanya Daniel yang saat ini duduk di sebelah Liana.

"Belum begitu baik, tapi aku harap ke depannya akan lebih baik. Maaf karena melibatkanmu dalam kebohongan ini. Kau adalah dokter dan pasti merasa sangat bersalah karena harus berbohong seperti ini."

"Jika itu demi Hannah, maka aku akan melakukannya. Dallen harus menyadari kesalahannya atau dia akan menyesalinya karena kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan."

Liana terdiam mendengar ucapan Daniel, tapi ia setuju dengan apa yang Daniel katakan. Di usianya yang semakin tua, Liana takut membayangkan jika suatu saat ia pergi dari dunia ini dan sikap Dallen masih seperti itu pada Hannah.

Bagaimana Hannah akan menjalani hidupnya dalam keadaan seperti itu?

***

Seperti janji Dallen pada ibunya, maka kini ia sudah berdiri di depan kamar Hannah untuk mengajaknya tidur bersama. Namun, sudah 3 menit Dallen berdiri di sini dan belum mengambil aksi apa-apa. Sekali lagi, Dallen belum siap untuk semua ini.

Melihat wajah Hannah saja Dallen sudah marah karena mengingatkannya pada hari kematian Rosa dan ketika menyebut namanya rasanya seolah ia sedang mengucapkan selamat tinggal pada Rosa. Lalu, sekarang ia harus tidur bersama Hannah?

Astaga, Dallen tidak bisa membayangkan kalau sepanjang malam ia harus melihat wajah Hannah. Pasti akan sangat menyiksa, pikir Dallen.

Saat Dallen sempat membalikkan badannya karena berniat pergi, tapi ia mengingat ancaman ibunya dan ia tidak bisa mengabaikan hal itu. Dallen memutar badannya lagi dan di saat bersamaan, Elena keluar dari kamar Hannah.

Dallen dan Elena kini berhadapan dengan rasa canggung yang masih begitu terasa, karena insiden penumpahan jus itu masih begitu membekas di benak mereka. Namun, Elena berusaha mengendalikan diri karena aneh rasanya melihat Dallen tiba-tiba berdiri di depan kamar Hannah.

"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Elena.

"Bukankah kau mata-mata Ibuku? Apa kau belum menerima kabar kalau malam ini aku harus tidur bersama anak ... maksudku Hannah?" ujar Dallen.

"Di mana dia?" tanya Dallen.

"Hannah sudah tidur. Tapi, apa Anda sungguh akan tidur bersama Hannah?" Elena senang mendengar Dallen akhirnya akan bergerak maju lagi. Namun, apakah aman meninggalkan Dallen berdua bersama Hannah saja?

"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh melakukannya?" Dallen balik bertanya pada Elena.

"Minggir!" Dallen kini mendorong Elena agar menjauh dari jalannya.

Elena tidak menghentikan Dallen karena pria itu mengatakan kalau ini adalah permintaan Liana. Elena hanya memperhatikan Dalllen yang kini mengangkat Hannah untuk dibawa ke kamarnya. Elena berjaga-jaga kalau saja Dallen bersikap kasar lagi.

Dallen tahu kalau Elena memperhatikannya, jadi ia bersikap begitu lembut pada Hannah. Karena sikap lembut Dallen, Hannah masih terlelap dalam tidurnya ketika sampai di kamar Dallen dan berbaring di ranjang besar pria itu.

Elena berdiri di ambang pintu kamar Dallen untuk memastikan kalau pria itu tidak kasar pada Hannah dan sejauh ini semuanya baik-baik saja. Namun, Elena masih belum bisa menyingkirkan rasa khawatirnya pada Hannah, sebab Dallen bisa berubah sewaktu-waktu.

"Hannah sudah tidur, jadi sudah saatnya kau ke kamarmu. Pergi sana!" ucap Dallen yang merasa terganggu dengan kehadiran Elena di depan kamarnya.

"Tapi, Pak Dallen ..." Elena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi karena Dallen yang sudah menutup pintu kamarnya.

Di saat bersamaan, Elena menerima pesan dari Liana yang menanyakan apakah malam ini Dallen sungguh tidur bersama Hannah. Elena membalas sesuai dengan apa yang terjadi saat ini dan Liana membalas lagi dengan harapan kalau Elena bisa mengambil foto Dallen saat bersamaHannah.

Liana tidak memaksa Elena untuk melakukannya. Liana menegaskan hanya jika situasinya memungkinkan bagi Elena. Namun, Elena yang merasa kalau foto kebersamaan Dallen dan Hannah bisa membuat Liana semangat menjalani psngobatannya bertekad untuk mengirimkan foto yang terbaik. Tapi entah bagaimana caranya.

"Bagaimana caranya? Tidak mungkin bukan aku menerobos masuk ke kamar Pak Dallen? Dia bisa mencapku mesum lagi." Elena bicara seorang diri sembari mondar-mandir di depan kamar Dallen.

Elena kini menempelkan telinganya di pintu kamar Dallen untuk mencari tahu apakah pria itu sudah tidur atau belum. Jika Dallen sudah tidur, maka Elena akan mencoba untuk masuk dan mengambil foto karena sepertinya pintu ini tidak dikunci.

Elena juga perlu berjaga-jaga kalau saja Hannah menangis, sebab bisa jadi itu karena ulah Dallen. Elena pikir, ia tidak akan bisa tidur dengan tenang malam ini karena Hannah yang ada dalam pengawasan Dallen.

Namun, Elena malah dibuat terkejut oleh pintu kamar Dallen yang tiba-tiba terbuka. Elena yang belum siap menjadi hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh, tapi Elena tidak merasakan lantai yang keras ketika jatuh. Sampai akhirnya Elena membuka matanya dan melihat kalau Dallen ada di bawahnya dan pria itu terlihat tidak sadarkan diri.

Elena langsung menyingkir dari atas tubuh Dallen dan ia begitu ketakutan sekarang. "Apa yang terjadi padanya? Apa aku membunuhnya secara tidak sengaja?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status