Share

Intimidasi Dari Naomi

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2025-06-02 10:31:25

Di sekolah Ellen. Emma duduk bersama pengasuh lain di tempat khusus penunggu.

Emma sibuk dengan ponselnya, sedang berbalas pesan dengan Ivan.

[Syukurlah kalau Kakak sudah mendapat pekerjaan. Kak Noah benar-benar tidak bohong soal membantu Kakak.]

Emma senang Ivan membalas pesannya, tapi juga kembali kesal membaca nama Noah.

Namun, Emma tak berani menjelaskan soal perbuatan Noah. Dia tidak mau Ivan mencemaskan dirinya.

[Iya, kakak pasti akan bekerja lebih keras agar bisa memberimu kaki palsu, agar kamu bisa jalan seperti anak lainnya lagi.]

Bola mata Emma berkaca-kaca setelah mengirim pesan balasan untuk Ivan. 

Harusnya sang adik bisa sekolah dan bermain bola, menjadi pemain bola handal seperti cita-citanya. Tapi semuanya hancur karena kecelakaan dua tahun lalu yang membuat kaki Ivan harus diamputasi karena kerusakan pada tulang dan ototnya.

[Yang penting Kakak kerja, dan jaga diri baik-baik di sana. Aku juga akan jaga diri baik-baik di sini, jangan mencemaskanku.]

Emma tersenyum, lalu mengakhiri kegiatan berbalas pesan itu.

Saat Emma baru saja memasukkan ponsel ke tas, seorang wanita berseragam pengasuh duduk di sampingnya.

“Kamu pengasuh baru Nona Ellen?” tanya wanita itu.

Emma mengangguk kecil.

“Akhirnya dapat pengasuh juga,” ucap wanita itu, “sampai lupa, aku Sinta.” Wanita itu mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri ke Emma.

“Aku Emma,” balas Emma.

“Senang berkenalan denganmu, semoga kamu betah mengasuh Nona Ellen,” ucap Sinta.

Emma hanya tersenyum kecil.

“Kamu pengasuh kesepuluh dalam sebulan ini,” ucap Sinta.

Emma membulatkan bola mata lebar. “Maksudnya?” tanyanya bingung.

“Apa majikanmu tidak cerita?” tanya Sinta.

Emma menggeleng polos.

“Asal kamu tahu, siapa pun yang menjadi pengasuh Non Ellen, tidak bisa bertahan selama lebih dari satu minggu. Ya, paling lama tiga hari.” Sinta bicara sambil menerawang ke udara, mengingat beberapa pengasuh Ellen yang dia ajak berkenalan, tapi berhenti beberapa hari kemudian.

Emma cukup syok, apa ini yang membuatnya langsung diterima?

“Memangnya kenapa tidak betah?” tanya Emma mencoba mencari tahu.

“Aku juga tidak tahu,” jawab Sinta, “Padahal kalau dilihat, Nona Ellen juga tidak begitu nakal. Dia seperti anak kecil pada umumnya.”

Emma diam berpikir. Apa mungkin karena di rumah Ellen sering mengerjai pengasuhnya, seperti yang tadi Ellen lakukan padanya?

Tapi, apa mungkin hanya karena hal seperti itu saja pengasuhnya berhenti bekerja? Padahal gaji yang ditawarkan sangat lumayan.

Emma masih berpikir, lalu Sinta kembali bicara.

“Kalau yang kudengar dari guru di sini, katanya ibu Nona Ellen yang mengintimidasi agar pengasuh tidak betah. Ada guru yang pernah melihatnya sedang mengancam, tapi benar atau tidaknya, aku tidak tahu, soalnya tidak lihat sendiri,” ujar Sinta menjelaskan.

Emma terdiam. Jadi, apa ini alasan Ethan mengingatkannya agar menghindari mantan istri Ethan? Apa mantan istri majikannya itu memang sangat menyeramkan?

Emma tidak mau berpikir terlalu jauh. Bisa saja memang karena pengasuh sebelumnya tidak niat bekerja. 

Sementara itu, bagaimanapun caranya, Emma harus bekerja keras dan bertahan mengasuh Ellen demi agar bisa mengumpulkan uang dalam jumlah besar.

Emma mengawasi Ellen yang tengah bermain dengan teman-temannya. Gadis kecil itu tertawa bahagia.

“Dia hanya anak-anak, tidak bandel meski suka bicara keras,” gumam Emma.

Saat Emma masih mengamati Ellen, gadis kecil itu menoleh padanya dan senyumannya langsung sirna. Ellen menjulurkan lidah untuk mengejek Emma, sebelum kembali bermain lagi.

Emma menggeleng pelan, dia harus banyak bersabar.

Saat pulang sekolah. Emma menenteng tas punggung milik Ellen, satu tangannya menggandeng tangan Ellen, tapi gadis kecil itu beberapa kali melepaskannya.

“Aku tidak suka dipegang-pegang,” tolak Ellen.

“Tapi harus dipegang, nanti kalau tertabrak teman lain yang lewat dan Ellen jatuh, gimana?” tanya Emma masih bersikap tenang menghadapi kegalakan Ellen.

Ellen membuang muka, tak bisa melepas tangannya dari Emma.

Saat itu, Ellen melihat Naomi keluar dari mobil. Dia tersenyum lebar dan ingin berlari menghampiri sang mama, tapi Emma menahan tangan Ellen.

“Ellen mau ke mana? Kita harus nunggu sopir jemput,” kata Emma.

“Aku mau ketemu mamaku. Kamu berisik!” amuk Ellen.

Emma langsung menatap ke arah Ellen ingin berlari, dia melihat seorang wanita begitu anggun dengan penampilan elegan dan sangat cantik kini berjalan mendekati mereka.

Emma jadi bertanya-tanya, kalau istri Ethan secantik ini, kenapa Ethan malah berpisah dari istrinya ini?

“Ellen.” Naomi membuka tangan ingin memeluk Ellen, tapi tangan Ellen masih ditahan Emma.

Naomi menatap tak senang pada Emma yang menahan putrinya. Dia membuka kacamata hitamnya lalu menatap tajam ke Emma.

“Lepaskan dia, aku mau memeluk putriku,” perintah Naomi.

Emma secara impulsif melepas tangan Ellen. Saat itu juga Ellen langsung memeluk Naomi.

“Ellen kangen, itu pengasuh baru Ellen. Ellen sudah minta ke Papa buat pecat dia, tapi tidak dipecat,” keluh Ellen mengadu.

Emma masih termangu memandang kecantikan Naomi, sampai dia tersadar dan ingat akan ucapan Ethan. Dia melihat Ellen yang sangat manja pada Naomi.

“Nona Ellen, Papa bilang agar Nona pulang bersama Kakak, ya,” kata Emma membujuk.

“Tidak mau, aku mau pulang bersama Mama,” tolak Ellen.

“Tapi Pa—” Emma mau menjelaskan, tapi dipotong cepat oleh Naomi.

“Siapa kamu yang berani mengatur putriku?! Kamu hanya pengasuh, jika Ellen mau bersamaku, maka dia akan bersamaku!” hardik Naomi memotong ucapan Emma.

Emma membeku, wanita secantik ini ternyata sangat menyeramkan saat mengamuk.

“Tapi Tuan meminta saya membawa pulang Nona Ellen. Saya harap Anda tidak mempersulit pekerjaan saya,” ucap Emma mencoba bernegosiasi.

“Apa kamu bilang? Kamu mengatai anakku ini sulit? Mengasuhnya mempersulitmu, begitu?” Naomi memutar balikkan ucapan Emma.

Emma yang sangat terkejut, berusaha menjelaskan. “Bukan begitu, tapi Nona Ellen harus bersama saya. Saya ditugas—” 

Belum juga menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Emma.

Guru dan semua orang yang ada di sekitar sana langsung memandang ke arah mereka.

Saat itu, Naomi menunjuk wajah Emma dengan marah.

“Kamu pengasuh kurang ajar! Beraninya kamu menjauhkanku dari putriku?!” pekiknyalantang. “Lihat saja, aku akan membuat perhitungan denganmu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
ayo Emma jangan diem aja lawan Mak Lampir kalo ga mau kehilangan pekerjaan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Akhir

    Duduk di kursi belakang mobil ditemani Emma, Ethan hanya duduk diam sepanjang perjalanan mereka meninggalkan rumah.Emma menoleh pada Ethan yang hanya diam, menunggu sopir membawa mereka tiba di tujuan.“Apa kamu menyesali apa yang terjadi?” tanya Emma setelah hampir setengah perjalanan mereka lewati.“Tidak.”Jawaban singkat Ethan membuat Emma menatap cukup lama wajah suaminya sebelum kembali menatap ke depan lalu mengembuskan napas pelan.“Kita juga tidak tahu kalau akan seperti ini. Seperti katamu, jika Naomi lebih bisa mengontrol dirinya, tidak akan terjadi kejadian seperti ini. Dia yang memulainya.”Ethan akhirnya menoleh Emma, lalu dia berkata, “Aku tak menyesalkan apa pun, hanya saja bagaimana caraku menjawab nantinya saat Ellen bertanya di mana Naomi atau saat dia ingin bertemu dengannya?”Emma terdiam sejenak, lalu dia meraih telapak tangan Ethan dengan erat. “Kalau begitu, kita usahakan agar dia tak kekurangan kasih sayang sedikit pun, setelahnya dia takkan pernah bertanya ka

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Karma

    Sesaat sebelumnya.Naomi begitu emosi sampai memarahi pengacaranya sebelum pergi. Dia melangkah menuju area parkir sambil menghubungi Kelvin, tapi sayangnya pria itu tak menjawab panggilannya, bahkan menolak panggilan yang membuatnya begitu emosi.“Sialan!” umpat Naomi tak terkendali.Naomi berhenti di dekat mobilnya yang terparkir. Saat itu tatapannya tertuju pada Ethan yang berjalan sambil menggendong Emma menuju mobil Ethan.Amarah Naomi tak terbendung lagi. Dia begitu geram dan emosi karena Ethan mendapatkan segala-galanya sedangkan dia kehilangan semuanya.“Apa kamu pikir bisa bahagia begitu saja? Lihat saja, apa yang akan aku lakukan pada kalian.”Naomi segera masuk ke dalam mobil. Dia menyalakan mesin mobilnya lalu menyeringai lebar.Memasukkan persneling kemudian mulai memacu mobilnya ke arah Ethan dan Emma berada. Naomi melihat Ethan yang berdiri bersama Emma di samping mobil. Melihat senyum Emma, Naomi begitu muak hingga dia dengan nekat menginjak pedal gas dalam-dalam, mela

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Hampir Saja

    Ethan langsung bernapas lega, bahkan matanya kini memanas karena menahan air mata yang sudah membendung luar biasa.Ethan menoleh pada Emma, tatapannya tak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang luar biasa.Ellen bukan anak kandungnya, tapi dia yang sudah menggendongnya, memberinya susu, sampai menidurkannya setiap malam. Dia menyayangi Ellen seperti menyayangi dirinya sendiri, kini semua terbayar lunas. Dia benar-benar bisa mendapatkan Ellen untuknya.Di pangkuan Emma, Ellen bingung dengan yang Hakim ucapkan lalu ibunya ucapkan. Dia mendongak menatap Emma dan melihat mata Emma berair.“Mama Emma nangis?” tanya Ellen, “terus kenapa Mama Naomi marah-marah?”Emma menggeleng. Dia memeluk erat Ellen lalu menciuminya karena ketakutan akan kehilangan Ellen tak terbukti.“Tidak apa-apa, Ellen. Mama Emma sedang sangat bahagia,” katanya.Ethan segera melangkah meninggalkan mejanya untuk menghampiri Emma dan Ellen.Sedangkan Naomi, dia begitu emosi karena hak asuh Ellen malah diberikan pada Ethan

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Keputusan Final

    Emma dan Ethan berada di ruang tunggu sampai persidangan kembali di lanjutkan.Di ruangan itu, Ethan terus memeluk erat Ellen dan tidak mau melepas walau hanya sesaat.“Papa, kenapa Nenek Hakim tadi tanya Ellen lebih sayang siapa? Memangnya kenapa kita di sini?” tanya Ellen dengan polosnya.Ethan tak mampu menjawab pertanyaan Ellen. Dia semakin memeluk sambil menyembunyikan wajah sedihnya agar tidak terlihat Ellen.Emma diam memandang Ethan, lalu dia mencoba bicara pada Ellen. “Tidak apa-apa. Nenek Hakim hanya mau tahu, jika disuruh memilih, Ellen mau memilih siapa.”Ellen diam mencerna maksud ucapan Emma, lalu membalas, “Tentu saja aku mau sama Papa dan Mama Emma.”Mendengar ucapan Ellen, Ethan semakin menitikkan air mata yang buru-buru disekanya.Emma tak bisa berbuat apa-apa, sekarang dia membayangkan bagaimana jadinya jika hak asuh jatuh ke tangan Naomi lalu Ellen tak bisa menerimanya. Ellen pasti akan sangat bingung.Setengah jam berlalu. Persidangan akan kembali dimulai dan seka

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Sidang Ricuh

    Emma mondar-mandir di kamarnya. Sesekali dia memandang ke luar jendela, menunggu Ethan pulang karena suaminya pergi tanpa pamit.Bahkan saat Emma mencoba menghubungi, Ethan sama sekali tak membalas panggilannya.“Pergi ke mana dia?” Emma meremas jemarinya, wajahnya begitu panik dan cemas.Tak lama kemudian, Emma melihat sebuah cahaya bergerak menembus kaca jendela kamar. Dia segera melongok ke bawah dan melihat mobil Ethan baru saja berhenti di dekat garasi.Memilih tetap menunggu di kamar, Emma berdiri di dekat pintu dengan waswas, apa penyebab suaminya pergi tak memberitahunya.Beberapa detik berlalu, pintu kamar terbuka dan tatapan Emma langsung tertuju pada Ethan. Seketika Emma melontarkan pertanyaan.“Kamu dari mana? Kenapa pergi tak memberiku kabar?”Melihat kecemasan di mata Emma, Ethan menutup pintu dengan rapat lalu melangkah menghampiri Emma. Begitu sampai di depan istrinya itu, Ethan berkata, “Aku baru saja menemui Naomi. Aku benar-benar tidak bisa diam saja melihat apa yan

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Bendera Perang

    Ethan masih memeluk erat Emma. Dia benar-benar tak menyangka akan hampir kehilangan Emma jika saja istrinya tak mau terbuka soal adu domba yang Naomi gaungkan, mungkin hubungan Ethan dan Emma akan berakhir.Dia sangat bersyukur karena Emma memiliki banyak kesabaran dan tak suka membuat keputusan gegabah.“Terima kasih kamu lebih memercayaiku, Emma. Aku benar-benar tidak akan tahu bagaimana jadinya kalau kamu terhasut dengan informasi itu. Jika kamu masih tidak yakin kalau aku bukan pelakunya, kamu bisa tanya Samuel atau pengacaraku.”Emma melepas pelukan lalu menatap pada Ethan yang tampak begitu sedih.“Jika memang kamu memberikan uang kompensasi untuk keluargaku, kenapa Bibi tidak pernah cerita? Dan kenapa dia tidak ingat kamu saat kalian bertemu?” tanya Emma dengan tatapan penasaran.“Bukan aku yang datang langsung menemui keluargamu. Aku meminta tolong pengacara tapi tetap menggunakan tandatanganku, aku memberikan kompensasi cukup banyak, karena itu aku sempat terkejut saat menget

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status