Share

Mencari Bukti

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2025-06-02 10:30:51

Pagi itu, Ethan mengantar Emma dan Ellen ke sekolah. 

Begitu tiba, Emma segera turun, lalu membuka pintu belakang untuk mengajak Ellen.

Saat Emma mengambil tas dari kursi, Ethan melihat luka di siku Emma.

“Kenapa sikumu?” tanya Ethan dengan nada datar.

Emma langsung melirik sikunya, dia juga melihat Ellen yang menunduk. Sepertinya ia takut dimarahi ayahnya.

“Ini tadi tidak sengaja terbentur tembok waktu saya sedang memandikan Non Ellen, Tuan.” Emma menutupi kesalahan Ellen.

Ethan menatap datar ke putrinya, lalu dia tak berkata-kata lagi.

Emma segera menutup pintu mobil, lalu menggandeng tangan Ellen saat mobil Ethan mulai melaju meninggalkan area sekolah.

Begitu mobil Ethan hilang dari pandangan, Ellen langsung menarik tangannya dari genggaman Emma.

“Aku nggak mau digandeng,” ucap Ellen lalu berlari masuk ke gedung sekolah.

Emma terkejut dengan sikap Ellen. Dia menghela napas kasar, lalu segera menyusul Ellen untuk mengantar tas gadis kecil itu.

**

Ethan sudah sampai di perusahaan. Dia sudah duduk di kursi kerjanya saat Samuel datang membawa berkas untuknya.

“Apa jadwal siang ini mau Anda kosongkan lagi seperti biasa agar bisa menjemput Ellen, Pak?” tanya Samuel sambil mengecek daftar

“Tidak perlu,” balas Ethan, “Sudah ada pengasuh yang bekerja mulai hari ini,” imbuhnya.

Samuel mengangguk-angguk. “Semoga dia betah menjaga Ellen,” gumamnya.

Saat itu menyadari kalau Ethan menatap datar padanya, Samuel langsung tersenyum lebar.

“Apa kamu sudah mendapat petunjuk soal pelaku yang memberiku obat?” tanya Ethan.

“Saya sudah menyelidikinya, Pak. Pelayan yang memberi Anda minuman mengaku kalau dia diperintah oleh seorang wanita dengan iming-iming sejumlah uang. Lalu, saya terpaksa memberi pelayan itu uang lebih banyak agar dia mengaku karena dia sempat bungkam,” ujar Samuel menjelaskan.

Tatapan Ethan menajam. “Jadi, memang ada yang ingin menjebakku?”

“Iya, Pak,” balas Samuel. “Dan, Anda pasti tak percaya siapa yang menjebak Anda.”

Ethan menaikkan satu sudut alis.

“Bu Naomi yang membayar pelayan itu. Pelayan itu menyebut ciri-ciri fisik wanita yang membayarnya, lalu saya perlihatkan foto Bu Naomi dan dia bilang memang benar wanita itu,” ujar Samuel menjelaskan.

Ethan begitu geram, ternyata Naomi masih tak mau menyerah ingin rujuk dengannya.

“Mungkin Bu Naomi berpikir, jika dia bisa mengajak Anda tidur lagi, maka dia bisa meminta pertanggungjawaban Anda,” ucap Samuel mengemukakan spekulasinya.

Ethan tersenyum miring. “Dia pikir semudah itu menjebakku,” geramnya.

“Sebaiknya Anda jangan gegabah membalasnya, Pak. Anda tahu sendiri, Bu Naomi sangat nekat, takutnya Anda nanti terkena masalah,” ujar Samuel menjelaskan.

Ethan diam. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada Naomi, tapi banyak hal yang dipertimbangkannya, termasuk reaksi Ellen padanya.

“Lalu, apa kamu sudah mendapat informasi wanita yang semalam ke kamarku?” tanya Ethan lagi.

“CCTV di koridor kamar yang Anda tepati kebetulan rusak, saya sudah mengecek tapi tidak ada apa pun yang saya dapat. Hanya ada rekaman wanita yang berpakaian sama dengan yang saya lihat keluar dari kamar Anda, berada di lift, sayangnya wanita itu terus menunduk sehingga wajahnya tidak terlihat jelas.”

“Tapi kamu ingat wajahnya?” tanya Ethan memastikan.

“Jika bertemu lagi dengannya, saya pasti ingat, Pak,” balas Samuel penuh percaya diri.

“Kalau begitu cari dia,” perintah Ethan.

Samuel terkejut.

“Anda mau apakan dia, Pak? Anda mau tanggung jawab?” tanya Samuel memastikan.

Ethan menatap datar.

“Jika dia ternyata orang suruhan Naomi, apa kamu tidak berpikir kalau kejadian itu juga jebakan?”

Samuel ingin menyanggah, tapi apa yang dikatakan Ethan ada benarnya juga.

“Kalau begitu, saya akan berusaha sebisa saya, Pak.”

Setelah Samuel pamit, Ethan diam mengingat bercak merah di sprei juga anting yang tertinggal di ranjang.

Meskipun tidak yakin dengan dugaannya, tapi Ethan juga harus memastikan apakah kejadian semalam disengaja atau memang sebuah kebetulan semata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
sungguh malang nasibmu Samuel ingin hati menghindar malah di suruh nyari....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Ellen Sakit

    Ellen menangis kencang meski matanya terpejam.“Oma mengusir Kakak Emma, Ellen maunya sama Kakak Emma, Papa.”Mata Ethan membola, pelukannya pada Ellen mengerat saat mengetahui kalau Emma ternyata diusir Rosalinda.Jadi ini alasan sang mama ada di sana dan semua barang Emma tergeletak di ruang tamu.“Kakak Emma mana?” Ellen terus menangis meski suaranya begitu serak.Melihat kondisi Ellen yang tak baik-baik saja, Ethan memilih langsung menggendong Ellen untuk membawanya ke rumah sakit.Saat Ethan berjalan keluar dari kamar, dia berpapasan dengan Rosalinda yang baru saja akan masuk.Tatapan Ethan begitu dingin pada Rosalinda, ada kebencian tersorot dari mata Ethan.“Lihat, ini akibat dari keegoisan Mama,” ucapnya tajam.Rosalinda bergeming. Dia melihat Ellen yang terkulai lemas, tangannya terulur ingin menyentuh Ellen, tapi Ethan langsung menyenggol tangan Rosalinda dengan sikunya dan Ethan melangkah meninggalkan sang mama begitu saja.Ethan berteriak kesetanan memanggil sang sopir unt

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Bersitegang Dengan Ibu

    Saat sore hari. Ethan baru saja tiba di rumah lebih awal. Ketika dia baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Ethan melihat barang-barang yang dibelinya untuk Emma masih ada di ruang tamu, bahkan beberapa baju tergeletak berserakan di lantai.Kening Ethan berkerut dalam. Dia kembali melangkahkan kaki untuk mencari Emma, tapi Ethan kembali berhenti saat melihat Rosalinda di rumahnya.“Apa yang Mama lakukan di sini?” tanya Ethan.Tatapan Rosalinda menajam mendengar pertanyaan sang putra. Dia langsung berdiri lalu melangkah mendekati Ethan.“Apa keberadaan ibumu sendiri di sini harus dipertanyakan?” Suara Rosalinda begitu dalam dan dingin.Ethan menatap datar. Saat ini dia sedang malas berdebat dengan Rosalinda.Ethan memilih tak mengacuhkan keberadaan Rosalinda. Dia siap melangkahkan kaki, tapi gerakannya terhenti karena ucapan Rosalinda.“Apa yang sudah pengasuhmu lakukan sampai kamu rela membelikannya banyak barang mewah?”Ethan kembali menatap pada Rosalinda yang memasang wajah si

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Amarah Rosalinda

    Setelah selesai belanja. Ethan langsung mengantar Emma dan Ellen ke rumah.Sepanjang jalan sampai tiba di rumah, Emma hanya duduk diam dengan perasaan campur aduk. Dia bingung dan canggung menjadi satu, kenapa Ethan tiba-tiba membelanjakan banyak barang untuknya.“Beberapa barang lainnya nanti akan diantar oleh pihak toko. Sekarang aku harus segera kembali ke perusahaan,” kata Ethan saat menoleh pada Emma.Suara Ethan membuyarkan lamunan Emma. Dia menoleh pada Ethan yang sudah menatapnya. Emma baru sadar kalau mereka sudah sampai di rumah.“Ada masalah?” tanya Ethan karena Emma hanya diam.Emma menggeleng kepala pelan. “Tidak, Tuan.”Emma segera membuka pintu mobil lalu mengajak keluar Ellen. Emma mengajak Ellen masuk rumah sambil menenteng dua paper bag yang bisa dibawanya.Saat masuk rumah, Emma terkejut melihat siapa yang kini berdiri dengan tatapan dingin ke arahnya.Rosalinda datang ke rumah Ethan setelah berdebat dengan Imelda. Ketika melihat pengasuh cucunya itu, tatapan Rosal

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Pilih Yang Disuka

    Saat siang hari. Ethan pergi menjemput Ellen bersama sopirnya. Sesampainya di sekolah Ellen, Ethan melihat Emma yang sedang berjalan sambil menggandeng tangan dengan wajah riang.“Itu Papa.”Suara nyaring putrinya terdengar di telinga. Ethan tersenyum pada Ellen yang melambai ke arahnya.Begitu mobil berhenti di depan Emma dan Ellen berdiri, lalu Ellen segera masuk begitu Emma membuka pintunya.Emma memastikan Ellen duduk dengan benar. Emma hendak menarik tubuhnya yang sedikit membungkuk di dalam mobil, tapi Ethan menahannya.“Duduklah di sini,” titah Ethan.Bola mata Emma melebar. Dia menatap Ethan dengan ekspresi bingung.“Maksudnya, Tuan?” tanya Emma masih berada di posisinya.“Duduk di sini bersama kami,” ulang Ethan.“Asyik,” teriak Ellen kegirangan, “sini Kakak Emma, duduk di sini.” Ellen menggeser duduknya ke arah Ethan.Emma mengulum bibir, dia ragu tapi Ethan mengangguk pelan agar Emma segera masuk.Akhirnya Emma masuk di kursi belakang, dia duduk di samping Ellen.Mobil itu

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Perdebatan Imelda dan Rosalinda

    Imelda meninggalkan rumah Ethan bersamaan dengan sang cucu dan cicitnya yang berangkat beraktivitas. Imelda baru saja tiba di rumah. Dia melangkah pelan masuk ke dalam rumah dan langsung dihadang oleh Rosalinda.“Mama sudah menginap di rumah Ethan dan pasti melihat bagaimana pengasuh Ellen, kan? Sekarang, bagaimana pendapat Mama?” tanya Rosalinda begitu antusias. Dia menatap penuh harap pada Imelda akan sepaham dengannya.Imelda menatap datar pada Rosalinda. Dia tak langsung menjawab, tetapi memilih melangkah menuju ruang keluarga lebih dulu.Imelda duduk di salah satu sofa kemudian tatapannya tertuju pada Rosalinda yang duduk di dekatnya.“Apa yang aku katakan benar, kan?” tanya Rosalinda tak sabaran.“Lebih baik kamu berhenti mencampuri urusan rumah Ethan.” Imelda bicara dengan nada tegas. Dia menoleh pelan pada Rosalinda.Ekspresi antusias di wajah Rosalinda berubah suram. Dia menatap heran pada Imelda.“Apa maksud Mama? Sebagai seorang ibu, apa aku salah jika memberi putraku perh

  • Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan   Dukungan Imelda

    Imelda menyesap teh dengan tenang, setelahnya dia kembali menatap pada Ethan.“Apa perlu nenek yang memberi pemahaman pada mamamu agar kamu tidak disebut anak durhaka jika melawannya?”Ethan terkesiap. Dia menatap sang nenek yang sedang meletakkan cangkir di meja.“Apa Nenek mau?” tanya Ethan.Imelda menatap pada sang cucu, bagaimanapun Ethan adalah cucu satu-satunya yang sejak kecil sangat dia manjakan. Di saat Rosalinda sibuk dengan bisnisnya, Imelda lah yang selalu ada untuk Ethan.Jadi, bagaimanapun Imelda pasti akan lebih berpihak pada Ethan.“Nenek lebih percaya kamu bisa memilih pasangan yang baik,” balas Imelda, “ya, walaupun sebelumnya gagal, tapi nenek yakin kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama dua kali. Jadi, mamamu tidak perlu mengaturmu, kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri.”Imelda tersenyum hangat pada sang cucu.Kecurigaan dan kecemasan di wajah Ethan memudar. Dia begitu lega karena sang nenek berpihak padanya.Ethan akhirnya mengangguk kecil.“Nenek a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status