Share

A Familiar Face

“Sialan!” Ben memaki berulang kali sembari berusaha membuka pintu toilet.

Benar-benar di luar perkiraan Ben! Ella benar-benar meyebalkan dan sangat licik dengan mengunci Ben di dalam toilet agar dirinya bisa kabur. Bahkan sebelum benar-benar meninggalkannya, Ben sempat mendengar bagaimana gadis itu menertawakan kebodohannya, yang semakin membuat darah Ben mendidih.

Ben kembali memeriksa jendela ventilasi di dalam toilet, tapi tentu saja ukuran jendela itu terlalu kecil untuk tubuh berototnya. Bisa saja dirinya mendobrak pintu ini, tapi Ben masih waras, dia tidak ingin membuat keributan yang malah bisa membuatnya dipecat di hari pertamanya bekerja.

“Siapapun di luar sana! Buka pintunya! Hey! Apa kali—”

Teriakan Ben terputus, karena suara kunci pintu yang diputar, dan akhirnya pintu itu terbuka! Grace muncul di sana dengan napas terengah, lalu tanpa berbicara sepatah katapun, gadis itu langsung meraih tangan Ben.

“Lepaskan!” kesal Ben seraya menghentak lengannya lepas.

“Nona mudamu sedang dalam bahaya! Ayo!”

“Oh, sekarang kalian butuh aku?”

“Oh, kau benar-benar menyebalkan Max! Seperti yang Ella ceritakan!”

“Kalian yang memulai—”

“Sudahlah! Iya, kami memang salah. Tapi ini adalah keadaan hidup dan mati! Kau harus segera menyelamatkan Ella dari Oscar!”

“Oscar?”

“Ayo! Tidak ada waktu lagi!”

Ben tak lagi bertanya pada Grace, dia langsung mengikuti langkah lebar Grace. Gadis yang ukuran tubuhnya hampir sama dengan Ella ini kesulitan membelah kerumunan yang mulai memenuhi lorong kampus. Ben kemudian menarik lengan Grace hingga membuat gadis itu kini berada di belakang tubuhnya. Sedangkan Ben dengan tubuh tegapnya berhasil membelah lautan manusia itu tanpa kesulitan.

“Minggir!” teriak Ben seraya mempercepat langkahnya saat melihat tangan Oscar mengambang di udara dan bersiap mendarat di pipi Ella. “Aku bilang minggir kalian!”

“Namaku Prince. Prince Loshen.”

Setelah Prince memperkenalkan dirinya, tubuh Oscar seketika membeku. Bahkan tidak hanya Oscar, hampir seluruh siswa yang mendengar nama itu terdiam dan hanya saling pandang satu sama lain.

“P—Prince? Prince Loshen?” gagap Oscar. “Maksudmu kau adalah putra dari keluarga Loshen yang terkenal itu?”

“Apa ada keluarga lain yang bernama Loshen di Rotterfort?”

Oscar cepat-cepat menggeleng sebagai jawabannya.

Prince perlahan mengendurkan cekalannya di tangan Oscar, lalu menarik Ella, dan langsung mendekapnya.

“Radella Softucker adalah kekasihku, calon istriku. Jadi kalau ada di antara kalian yang mengganggunya, maka kalian akan berurusan denganku!”

Sama seperti yang lainnya, Ben pun turut terdiam di tempatnya berdiri saat ini. Di dalam otaknya muncul banyak pertanyaan tentang ucapan pemuda yang tersenyum lebar dan berhasil membuat seluruh penonton terdiam. Sejauh Ben mengingat, tidak ada nama keluarga Loshen di Rotterfort ini. Apa mungkin karena dirinya terlalu lama di penjara, sehingga tidak tahu kalau ada keluarga kaya dan sangat berpengaruh selain Softucker di Rotterfort ini?

“Apa kau mengerti?” tanya Prince memastikan pada Oscar yang mengelus pergelangan tangannya.

“Orang kaya selalu bertindak sesuka hatinya,” gerutu Oscar, kemudian berbalik dan menghilang bersama kerumunan yang mulai membubarkan diri.

“Kau tidak apa-apa?” Kali ini Prince bertanya pada Ella yang masih terpaku dalam dekapannya. Namun, sedetik kemudian, Ella mendapatkan kewarasannya dan langsung mendorong tubuh Prince.

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku baru saja menyelamatkanmu, kan?”

“Bukan itu! Tapi setelahnya! Kau bilang calon istrimu? Kau sudah gila?”

“Ya, aku—”

“Jangan ganggu dia,” sela Ben yang tiba-tiba berdiri di antara Ella dan Prince. “Mewakili Ella, aku mengucapkan terima kasih karena sudah menolongnya. Tapi cukup sampai di sana, jangan buat gadis ini ketakutan dengan omong kosongmu itu.”

Prince mundur selangkah diiringi dengan tawa kecil saat matanya tidak berhenti memperhatikan Ben dari ujung kepala hingga kaki. Tubuhnya sungguh besar, sampai membuat Ella yang berada di belakangnya benar-benar tidak terlihat. Belum lagi jenggot yang menghiasi dagunya, rambut gondrong yang terlihat sedikit berantakan, dan jas yang kekecilan, sungguh membuat pria ini terlihat seperti gorilla yang salah kostum. Namun, itu semua tidak membuat Prince gentar. Setelah tawanya reda, Prince berusaha menghampiri Ella, tapi lagi-lagi Ben menghalaunya. Beberapa kali percobaan dan si gorilla itu benar-benar tidak berkutik.

“Kau siapa?”

“Aku pengawal Ella.”

“Setauku dia hanya punya dua pengawal. Aku melihat mereka di parkiran mobil tadi.”

Ben menampilan senyum penuh kemenangannya. “Aku adalah pengawal barunya. Mulai hari ini.”

“Ella?” panggil Prince lembut. “Apa benar pria ini adalah pengawalmu?”

Ben menoleh ke sisi kirinya, di sana dia mendapati kepala Ella menyembul untuk mengangguk sebagai jawaban. Namun, di sisinya yang lain, Ben bisa merasakan jari jemari yang mencengkeram lengan jasnya yang kekecilan. Sungguh, Ben merasa Ella yang sekarang mengintip di belakangnya, berbeda dengan Ella yang yang beberapa waktu lalu hampir celaka dan membuatnya terkunci di kamar mandi.

Melihat jawaban Ella, Prince mengangkat tangannya menyerah. “Baiklah. Maafkan aku kalau membuatmu takut, Ella. Tapi aku mengucapkan semua itu, hanya untuk melindungimu dari pria tadi. Aku tidak bersungguh-sungguh tentang ucapanku tadi.”

Ben melirik kembali ekspresi lega yang muncul di wajah Ella, tapi detik berikutnya mata gadis itu membulat saat Prince kembali berucap, “Tapi kalau suatu saat itu menjadi kenyataan, aku juga tidak keberatan.”

“Jangan mimpi! Kau pikir dirimu siapa? Berani—”

“Aku Prince. Prince Loshen, pewaris tunggal seluruh gurita bisnis keluarga Loshen.”

“Hah! Apalagi kau dari keluarga Loshen. Apa kau lupa? Kalau aku dari Softucker?”

Prince menggeleng, kemudian melangkah mendekati Ella. “Apa kau pernah membayangkan jika keluarga kita bersatu? Apa kau bisa membayangkan apa yang bisa kita lakukan jika—”

“Aku tidak berminat menikah karena politik bisnis. Cari saja gadis lain yang sangat menginginkan hidup nyaman, tapi tidak bernyawa seperti boneka!”

Prince kembali terkekeh. “Baiklah-baiklah. Kita sudahi perbincangan ini. Bagaimana kalau kita berteman? Aku baru di tempat ini, aku belum punya teman yang bisa menemaniku keliling kampus atau sekedar minum bir di bar.”

“Aku tidak punya waktu untuk itu!” sahut Ella sambil lalu. “Ayo!” tambahnya lagi mengajak Ben dan Grace pergi dari lorong loker.

Ben mempersilakan Grace untuk melangkah lebih dulu bersama Ella. Kemudian dirinya dengan patuh berada di belakang dua gadis yang masih bergosip membahas tentang sosok Prince. Sekali lagi, Ben menoleh ke belakang, memperhatikan Prince yang masih berdiri di sana, menatap lurus pada Ella.

“Aduh!” pekik Ella, membuat Ben terkesiap. “Kau tidak punya mata, huh? Sakit!” keluh Ella sambil mengusap lengannya.

“Maaf, Nona. Salahmu sendiri kenapa berhenti tiba-tiba.”

Ella melotot marah pada Ben. “Kau berani menyalahkanku? Kau sendiri yang jalan tidak melihat jalan! Aku dan Grace sedang melihat papan pengumuman dan kau seperti motor tanpa rem langsung menerjang! Memangnya apa yang sedang kau lihat tadi?”

Ella melongok ke belakang tubuh Ben, dan hanya melihat punggung Prince menjauh pergi meninggalkan tempatnya semula.

“Max, kau sungguh pengawal yang tidak berguna. Di saat aku membutuhkan perlindunganmu, di mana kau berada? Malah pria manja yang menyombongkan kekayaannya yang muncul.”

“Oh, mungkin kau lupa dengan apa yang kau lakukan padaku di toilet.”

“Ah, itu. Kau saja yang lemah. Memangnya kau tidak kuat mendobrak pintu itu?” Ella menelusuri lekuk bisep Ben. “Apakah otot yang hampir membuat jahitan jas ini robek, tidak mampu—”

“Dengar, Nona Manja!” Ben menyambar jari telunjuk Ella, menyentaknya, membuat Ella terlonjak dan jatuh ke dalam dekapan Ben. Dengan sigap, Ben memeluk pinggang Ella, membuat gadis itu kesulitan melepaskan diri.

“Apa kau bilang? Nona Manja? Sebaiknya—Apa yang kau lakukan, Max?! Jangan kurang ajar! Dasar Anjing Jalanan tidak tahu diri! Aku akan melaporkanmu—kenapa semakin—”

“Semakin kau berontak dan terus mengoceh, maka pelukanku akan semakin kencang. Aku jamin, jika dalam waktu dua menit kau belum berhenti mengoceh, maka besok kau tidak akan bisa jalan.”

“Huh! Kau tidak mungkin berani!”

Tentu saja Ben dengan sangat berani dan yakin bahwa dia bisa membuktikan ucapannya. Namun, saat ini Ben memang belum berniat untuk membuat keluarga Softucker mendapatkan karmanya. Ben masih ingin bermain-main. Perlahan, dengan perlahan Ben akan memastikan seluruh anggota Softucker akan berlutut di hadapannya memohon ampunan!

Ben mengendurkan pelukannya di pinggang Ella. “Kau benar, Nona. Aku tidak berani. Aku masih sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk membayar tagihan listrik rumahku. Tapi ingat satu hal Ella. Bersikap baiklah padaku, dan mungkin aku akan mengampunimu suatu saat nanti.”

“Hei, hentikan Max! Ini di kampus!” sela Grace, berusaha menarik lepas lengan Ben. “Sikap kalian berdua ini, akan menarik perhatian lagi. Hentikan!”

“Bukankah itu yang sangat diinginkan oleh Nona? Menjadi pusat perhatian?”

Ella dan Grace diselamatkan oleh dering ponsel Grace, sebuah telepon dari teman sekelasnya pagi ini yang menyampaikan bahwa kelas pagi sudah dimulai. Ben melepaskan pelukannya, membiarkan Ella yang masih bersungut marah bebas untuk kembali melangkah menuju kelasnya. Sedangkan Ben, masih di belakangnya, masih memikirkan satu hal yang mengganjal pikirannya.

Sosok pemuda dengan nama Prince Loshen yang terlihat tidak asing. Namun, Ben sama sekali tidak bisa mengingat apapun tentang keluarga Loshen, tapi wajah pemuda tadi benar-benar seperti kawan yang sudah lama tidak dijumpai Ben. Ben menggaruk kepalanya, mengencangkan kunciran rambutnya, mengambil posisi duduk di sebelah Ella.

“Kau mahasiswa baru di sini?” tanya Mrs. Torres.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yhuda Maharani
novel GK jelas alur ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status