Share

3| Pencuri Roh Summon

“Brengsek! Apa itu tadi?” pekik Eryk sambil menghindari serangan.

Sesuatu meluncur ke arah kepala Eryk. Benda itu memulur seperti cambuk panjang dan lentur tetapi tebasannya sangat menyakitkan seperti pedang.

Slap!

Kali ini, Eryk menghindar sedikit terlambat. Ujung cambuk itu menggores pipinya hingga berdarah. Setelah mengenai pipinya, cambuk yang terbuat dari sulur tanaman itu kembali ditarik masuk ke dalam telapak tangan seseorang yang berdiri menutupi ujung gang.

“Siapa kau? Kenapa kau tiba-tiba menyerangku? Kau naskir padaku?” Eryk terlihat sangat kesal.

Seorang gadis cantik berambut hitam sepinggang yang menggunakan pakaian qipao merah (gaun khas Cina) yang sudah dimodifikasi menjadi lebih kasual dan sedikit terbuka di bagian dada mengadang langkah Eryk. Entakan sepatu boot selututnya membuat Eryk sedikit gemetar.

“Diam di sana kau, pembunuh!” teriak gadis itu.

“Pembunuh? Siapa? Aku?” Eryk hampir menjerit dan juga ingin tertawa mendengar tuduhan itu.

Perempuan itu berdiri dengan kedua tangan terkacak di pinggang. Di antara tubuhnya membelit beberapa sulur tanaman hijau dengan dedaunan yang masing-masing daun memiliki mata. Sulur tanaman itu seolah-olah hidup dan menempel di sekujur tubuh sang gadis, melilit secara longgar dan bergerak-gerak.

“Kau... menggunakan kekuatanmu untuk membunuh summoner lain dan merebut roh summonnya!” tuduh gadis itu.

Eryk tidak sempat melihat wujud asli dari sulur-sulur tanaman yang membelit tubuh si gadis. Dia pikir puluhan mata yang mungkin menyerangnya di dalam kegelapan adalah para binatang buas. Akan tetapi itu adalah mata dari setiap helai daun yang menempel pada sulur tanaman.

“Kau salah orang, Nona! Aku bukan summoner.” Eryk menatap gadis itu dengan serius.

Gadis itu memasang wajah muak.

“Kau tak mau mengakuinya? Aku akan menghabisimu malam ini!” Gadis itu mulai menyerang Eryk. “Tunjukkan apa yang kau sembunyikan di balik mantelmu! Roh summon jenis apa yang kau gunakan?”

Eryk tergopoh-gopoh. Dia sudah berbalik dan siap melompat kembali ke atap bangunan terdekat ketika gadis itu memanggilnya dengan sebutan pembunuh. Eriyk berdiri mematung sambil mendekap kotak ayam goreng ke dadanya. White sudah kabur. Sayapnya mengepak di udara tanpa suara.

“Letakkan apa pun yang kau bawa!” ujar gadis ber-qipao merah itu dengan geram.

Eryk tidak tahu siapa perempuan yang tiba-tiba datang dan mengejutkannya itu. Akan tetapi, Eryk tidak suka disebut sebagai pembunuh dan dia lebih tidak suka lagi jika disuruh meletakkan hasil buruannya padahal dia masih lapar.

Eryk menilai situasi yang ada. Dia melirik ke sekitar mencari celah dan pijakan untuk kabur ke atap. Akan tetapi, gadis dengan sulur tanaman itu melangkah mendekat dan menghalangi pergerakannya.

“Kubilang letakkan apa pun yang kau bawa, Pembunuh!”

Sepasang sulur tanaman hijau kembali memanjang dan mencoba menjerat tubuh Eryk. Tanaman itu melilit bagian atas tubuh Eryk hingga tanpa sengaja dia menjatuhkan kotak ayam goreng.

Pada saat yang sama sulur tanaman lain memulur dan menjerat kotak ayam goreng itu agar tak jatuh ke tanah. Si gadis ber-qipao merah mendekati Eryk dari belakang dan betapa terkejut dia ketika mendapati kotak ayam goreng sisa dari tempat sampah.

“Apa-apaan ini? Kau mencoba mempermainkanku? Di mana roh summon itu kau sembunyikan?”

Eryk tak mengerti situasi yang terjadi. Meski tubuhnya dijerat oleh sulur-sulur tanaman, tapi dia masih bisa dengan bebas melompat ke udara dengan kemampuan parkournya. Eryk berlari menggunakan salah satu dinding restoran sebagai tumpuan dan dia bersalto ke udara beberapa kali untuk melepaskan diri dari lilitan sulur tanaman dari tubuhnya. Lalu Eryk mendarat dengan mulus di belakang gadis itu.

“Brengsek!” teriak gadis itu. “Kau pikir bisa lolos dariku?”

Eryk yang berlutut dengan satu kaki seketika waspada. “Roh summon?” gumamnya. Eryk mulai mencari-cari keberadaan White yang tiba-tiba menghilang. “Apa kau pemburu?”

Sepasang mata Eryk memicing. Dia memiliki kenangan buruk dengan dua pria yang pernah mencoba membunuhnya dengan kekuatan roh summon.

Eryk menatap gadis berambut panjang itu. “Aku tidak tahu apa dan siapa yang kau maksud. Tapi, kau salah orang jika mengira aku sebagai summoner dan pembunuh.”

Eryk mendesis dengan kesal. Dia tak suka rutinitas makan malamnya hancur karena hal-hal yang tidak masuk akal.

Gadis itu pun tak kalah geram. Dia sangat yakin sosok yang dia cari adalah Eryk. Roh summon berwujud sulur tanaman yang masih membelit kotak ayam goreng tiba-tiba melilit kuat hingga kemasan ayam goreng itu melebur menjadi serpihan-serpihan berikut ayam gorengnya.

“Summoner....” Eryk mendesis marah pada gadis di depannya. “Tak ada yang paling aku benci di dunia ini selain para kelompok summoner yang sombong dan bersikap sewenang-wenang. Manusia di bawah sini, seburuk-buruknya mereka masih lebih baik daripada kalian para summoner.”

White si burung hantu yang diam-diam terus mengawasi dari atap gedung tiba-tiba melesat dan menukik tajam ke arah Eryk. Kepakan sayapnya diikuti oleh belasan kepakan burung hantu lain yang datang bersamanya. Warna bulu mereka beragam; cokelat, hitam, kuning keemasan, kelabu, atau gabungan dari warna itu. Mereka datang bersama-sama mengepakkan sayap dan menyelubungi tubuh Eryk. Detik berikutnya tubuh Eryk terangkat ke atas.

“Kau mau melakukan kontrak denganku, Eryk Wayland?” Sekali lagi White menawarkan kekuatannya. “Jika kau menolakku kali ini, aku akan menjatuhkanmu agar gadis itu bisa membunuhmu!”

Eryk merinding. Dia tak pernah melihat White menjadi seserius itu sebelumnya.

“Ini kesempatan terakhirmu, Eryk. Jika kau menolak, aku benar-benar akan membinasakanmu!” White berkata dengan suara menggelegar.

“Berhenti!” teriak gadis itu dari bawah. “Kau pikir bisa kabur setelah membuat kekacauan di kota ini?”

Eryk ketakutan melihat sisi White yang berbeda. Dia lebih takut pada burung hantu itu daripada gadis di bawah sana.

“Kekacauan?” ulang Eryk. Dia berusaha menyembunyikan ketakutannya dan berteriak ke bawah. “Apakah mengambil makanan sisa dari bak sampah dianggap mengacau?”

Gadis itu menggerakkan tangannya dan mengarahkan telapaknya pada Eryk yang terbang ke udara. Dari telapak tangan gadis itu muncul sulur-sulur tanaman yang sangat panjang berduri untuk memburu Eryk bersama para burung hantu.

“Tentukan pilihanmu sekarang, Wayland!” desak White. “Dalam tiga detik, aku akan menjatuhkanmu! Satu... dua....”

Sebelum Eryk dijatuhkan oleh White, salah satu kakinya berhasil terjerat lebih dulu oleh sulur tanaman gadis itu. Dia menarik dengan kuat hingga Eryk kembali jatuh berdebum ke permukaan gang yang gelap. Para burung hantu yang mencoba membawanya kabur segera berhamburan.

Serangan mendadak itu mengejutkan Eryk. Dia terjatuh dengan mendarat di punggungnya. Dia sudah kehilangan makan malam dan kini gadis aneh berpakaian aneh dengan sulur-sulur tanaman itu mengerubunginya.

“Kau menolak mengakuinya dan mencoba kabur?” Dari balik roknya, gadis itu mengeluarkan pisau yang berkilat tajam. “Kalau begitu sebagai gantinya, aku akan mengambil jari-jari pencurimu itu.”

Gadis itu menerjang maju. Bersama dengan para sulur tanamannya, dia terus bergerak untuk menyerang Eryk yang masih terkapar di tengah gang.

Eryk menyambar tepian bak sampah dan melompat ke atasnya.

“Kau cepat juga, ya?” sindir gadis itu. “Summoner jenis apa kau ini? Kulihat burung-burung hantu itu terus mengikutimu.”

“Aku bukan summoner!” bantah Eryk.

Sebatang pohon berukuran besar tiba-tiba muncul dari dinding tempat Eryk mencoba memanjat. Eryk sempoyongan mencari keseimbangan. Gadis itu tertawa melihat Eryk lagi-lagi terjatuh.

Batang pohon itu terus mencuat dan hilang berulang-ulang dari seluruh permukaan dinding tempat Eryk mencoba berpijak. Karena tak ada tempat pijakan lagi, Eryk melihat pipa pembuangan tiga meter di sebelah kiri, lalu melompat. Tapi begitu jemarinya menangkap besi itu, pipa tersebut copot dari dinding diiringi semburan debu batu bata.

Eryk jatuh dan sisi tubuhnya menimpa aspal. Udara meledak keluar dari paru-parunya.

Gadis berambut panjang dengan sulur-sulur tanaman di tubuhnya mendekatkan wajah ke arah Eryk dan menyeringai.

“Tahan dia di tanah!” perintah gadis itu pada sulur-sulur tanamannya.

Eryk berbaring di permukaan aspal dengan banyak tanaman yang membelit dan menjerat tubuhnya. Eryk benar-benar tak bisa bergerak bahkan untuk bernapas pun dia sangat kesulitan. Seluruh tubuhnya serasa dijepit dan ditarik ke dasar bumi hingga menyisakan wajah saja di atas tanah.

“Kumohon... jangan....”

Eryk melawan, tapi gadis itu menduduki kaki Eryk dan menahan lengannya. Eryk terus memikirkan White. Meski dia selalu berkata pada White tak ingin diselamatkan, tapi hati kecilnya berkata sebaliknya. Eryk takut mati. Dia tak ingin mati. Tapi, dia juga terlalu takut untuk melakukan kontrak dengan White.

“Ternyata tubuhmu sangat lemah dan payah. Kau mungkin pandai melarikan diri, tapi tidak cukup tangguh untuk lari dariku. Katakan, di mana para komplotanmu yang lain?”

Eryk sangat sesak nafas dan hampir meledak karena terjepit pada akar dan sulur tanaman.

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Kau salah orang. Aku tidak mengerti apa pun. Aku hanya seorang gelandangan yang mengorek makanan dari bak sampah,” ujar Eryk kemudian dengan napas yang tersengal-sengal.

“Aku menyaksikanmu dikejar oleh seorang gadis di gang. Kau memancingnya ke tempat sepi. Setelah dapat, kau mencabut nyawa gadis itu dan merebut roh summonnya! Serahkan padaku roh summon yang sudah kau ambil darinya!”

Eryk melongo tak percaya. Dia teringat pada sosok pria berpakaian serba hitam yang berlari di sepanjang gang dan seorang gadis mengejarnya belum lama ini. Eryk melirik pada tubuhnya sendiri. Dia juga mengenakan pakaian serba hitam.

“Kau salah mengenali orang!” desis Eryk pada gadis itu.

Gadis ber-qipao merah itu tak peduli. Dia berdiri tegak menjulang di depan Eryk. Tangan kirinya diangkat ke langit dan muncul sebuah sulur tanaman berduri dari telapaknya.

“Jika ujung tanaman berduri ini menembus jantungmu, maka kau akan mati hanya dalam satu detik. Sebaiknya kau katakan sebelum aku tak bisa mengendalikan tanganku dan menghujam jantungmu.”

Sulur tanaman itu mulai muncul dari telapak tangannya dan siap melompat ke dada Eryk yang terus berdebar-debar luar biasa. Sepasang mata Eryk membeliak membayangkan kecepatan laju tanaman itu yang ingin menembus jantungnya.

Tanpa sadar Eryk berteriak, “White, tolong aku!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status