Share

Part 6. Eneg Juga Sama Dia

Aвтор: Dwi Nella Mustika
last update Последнее обновление: 2023-05-19 16:24:19

Aku menelusuri lobi dengan pelan, menuju arah tempat duduk Rinata dengan Mas Reno tadi. Kali ini lobi sudah agak mulai sepi. Kulihat jam dinding yang menempel di dekat meja receptionist tadi, rupanya sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Wajar saja sudah mulai agak sepi.

Ku putar bola mata dan badan memastikan satpam yang menyergapkan ku tadi juga tidak berada di sekitar lobi. Kalau sampai dia melihat ku lagi bisa kacau semua rencanaku. Dan, keadaan aman sesuai dengan yang aku harapkan.

Aku berdiri di dekat tonggak, di tonggak yang sama. Kujulurkan kepala perlahan dan ternyata benar mereka masih ada di sana. Tapi yang ku lihat hanya Mas Reno dan seorang perempuan sepertinya masih perempuan yang tadi kulihat, karena pakaiannya sama persis. Tetapi aku tak mengenal sosok perempuan berambut panjang itu.

Mas Reno sedang merangkul perempuan itu, terlihatnya mesra sekali.  Dadaku terasa sesak, nafasku mulai tak beraturan, dan ingin sekali ku menampar mantan suamiku itu. Beranjak dari posisiku bermaksud ingin melabrak mereka. Tetapi, tiba-tiba Rinata datang dengan membawa jinjingan sepertinya berisikan makanan.

Kutarik diri, lalu berdiri lagi di dekat tonggak. Tetapi ada yang aneh, kenapa Mas Reno melepas rangkulan si perempuan tadi ketika Rinata datang? Kalau memang itu wanita istimewanya Mas Reno, kenapa dia bersikap seperti itu? Ini memang sedikit aneh dengan apa yang ku pandang.

Jarak tonggak yang tidak jauh dari tempat yang mereka duduki sedikit bisa mendengarkan percakapan.

"Mas, sampai kapan kita sembunyi seperti ini?" ucap Rinata sambil menyenderkan badannya di pangkuan Mas Reno, terlihat jijik memang.

"Kamu tenang dulu, secara agama memang dia bukan istriku lagi. Tetapi secara negara belum ketuk palu. Kamu yang sabar yah." ujar Mas Reno sembari mengelus-elus rambut Rinata. 

Dasar lelaki hidung belang kamu, Mas gerutuku.

Perempuan yang aku tidak kenal itu pun ikut berbicara.

"Reno dan Rinata, kakak pamit pulang dulu. Kamu sabar dulu Rinata, betul apa yang dikatakan Reno tadi. Jangan gegabah, bisa runyam semuanya." pungkasnya sambil memeluk Rinata dan berlalu pergi.

Kakak? Apa aku tidak salah dengar, mengapa perempuan itu memanggil dirinya dengan sebutan kakak? Apa dia kakak dari Rinata? Lantas, mengapa tadi dia dirangkul oleh Mas Reno? 

Kualihkan lagi pandangan yang sangat menjijikan menurutku, terlihat Mas Reno membuka kantong yang dijinjing Rinata tadi.

"Kamu makan dulu sayang, nanti sakit. Jangan pikir aneh-aneh dulu." rayunya sambil menyuapi Rinata.

Dan tampak Rinata membuka lebar mulutnya menerima suapan dari Mas Reno.

Ingin sekali ku labrak mereka, benar-benar manusia tak bermoral mereka.

Oke, baik. Mungkin kau lebih dulu memainkan sandiwara ini. Tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam. Jika mereka bisa menipu ku, aku pun harus bermain cantik mencari tahu semuanya. Biar nanti di persidangan cerai, aku mempunyai bukti yang kuat, dan tuduhan yang diperuntukkan untukku itu adalah fitnah.

Berjalan pelan menuju lift, kuputuskan kembali ke kamar. Walaupun hati ini masih panas membara atas apa yang diperbuat oleh Mas Reno, tetapi aku tidak boleh ceroboh untuk menuntaskan hal ini. 

Mencoba menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak ku. Terserah mereka mau menginap di hotel ini berduaan. Ku atur nafas, berusaha mengikhlaskan atas takdir yang ku jalani.

Keluar dari lift, sekarang aku sudah berada di lantai lima menuju kamar. Aku yang berjalan sambil menundukkan kepala tak menghiraukan lorong sekitar menuju kamar.

"Hati-hati Mba nunduk aja nanti nabrak lagi lho" ujarnya.

Spontan, kepalaku yang tadinya menunduk kembali tegak mendengar suara ocehan itu, sepertinya suara laki-laki. Dan benar saja, itu suara laki-laki yang aku tabrak sebelum masuk lift tadi.

"Ya ampun kenapa mesti ketemu lagi sih sama ni orang, bikin malu aja." bathinku.

"Hmm, eh iya Pak." ucapku sembari senyum tipis ke arah lelaki tadi.

Kami berpas-pasan ketika berjalan di lorong kamar. Entah memang kebetulan ketemu, atau memang kamarnya juga di lantai yang sama dengan ku. Aku pun tak mau tahu.

"Mba, nanti jangan sampai terbalik lagi ya kartunya." dia pun sedikit bersorak karena posisinya yang sudah beberapa centimeter di belakang ku.

Aku pun enggan menoleh, lama-lama eneg juga sama dia, sok akrab menurut ku. 

***

Senin yang paling ku tunggu-tunggu. Selain memulai aksi ku hari ini dengan mencari tahu tentang Rinata. Hari efektif kerja juga membuat perputaran waktu terasa cepat berlalu. Sehingga aku tak larut dalam rasa hancur dari Mas Reno.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
dianrahmat
rinata ternyata selingkuhan nya Reno & si kakak.... ??? rumit. yg pasti Reno bajingan.
goodnovel comment avatar
Mael Julius
kan udah cerai.ngapain jg masih ngurusin..mau mengemis ya
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
nah gitu dong Rinjani cari tahu ada hubungn apa rinata dan mantan suami mu reno
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Mau Miskin ataupun Bahagia, Aku Pilih Jalan Sendiri!

    Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Diberi Nama Argantara

    Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Arumi Dibawa Pergi

    Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sepucuk Amplop Putih

    Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Apa Hanya Sekedar Ancaman?

    Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Debat-debat Apaan Itu di Lantai 2

    Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status