Share

Part 6. Eneg Juga Sama Dia

Aku menelusuri lobi dengan pelan, menuju arah tempat duduk Rinata dengan Mas Reno tadi. Kali ini lobi sudah agak mulai sepi. Kulihat jam dinding yang menempel di dekat meja receptionist tadi, rupanya sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Wajar saja sudah mulai agak sepi.

Ku putar bola mata dan badan memastikan satpam yang menyergapkan ku tadi juga tidak berada di sekitar lobi. Kalau sampai dia melihat ku lagi bisa kacau semua rencanaku. Dan, keadaan aman sesuai dengan yang aku harapkan.

Aku berdiri di dekat tonggak, di tonggak yang sama. Kujulurkan kepala perlahan dan ternyata benar mereka masih ada di sana. Tapi yang ku lihat hanya Mas Reno dan seorang perempuan sepertinya masih perempuan yang tadi kulihat, karena pakaiannya sama persis. Tetapi aku tak mengenal sosok perempuan berambut panjang itu.

Mas Reno sedang merangkul perempuan itu, terlihatnya mesra sekali.  Dadaku terasa sesak, nafasku mulai tak beraturan, dan ingin sekali ku menampar mantan suamiku itu. Beranjak dari posisiku bermaksud ingin melabrak mereka. Tetapi, tiba-tiba Rinata datang dengan membawa jinjingan sepertinya berisikan makanan.

Kutarik diri, lalu berdiri lagi di dekat tonggak. Tetapi ada yang aneh, kenapa Mas Reno melepas rangkulan si perempuan tadi ketika Rinata datang? Kalau memang itu wanita istimewanya Mas Reno, kenapa dia bersikap seperti itu? Ini memang sedikit aneh dengan apa yang ku pandang.

Jarak tonggak yang tidak jauh dari tempat yang mereka duduki sedikit bisa mendengarkan percakapan.

"Mas, sampai kapan kita sembunyi seperti ini?" ucap Rinata sambil menyenderkan badannya di pangkuan Mas Reno, terlihat jijik memang.

"Kamu tenang dulu, secara agama memang dia bukan istriku lagi. Tetapi secara negara belum ketuk palu. Kamu yang sabar yah." ujar Mas Reno sembari mengelus-elus rambut Rinata. 

Dasar lelaki hidung belang kamu, Mas gerutuku.

Perempuan yang aku tidak kenal itu pun ikut berbicara.

"Reno dan Rinata, kakak pamit pulang dulu. Kamu sabar dulu Rinata, betul apa yang dikatakan Reno tadi. Jangan gegabah, bisa runyam semuanya." pungkasnya sambil memeluk Rinata dan berlalu pergi.

Kakak? Apa aku tidak salah dengar, mengapa perempuan itu memanggil dirinya dengan sebutan kakak? Apa dia kakak dari Rinata? Lantas, mengapa tadi dia dirangkul oleh Mas Reno? 

Kualihkan lagi pandangan yang sangat menjijikan menurutku, terlihat Mas Reno membuka kantong yang dijinjing Rinata tadi.

"Kamu makan dulu sayang, nanti sakit. Jangan pikir aneh-aneh dulu." rayunya sambil menyuapi Rinata.

Dan tampak Rinata membuka lebar mulutnya menerima suapan dari Mas Reno.

Ingin sekali ku labrak mereka, benar-benar manusia tak bermoral mereka.

Oke, baik. Mungkin kau lebih dulu memainkan sandiwara ini. Tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam. Jika mereka bisa menipu ku, aku pun harus bermain cantik mencari tahu semuanya. Biar nanti di persidangan cerai, aku mempunyai bukti yang kuat, dan tuduhan yang diperuntukkan untukku itu adalah fitnah.

Berjalan pelan menuju lift, kuputuskan kembali ke kamar. Walaupun hati ini masih panas membara atas apa yang diperbuat oleh Mas Reno, tetapi aku tidak boleh ceroboh untuk menuntaskan hal ini. 

Mencoba menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak ku. Terserah mereka mau menginap di hotel ini berduaan. Ku atur nafas, berusaha mengikhlaskan atas takdir yang ku jalani.

Keluar dari lift, sekarang aku sudah berada di lantai lima menuju kamar. Aku yang berjalan sambil menundukkan kepala tak menghiraukan lorong sekitar menuju kamar.

"Hati-hati Mba nunduk aja nanti nabrak lagi lho" ujarnya.

Spontan, kepalaku yang tadinya menunduk kembali tegak mendengar suara ocehan itu, sepertinya suara laki-laki. Dan benar saja, itu suara laki-laki yang aku tabrak sebelum masuk lift tadi.

"Ya ampun kenapa mesti ketemu lagi sih sama ni orang, bikin malu aja." bathinku.

"Hmm, eh iya Pak." ucapku sembari senyum tipis ke arah lelaki tadi.

Kami berpas-pasan ketika berjalan di lorong kamar. Entah memang kebetulan ketemu, atau memang kamarnya juga di lantai yang sama dengan ku. Aku pun tak mau tahu.

"Mba, nanti jangan sampai terbalik lagi ya kartunya." dia pun sedikit bersorak karena posisinya yang sudah beberapa centimeter di belakang ku.

Aku pun enggan menoleh, lama-lama eneg juga sama dia, sok akrab menurut ku. 

***

Senin yang paling ku tunggu-tunggu. Selain memulai aksi ku hari ini dengan mencari tahu tentang Rinata. Hari efektif kerja juga membuat perputaran waktu terasa cepat berlalu. Sehingga aku tak larut dalam rasa hancur dari Mas Reno.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
dianrahmat
rinata ternyata selingkuhan nya Reno & si kakak.... ??? rumit. yg pasti Reno bajingan.
goodnovel comment avatar
Mael Julius
kan udah cerai.ngapain jg masih ngurusin..mau mengemis ya
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
nah gitu dong Rinjani cari tahu ada hubungn apa rinata dan mantan suami mu reno
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status