SEASSON ONE : SUDAH TAMAT (PENGKHIANATANMU AWAL KEBAHAGIAANKU) Mengkhianati itu bukankah sebuah kekhilafan malah sebuah pilihan. Saat dulu tak diperhitungkan berusaha mati-matian. Dan, ketika tahta berada di tangan, kesombongan pun tak bisa kesombongan pun menjadi kawan dekat. Kebanyakan logika memang memudarkan hati nurani, begitulah banyak lelaki bergelar suami yang tak tahu diri. SEASSON TWO : SUDAH TAMAT (RAHIM YANG TAK BERSALAH) Laki-laki itu 90% fokus ke logika dan berbanding terbalik dengan perempuan. Jangan terbuai bujuk rayunya, apalagi mengatasnamakan kata cinta. Bullshit. Garis dua di alat testpack membuat semuanya kacau balau. Parahnya, lepas tanggung jawab. SEASSON THREE : ISTRIKU KEMBALI MENJADI WANITA KARIR SETELAH MELAHIRKAN ANAK ISTIMEWA Memang kenapa dengan anak istimewa? Merasa malukah? Hingga tega menitipkannya pada baby sitter dan memilih untuk menjadi wanita karir.
Lihat lebih banyak#pengkhianatanmu_awal_kebahagiaanku
Chapter I"Mulai hari ini aku talak kamu, dan terhitung mulai sekarang kau bukan istriku lagi!" suara lantang, tangan mengepal dan muka memerah saat suami tercintaku melontar kata talak untuk wanita yang sudah tiga tahun menemaninya."Tidak Mas, ini hanya salah paham harusnya kamu dengerin dulu penjelasan aku." berusaha meyakinkan Mas Reno, sembari memegang tangannya berharap dia mau mendengarkan penjelasanku."Cukup Rinjani, tak perlu kau menjelaskan apa-apa lagi. Apa yang ku lihat di restoran tadi sudah cukup jelas, kau berselingkuh di belakangku!" tanganku di sentak hingga terpental ke tempat tidur."Tega kamu, Mas!""Kau dan Ibumu ternyata sama, sama-sama tukang selingkuh." cecarnya."Hei, jaga ucapanmu Mas, urusan Ibuku itu bukan urusanmu!" hardikku.Dia berlalu keluar kamar dan pergi entah kemana.Aku membeku disudut ranjang, bulir- bulir bening mulai membasahi pipi. Suami yang aku cintai sekarang sudah menalak wanita yang katanya paling dia sayang.Tega kamu Mas, hanya kejadian salah paham di restoran tadi semua jadi seperti ini. Air mata ini tak bisa dibendung, malah semakin berlomba-lomba berjatuhan."Ini hanya salah paham Maaaaaaaassss." aku menjerit sejadi-jadinya, karena tak terima diceraikan.Ah, buat apa aku menangisi dia yang secara tidak langsung sudah menghina Ibuku.Terpesona ku pada pandangan pertamaaa dan tak......... (suara nada panggilan gawaiku)Kusapu air mata, lalu mengambil gawai di atas nakas. Terlihat di layar mengedip-ngedip terpampang nama Deska. Ada apalagi dia menelfonku. Tak cukupkah dia sudah menghancurkan rumah tanggaku. Icon telefon warna merah menjadi pilihan.Berbaringan di peraduan, air mataku masih enggan untuk berhenti. Mengalir deras bagaikan air pancuran. Mataku pun sembab.***"Hai Rinjani sayang, gimana tadi presentasinya sukses?" Reno menggodaku sambil menghenyakkan pantatnya di atas meja kerja.Manusia satu ini memang tak ada sopan-sopannya, masuk ruangan tanpa ngetuk pintu, malah nyelonong tanpa permisi dan mengucap salam."Wooiii, lu kalo mau masuk ruangan gue ketuk dulu itu pintu, punya tangan nggak lu?" Mataku membelalak ke arah Reno sambil menepuk punggung lelaki berkulit kuning langsat itu."Eeehh,,, eehhh santai aja Neng, nggak usah sewot begitu. Ntar nggak laku-laku lho" Reno melentikkan telunjuknya ke daguku."Iissshh, apaan sih lu!" dengan sigap Rinjani langsung menghadang tangan lelaki separuh buaya darat itu dan mendorongnya keluar, hingga Reno terjatuh ke lantai."Duuuhhh, parah banget sih lu. Jadi cewek nggak ada lembut-lembutnya. Pantes aja dari zaman kuliah sampai sekarang lu nggak punya pacar." Reno mencibir Rinjani seakan mengejek, kalau perempuan langsing itu tidak laku."Idiiiiiih, apa urusan lu. Suka-suka gue donk. Ngapain lu yang sewot."Rinjani mendorong paksa tubuh Reno, hingga pas di depan pintu badannya terpental ke lantai.***Ting... Tung... Ting... Tung... Ting... Tung...Suara bel membangunkanku yang tengah bermimpi. Rasanya lucu sekali mengingat masa-masa dulu. Aku dan Reno adalah teman sekantor, bahkan kami satu almamater, satu jurusan, dan satu angkatan sewaktu zaman kuliah dulu.Siapa lagi yang datang tengah malam begini. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 03.00 pagi. Apa itu kamu Mas. Aku berlari ke pintu dimana suara bel itu berasal. Dan benar, pas kubuka pintu ada Mas Reno.Belum sempat aku menyapa untuk menyambut kedatangannya. Dia sudah mengumpat duluan."Lama sekali kau membuka pintunya, oh aku tau apa pria yang di restoran tadi ada di rumah ini! Wah, wah cepat sekali pergerakan kau Rinjani!" tuduhnya."Tidak Mas, aku tadi tidur. Tak usahlah kamu berpikiran yang aneh-aneh" ucapku melunak sambil merangkul tangannya."Lepaskan tanganmu, ingat, kau bukan istriku lagi. Dan jangan berharap kau bisa kembali kepadaku, Rinjani." lagi dan lagi tanganku disentak keras.Mas Reno masuk ke kamar mengambil koper di atas lemari dan memasukkan beberapa helai baju."Mas, kamu mau kemana? Kenapa baju-bajunya dibawa?" aku berusaha melarangnya."Diam kau, tak usah ikut campur urusanku. Ingat, urusanku bukan urusanmu lagi. Cam kan itu." bentaknya.Pintu utama dihempaskannya dan dia berlalu pergi entah kemana, akupun tidak tahu.Aku terus meratapi, masih terngiang di telinga kata talak yang diucapkan suamiku itu. Malam kian larut, mataku enggan terpejam. Dada ini masih serasa sesak, isak tangis ku pun masih terdengar.Ku coba membaringkan tubuh ini di peraduan, berharap ada energi esok hari.***"Mau apa kau sekarang, tak usah bersujud kepadaku. Jadi majikan itu selingkuhan mu. Hebat sekali kau bersandiwara selama ini Ratih!"Ayah mendorong Ibu hingga jatuh ke lantai, aku yang berdiri di dekat pintu langsung lari menghampiri ibu. Ku peluk Ibu dengan sangat erat. Tangisku pecah."Mas, aku tidak hubungan apa-apa dengan Pak Haddy." Ibu membela diri sambil menangis."Alaaaahh, tak perlu kau membela diri. Atau jangan-jangan Rinjani anak si Tua Bangka itu dan bukan darah dagingku."Astagfirullah Mas, ini anakmu, Rinjani anakmu." rintih Ibu."Aku tak percaya omong kosong kau Ratih, bisa saja kau membohongiku lagi." serang Ayah.Ayah, jangan Ayah jangan. Jangan pukuli Ibu.. Ibuuuuu...Terima kasih reader ku udah sempatin baca, subscribe, dan kasih komentar buat tulisan aku. Jangan lupa baca bab selanjutnya yaa, tentu penasaran kan?Jangan lupa juga buat baca dan subscribe tulisan aku yang lainnya. Tinggalkan pesan di kolom komentar tentang buku yang kalian tulis. Biar aku bisa baca juga, supaya kita saling support.Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham
Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b
Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit
Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima
Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s
Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen