Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku

Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku

By:  Dwi Nella Mustika  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings
123Chapters
45.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

SEASSON ONE : SUDAH TAMAT (PENGKHIANATANMU AWAL KEBAHAGIAANKU) Mengkhianati itu bukankah sebuah kekhilafan malah sebuah pilihan. Saat dulu tak diperhitungkan berusaha mati-matian. Dan, ketika tahta berada di tangan, kesombongan pun tak bisa kesombongan pun menjadi kawan dekat. Kebanyakan logika memang memudarkan hati nurani, begitulah banyak lelaki bergelar suami yang tak tahu diri. SEASSON TWO : SUDAH TAMAT (RAHIM YANG TAK BERSALAH) Laki-laki itu 90% fokus ke logika dan berbanding terbalik dengan perempuan. Jangan terbuai bujuk rayunya, apalagi mengatasnamakan kata cinta. Bullshit. Garis dua di alat testpack membuat semuanya kacau balau. Parahnya, lepas tanggung jawab. SEASSON THREE : ISTRIKU KEMBALI MENJADI WANITA KARIR SETELAH MELAHIRKAN ANAK ISTIMEWA Memang kenapa dengan anak istimewa? Merasa malukah? Hingga tega menitipkannya pada baby sitter dan memilih untuk menjadi wanita karir.

View More
Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dwi Nella Mustika
Readers, kisah Viola beberapa part lagi akan ending. Dan, akan rilis SEQUEL seasson three, kira-kira kisah siapa yang aku angkat? Hmm ... jangan lupa pantengin terus ya ... yang jelas nggak kalah gelut dan menyayat hati pokoknya ...
2024-01-03 19:48:25
1
user avatar
Dwi Nella Mustika
hai, kak. jangan lupa juga mampir di cerita aku yang lainnya ya. udah tamat juga bisa baca maraton sampai ending
2023-07-09 23:34:50
1
default avatar
hudzaqiputra
Dari segi cerita aku suka, padat ga bertele2. Penuh semangat. Untuk bagian dialog marah2, terasa sekali marah2nya, cuman giliran dialog memelas (contoh:Reno) kurang memelasnya, yaahh walaupun ceritanya cuman akting, tp kurang greget aja memelasnya, seperti asal ada aja.
2023-07-06 01:42:43
1
user avatar
Dwi Nella Mustika
Readers ... jika berkenan beri ulasan dan bintangnya ya. Makasih
2023-06-01 22:49:41
1
123 Chapters
Part 1. Dituduh Berselingkuh Berujung Ditalak
#pengkhianatanmu_awal_kebahagiaankuChapter I"Mulai hari ini aku talak kamu, dan terhitung mulai sekarang kau bukan istriku lagi!" suara lantang, tangan mengepal dan muka memerah saat suami tercintaku melontar kata talak untuk wanita yang sudah tiga tahun menemaninya."Tidak Mas, ini hanya salah paham harusnya kamu dengerin dulu penjelasan aku." berusaha meyakinkan Mas Reno, sembari memegang tangannya berharap dia mau mendengarkan penjelasanku."Cukup Rinjani, tak perlu kau menjelaskan apa-apa lagi. Apa yang ku lihat di restoran tadi sudah cukup jelas, kau berselingkuh di belakangku!" tanganku di sentak hingga terpental ke tempat tidur."Tega kamu, Mas!""Kau dan Ibumu ternyata sama, sama-sama tukang selingkuh." cecarnya."Hei, jaga ucapanmu Mas, urusan Ibuku itu bukan urusanmu!" hardikku.Dia berlalu keluar kamar dan pergi entah kemana.Aku membeku disudut ranjang, bulir- bulir bening mulai membasahi pipi. Suami yang aku cintai sekarang sudah menalak wanita yang katanya paling dia s
Read more
Part 2. Bathin Bertanya-tanya
#pengkhianatanmu_awal_kebahagiaankuCharter II***"Astagfirullah Mas, ini anakmu, Rinjani anakmu." rintih Ibu."Aku tak percaya omong kosong kau Ratih, bisa saja kau membohongiku lagi." serang Ayah.Ayah, jangan Ayah jangan. Jangan pukuli Ibu.. Ibuuuuu... Kriing... Kriing... Kriing...Jam weker berbunyi dengan sangat keras. Aku terjaga. Astagfirullah, lagi dan lagi aku bermimpi. Mimpi yang pernah nyata sebelumnya. Setelah menunaikan kewajiban Sholat Subuh, ku ambil gawai di atas nakas, menghabiskan waktu menunggu pagi menjelang. Banyak icon aplikasiku yang berwarna merah, tetapi mata ku tertuju pada icon amplop surat ada angka tiga berwarna merah, pertanda ada tiga pesan masuk. Ini sungguh hal yang tak biasa. [Hai Rinjani, selamat ya atas status jandamu. Saya bahagia melihat kau menderita] [Loh, kok pesanku tak dibalas? Hmm, pasti lagi nangis darah ya?][Hancurkan kau sekarang, Rinjani Haseena Putri! Hahahaha]Nomor yang tidak dikenal? Siapa lagi ini? Kenapa dia tahu kondisi ruma
Read more
Part 3. Bertemu
Matahari Sabtu kali ini masih malu-malu memancarkan sinarnya. Walau sudah pukul 11.00 siang namun hawanya masih seperti pukul 07.00 pagi. Weekend pertama tanpa Mas Reno. Entah dimana dia, setiap detik rasanya masih memikirkan lelaki berhidung mancung itu.Hari ini malas sekali rasanya berkegiatan. Ku ambil gawai di atas nakas, yang dari semalam sepulang kerja tak kusentuh. Ku buka aplikasi icon berwarna hijau sambil berselonjoran di tempat tidur, banyak chat yang masuk mulai group SD, SMP, SMA, kuliah, sampai group kantor, dan ada beberapa chat pribadi. Tetapi, mata ku tertuju pada pesan dari sosok yang selalu dikangenin. Dia Reisya.[Rin, Sabtu ini ada acara nggak? Ketemuan yuk, mumpung aku lagi di Jakarta!] Duh Reisya, kok kamu selalu ada di saat yang tepat sih. Ku balas pesan darinya.[Haa! Lu di Jakarta? Oke, kita ketemunya di tempat biasa aja yah Rei, sekitaran pukul 14.00 aja ketemuannya][Iye, sampai ketemu nanti yah] balasnya lagiReisya adalah teman seperjuanganku sewaktu ma
Read more
Part 4. Heran
"Deska." dengan murka, kutarik tangan yang sempat mengulur tadi, buat apa juga bersalaman dengan orang seperti dia."Rinjani, kok kamu di sini?" keningnya mengerut rupanya Deska juga terkejut melihat aku berdiri di depannya dan dia seperti kebingungan mengapa aku ada bersama Reisya.Reisya yang melihat ekspresi ku dan Deska pun ikut heran, "Kalian sudah saling kenal? Kok bisa?" tampak bola matanya melirik ke arah ku dan Deska."Rei, gue pamit ya ada urusan penting." kutarik kasar tas di atas meja lalu pergi meninggalkan mereka."Rin, Rinjani, tunggu Rin.""Lepasin aku Rei." Reisya yang sempat menahan dengan memegang lengan dan terpaksa ku sentak.Ada perasaan bersalah sama Reisya karena meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan. Tapi menurutku, ini bukan waktu yang tepat. Tidak tahu juga apa yang terjadi di antara Reisya dan Deska. Semoga mereka baik-baik saja.Ku harap Reisya mengerti dengan posisi ku walaupun dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, mengapa harus Deska
Read more
Part 5. Siapa Perempuan Itu?
Kutarik nafas lalu dihembuskan perlahan, mengatur emosi yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Permasalahan yang ada harus diselesaikan satu per satu. Tak perlu lagi aku meratapi, tentang apa yang sudah terjadi. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Dan mungkin ini jalan terbaik. Mencoba ikhlas dan rela tentu takkan mudah. Tapi kalo menurut Yang Kuasa aku mampu menjalani, ya sudah berbesar hati saja. Aku kuat demi diri sendiri dan Ibu, itu saja saat ini.Ku pandangi satu per satu foto yang berderet di atas nakas. Sungguh indah memang untuk dikenang, tak ada yang menyangka rumah tangga yang ku harap hanya sekali seumur hidup berakhir dengan persoalan yang menurutku itu konyol.***Malam harinya ku kemas satu per satu baju dan perlengkapan pribadi, rasanya semakin sesak jika aku tetap tinggal di rumah penuh kenangan ini. Sewaktu mau menutup pintu kamar. Tiba-tiba bell berbunyi, sembari ucapan salam dari luar."Assalamualaikum, Rinjani, buka pintunya!" suara yang tak asing lagi, dia
Read more
Part 6. Eneg Juga Sama Dia
Aku menelusuri lobi dengan pelan, menuju arah tempat duduk Rinata dengan Mas Reno tadi. Kali ini lobi sudah agak mulai sepi. Kulihat jam dinding yang menempel di dekat meja receptionist tadi, rupanya sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Wajar saja sudah mulai agak sepi.Ku putar bola mata dan badan memastikan satpam yang menyergapkan ku tadi juga tidak berada di sekitar lobi. Kalau sampai dia melihat ku lagi bisa kacau semua rencanaku. Dan, keadaan aman sesuai dengan yang aku harapkan.Aku berdiri di dekat tonggak, di tonggak yang sama. Kujulurkan kepala perlahan dan ternyata benar mereka masih ada di sana. Tapi yang ku lihat hanya Mas Reno dan seorang perempuan sepertinya masih perempuan yang tadi kulihat, karena pakaiannya sama persis. Tetapi aku tak mengenal sosok perempuan berambut panjang itu.Mas Reno sedang merangkul perempuan itu, terlihatnya mesra sekali. Dadaku terasa sesak, nafasku mulai tak beraturan, dan ingin sekali ku menampar mantan suamiku itu. Beranjak dari posisiku b
Read more
Part 7. Harus Ikut!
Senin yang begitu cerah, matahari pun menjadi saksi betapa bagusnya cuaca hari ini. Berjalan menuju lobi kantor, kali ini aku agak berenergi untuk memasuki gedung yang terdiri dari dua puluh lantai ini, aura yang kurasakan sudah membaik dari beberapa hari belakangan."Pagi, Bu" sapa seorang satpam bernama Pak Wawan, kita saling berpas-pasan di lobi kantor. Aku sambut hangat sapaannya."Pagi juga Pak Wawan, semangat bekerja ya." balasku dengan sedikit senyuman, Pak Wawan pun membalasnya dengan sikap hormat grak.Agak lucu memang, dia memang terkenal satpam humoris di antara satpam-satpam lainnya. Dan juga, dia mengabdi di perusahaan ini sudah lebih dari 15 tahun lamanya. Bukan waktu yang sebentar pastinya.Memberikan senyum dan sapaan yang hangat untuk karyawan lain. Hal ini sudah biasa aku lakukan sejak bergabung di kantor ini. Bagi ku pribadi tidak ada perbedaan strata apalagi jabatan karena di sini kita sama-sama mencari rezeki selagi itu halal.Ketika pintu lift mau tertutup, tiba-
Read more
Part 8. Ranjang Berdampingan
Urusan dengan Pak Harjoko nanti saja ku pikirkan. Pasti nanti dia akan bertanya kenapa Rinata juga ikut dalam perjalanan dinas kali ini. Sekarang biar ku booking tiket buat sekretaris polos ku itu, nggak apa-apa kalau harus mengeluarkan uang pribadi, yang penting aku bisa mencari tahu tentangnya.***Dalam perjalanan menuju bandara aku hanya diam membisu, terasa berat mulut ku berbicara dengan dia. Rinata pun entah mengapa juga tak mengeluarkan suaranya. Hmm, mungkin masih merasa kesal dengan ku.Dan benar saja dugaan ku, Pak Bos terkejut dengan ada Rinata di samping ku. Pak Harjoko sudah lebih dahulu keluar dari kantor. Mungkin ada keperluan lain."Lho Rin, Rinata i...." Pak Harjoko melihat ke arah ku dan Rinata secara bergantian."Yuk kita check-in Pak, nanti keburu antri lama." dengan sigap aku memotong ucapan Pak Harjoko, supaya Rinata tidak menaruh curiga terhadap ku.Untung saja Pak Harjoko, tidak meneruskan pertanyaanya lagi. Kali ini, Pak Bos bisa diajak berkompromi. Padahal a
Read more
Part 9. Sangat Sulit Didapatkan
POV Reno 1***Sekali kekhilafan yang ku lakukan, membawa deras rasa bersalah ku terhadap Rinjani, istriku. Berkhianat di belakangnya, sejak dua tahun yang lalu. Aku tidak ingat kapan memulai hubungan secara serius dengan Rinata.***Meraih cinta Rinjani, sejujurnya begitu sulit kudapatkan. Masih ingat di benakku. Aku yang sedari kuliah sudah menaruh hati kepadanya. Sosoknya yang unik itu yang menjadi daya tarik untukku, ketika pertama kali bertemu di kampus.Apalagi fashionnya tidak seperti wanita kebanyakan, yang sibuk dengan printilan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Gayanya yang sederhana itu semakin membuat rasa penasaran ku bertambah. Kehidupan ku dengan Rinjani sangat berbanding terbalik, sekalipun begitu aku tetap saja terpikat olehnya. Kita satu angkatan, satu jurusan, tetapi beda kelas. Pada semester kedua, aku sampe bela-belain pindah kelas, agar bisa sekelas dengan Rinjani. Dan, saat itu aku mulai berkenalan dengan perempuan bermata sipit itu.***Tiga tahun silam ..
Read more
Part 10. Selalu Berpas-pasan
Sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke pernikahan, aku dan Rinjani sudah berdiskusi tentang siapa yang harus mengundurkan diri. Waktu itu kami membicarakannya usai pulang kerja. Nongkrong di cafe sambil makan malam."Rin, kalau menurut ku, biar aku saja yang resign kamu tetap di situ saja." bujukku."Aku saja yang resign Mas, kamu kan laki-laki yang bakal jadi kepala keluarga untuk menghidupi aku dan anak-anak kita nanti." kali ini terdengar agak tegas ucapan dari Rinjani. Dia memang tidak setuju kalau aku yang mengundurkan diri."Rin, kali ini jangan keras kepala bisa? Aku laki-laki in syaa Allah akan mudah mendapatkan pekerjaan lagi, beda sama kamu. Perempuan jika sudah memasuki usia dewasa dan apalagi mau menikah sangat jarang perusahaan dengan mudah menerima kondisi seperti itu." ku coba membujuknya."Ta-tapi, Mas..""Sekarang kamu pilih, aku yang resign dan kamu tetap bekerja atau aku tetap di perusahaan ini dengan catatan kamu di rumah saja, biar aku yang bekerja!" belum sempat
Read more
DMCA.com Protection Status