Mereka saling bertatapan sejenak. Angela terkesima dengan gaya kasual Rey, tak seperti biasanya yang selalu menggunakan stelan jas. kaos putih ketat yang mencetak otot kekar di baliknya, dengan celana berwarna coklat moca lengkap dengan sneacker. Angela perlahan menghampiri Rey lalu mencoba untuk mendaratkan ciuman di bibirnya, namun lelaki itu memalingkan wajahnya.Dia tidak rela untuk orang lain menyentuh bibirnya selain kekasihnya. Bibir Angela hanya menempel di pipi Rey."Kamu sangat tampan." Angela tak segan untuk mengatakan kekagumannya. Rey menatap tubuh indah didepannya."Sepertinya kamu mulai terpesona denganku, tapi kamu berusaha mengingkarinya," ujar Angela dengan nada angkuh, menelisik kedua mata elang di depannya."Aku bukan terpesona denganmu. Hanya kaget aja lihat penampilanmu tidak biasanya. Kali ini penampilanmu lebih sopan." Jujur Rey membuat Angela menarik napas jengah, sambil kembali mematut dirinya sendiri. Dress merah maron selutut tertutup sampai lengan denga
"Jadilah gadis yang penurut." Lama Rey menatapnya. Tatapannya berakhir pada bibir gadis itu. Tangan Rey yang kokoh meraih tengkuk gadis itu lalu mendekatkan wajahnya.Angela memejamkan matanya, Jantungnya berpacu dengan cepat saat merasakan kecupan hangat di dahinya. Matanya masih terpejam menginginkan lebih, namun tidak ada tindakan selanjutnya dari lelaki didepannya."Enak.""Hah?" Kening Angela berkerut."Makanannya enak.""Ooh." jawab Angela kikuk. Rey tahu kalau gadis itu menginginkan lebih dari sekedar kecupan di dahi.Dia juga tahu jika Angela saat ini sedang fokus pada dirinya. Tangan kiri Rey terulur mengusap wajah gadis itu sedang tangan kanannya mulai meraih sesuatu dalam saku celananya."Apa kamu menginginkan lebih dari yang tadi?" sambil matanya tetap menggiring Angela agar fokus pada kedua netranya.Angela mengangguk lemah dengan tatapan penuh harap."Kiss me," ucap Angela lirih.Rey memiringkan kepalanya lalu dikecup benda ranum itu. Menghisapnya lebih dalam, Angela me
Dada Rey bergemuruh, dicermati lagi vidio itu dengan teliti, bahkan memperbesar gambarnya.Tak puas diulangi lagi berkali-kali. Rey tak ingin salah menanggapi. Dia bahkan tidak ingin mempercayai apa yang dilihatnya. Mereka berdua adalah orang yang begitu Rey sayangi, dia tidak ingin memikirkan jika mereka mengkhianatinya.Jelas-jelas di vidio itu terlihat Alex dengan lara dalam posisi yang sangat intim. Tetapi hanya terlihat kepala Alex yang merunduk, punggung lebar Alex menutupi Lara sehingga Rey tidak bisa memastikan apa yang mereka lakukan, tapi tangan Alex yang terulur ke depan dapat menggambarkan situasi seperti apa yang terjadi.Rahang Rey mengetat, ponsel di tangannya hampir remuk dalam genggamannya.Dia masih berusaha tenang untuk tidak terprovokasi dengan apa yang dilihatnya. Rey menontonnya sampai habis, di mana terlihat tatapan Lara yang seperti ingin memakan Alex hidup-hidup dengan emosi yang meluap-luap.Terlihat juga Alex yang melampiaskan kekesalannya. Setelah itu t
Sosok yang berada dalam mobil sport merah itu menggigil saat melihat Alex yang disangkanya sedang melamar Lara."Bajingan! Kamu meniduriku berkali-kali tapi kamu malah melamar orang lain." Air mata jatuh luruh di pipi gadis cantik yang syok melihat Alex.Tari, gadis yang dijadikan Alex sebagai pelariannya.Suhu yang sudah menghangat karena langit mulai memerah, namun rupanya tidak seperti yang Tari rasakan. Suhu di sekitar terasa membakar jiwanya."Aku dan Tari sedang ada masalah, aku stres dan saat itu mengira kamu adalah Tari. Bukan tujuanku berbuat seperti itu padamu, itu hanya karena aku menyangka kamu adalah Tari. Aku benar-benar lagi pusing saat itu, tidak bisa membedakan antara Tari dan kamu. Percayalah padaku." dusta Alex, dia akan melakukan apapun untuk mendapat kepercayaan Lara lagi.Hati Lara melunak.'Aku juga saat itu seperti hilang akal menyangka Alex adalah Rey.' batin Lara.Alasan Alex bagi Lara masuk akal, karena dia juga merasakan hal yang sama. Setidaknya dia bisa
Hari masih pagi ketika Lara masuk ke ruangannya. Terlihat hanya beberapa orang yang baru berada di depan komputer masing-masing, di ruangan lainnya.Masih terlalu awal untuk dia melakukan aktifitas hari ini, tapi memang sudah menjadi kebiasaannya jika akhir bulan, banyak pekerjaan yang menantinya untuk segera diselesaikan.Lara duduk di depan komputernya, sesekali terlihat kepalanya menoleh pada lembaran kertas di depannya, dengan tangan aktif bergerak pada keyboard-nya. Dia sedang menginput data nasabah yang telah pencairan sambil menghitung presentase kredit yang lalai. Setelah itu akan membuat laporan bulanan."Permisi Bu Lara, ada paket untuk anda."Lara menoleh saat seorang satpam menghampirinya dengan sebuah kotak bersimpul pita ungu yang cantik, di tangannya."Dari siapa, Pak?" Kening Lara mengerut. Rasanya hari ini dia tidak berulang tahun"Entah Bu, tidak ada nama pengirimnya.""Taruh aja di meja sana Pak, makasi sebelumnya.""Saya permisi." Lara mengangguk ramah.Sekilas L
"Aku tidak menyangka kamu bisa segila itu. Apa kamu ingin menjadi seorang pembunuh!" teriak Alex garang didepan wajah wanita yang saat ini terlihat kesakitan karena cengkraman tangan Alex di lehernya.Alex menghempaskan tubuh itu hingga jatuh di atas sofa. Wanita itu terbatuk-batuk, sambil meraup napas dalam-dalam."Apa kamu ingin membunuhku,""Jika kamu seorang pria, aku bisa saja melakukan itu, Tari!"Alex berdiri berkacak pinggang di depan Tari yang sedang tersengal, dia tidak menyangka Alex akan memperlakukan dia sangat kasar."Aku peringatkan, jika sekali lagi kamu mencoba menyakiti Lara, aku tak akan segan-segan denganmu.""Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan," tutur Tari masih terbatuk-batuk."Jangan menyangkalnya, aku tau kamu orangnya, kamu sengaja ingin mencelakakan, Lara.""Aku benar-benar tidak tau apa maksudmu, Lex!""Hentikan sandiwaramu, kamu pikir dengan kamu melenyapkan Lara lalu aku akan menjadi milikmu, hah?! Justru aku orang yang akan membencimu seumur hidup
Kening Alex terangkat, matanya terus memperhatikan wanita itu, dengan tajam. Ada sesuatu bergejolak di dalam dadanya. Tidak, ini bukan kemarahan mengenai misinya karena dipastikan misi mereka malam ini akan gagal karena kehadiran wanita itu, yang berada di antara target team Alex saat ini.Ini kemarahan tentang sesuatu yang lain, yang belum bisa Alex tangkap dengan logikanya.Alex beringsut bangkit dari duduknya ke arah meja bartender, matanya sengaja tak lepas dari wanita itu.Dia sengaja menunjukkan keberadaannya, agar wanita itu menyadari ke hadirannya. Jika ingin mengikuti ego, dia bisa saja langsung menyeret wanita itu keluar. Tapi tidak mungkin dia melakukan hal yang bisa saja mengacaukan keadaan saat ini.Alex memesan racikan yang bisa membuatnya menghilangkan rasa tidak nyaman di hatinya. Dia menegak minuman itu, berulang-ulang. Hingga pandangan mereka bertemu.Sesaat wanita di sana menatapnya dengan ekspresi terkejut, detik berikutnya malah mencumbu lelaki di sampingnya denga
Alex mengikuti mereka dari belakang dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Mereka menuju ruang VIP. Alex tadi cepat- cepat membayar begitu melihat pria itu dan Tari melenggang sambil berpelukan menuju ke arah dalam.Bugh! Dengan cepat Alex melayangkan pukulannya hingga pria itu terhuyung. Alex meraih kerah kemeja nya."Lex ...." Pekik Tari, sambil membantu pria itu agar tidak jatuh.Mata Alex menatap pada Tari dengan kilatan yang seolah ingin menelan dirinya.Alex semakin kalap saat melihat Tari lebih peduli dengan pria itu."Jangan coba-coba menyentuh kekasihku, atau aku akan menghabisimu." dengan penuh amarah Alex kembali melayangkan pukulannya."Stop, kamu bisa membunuhnya!""Aku akan membunuhnya jika kamu tetap berada di situ." Alex memperhatikan tangan Tari yang memeluk pria itu agar tidak terjatuh.Dengan segera Tari melepasnya, dia takut Alex bertambah marah dan menghajar pria itu."Aku sudah bilang kamu untuk pulang, tapi rupanya kamu ingin mencobaiku. Aku akan membuatnya cac