แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Starry
Hari-hari setelahnya berjalan persis seperti hari saat Ravina mengetahui kebenaran. Mereka bertiga keluar rumah bersama, lalu sepulangnya kembali bermain sandiwara di belakangnya seolah tak terjadi apa-apa.

Setiap malam, Marcus turun ke bawah untuk melampiaskan hasratnya pada Willianti, lalu kembali naik diam-diam saat fajar menyingsing.

Ravina hanya diam menyaksikan semua pertunjukan itu. Setelah beberapa hari, kecuali bila benar-benar perlu, dia lebih memilih tetap tinggal di kamar lantai atas.

Waktu pun berlalu dan hari konsultasi Ravina tiba kembali. Seperti biasa, pagi itu Marcus membangunkannya dengan ciuman selamat pagi dan membantunya turun ke bawah untuk sarapan.

Namun saat itu juga, Willianti yang biasanya selalu menjaga sikap, tiba-tiba tersedak dan mulai mual.

Wajah Marcus dan Lowie seketika berubah. Marcus buru-buru ingin menutup mulut Willianti, sementara Lowie memandang Willianti dengan cemas dan membentuk kata dengan mulutnya, "Tante Willi kenapa?"

Ravina menatap ayah dan anak itu yang tampak panik, lalu bertanya dengan tenang, "Ada apa?"

"Pembantu ... ada pembantu tiba-tiba muntah!" jawab Marcus mencari alasan dan demi meyakinkan Ravina, dia bahkan pura-pura memarahi "pembantu" yang tak kelihatan itu sambil menatap ke udara.

Ravina memperhatikan ekspresi Willianti saat mendengar Marcus menyebutnya sebagai pembantu. Tebersit kecemburuan dan perasaan tidak terima dalam sorot matanya.

Sarapan berakhir dengan tergesa-gesa, lalu mereka bertiga masuk ke kamar Willianti. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam sana, beberapa saat kemudian terdengar Lowie berseru kegirangan, tetapi suara itu segera lenyap seolah takut ketahuan.

Tak lama, mereka bertiga keluar kembali. Lowie lebih dulu menghampiri Ravina dan mencium pipinya,

"Mama, aku berangkat ke TK ya."

Marcus juga berjongkok di hadapannya dan berkata, "Aku harus ke kantor lagi. Sayang, berat banget rasanya ninggalin kamu."

Kalau Ravina tidak bisa melihat, mendengar suara Marcus saja sudah cukup membuatnya percaya bahwa dia benar-benar tidak rela pergi. Biasanya dia akan membalas dengan senyuman dan mengecup sudut bibirnya sambil menggoda bahwa dia manja seperti anak kecil.

"Ini hari terapiku. Sebelumnya kamu janji bakal temani aku." Dari ekspresi Marcus, Ravina bisa melihat jelas ... dia benar-benar lupa.

Lupa tanggalnya dan juga lupa janjinya.

"Ah, aku baru ingat, hari ini di TK ada pertemuan orang tua murid," Lowie tiba-tiba menepuk kening dan berkata, "Papa juga harus ikut."

"Iya, iya, aku malah sampai lupa," jawab Marcus cepat.

Melihat kedua orang itu begitu piawai dalam berakting, Ravina hanya tersenyum tipis. "Baiklah, kalian pergi saja."

Begitu Marcus dan Lowie keluar rumah, Ravina segera mencari alasan untuk menyendiri dan menyuruh semua pembantu pindah ke paviliun samping.

Kemudian, dia naik taksi dan membuntuti mobil Marcus. Setelah itu, Ravina hanya melihat Marcus dan Lowie menemani Willianti masuk ke bagian kebidanan dan kandungan rumah sakit.

Ternyata alasan Marcus tidak menemaninya terapi adalah karena Willianti mungkin sedang hamil. Tentu saja, itu jauh lebih penting daripada dirinya. Mereka sengaja tidak ke rumah sakit milik keluarga Marcus agar bisa lebih leluasa merayakan kabar bahagia itu.

"Oh! Tante Willianti mau kasih aku adik perempuan!" seru Lowie dengan gembira.

Marcus terlihat begitu hati-hati saat memapah Willianti. Tangannya mengelus perut Willianti dengan lembut, seolah sedang menyentuh harta karun yang paling berharga di dunia. Wajahnya pun tak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang menguar. "Willi, kamu luar biasa!"

Mendengar kalimat yang begitu dikenalnya itu, Ravina memaksa dirinya untuk tidak menangis. Namun, air matanya tetap jatuh tak terbendung.

Dulu ketika dia dinyatakan hamil, Marcus pun bereaksi serupa. Dia memeluk Ravina dengan penuh emosi, lalu melepaskannya perlahan dan berkata, "Ravina, kamu luar biasa!"

Salah satu penyesalan terbesar dalam hidup Ravina adalah tidak bisa menyaksikan pernikahannya sendiri dan tak bisa melihat ekspresi Marcus saat pertama kali tahu akan menjadi ayah. Sekarang, akhirnya dia melihat semuanya.

Ketika Marcus, Lowie, dan Willianti pergi ke acara lelang dan menghamburkan uang demi menyenangkan Willianti, Ravina melangkah masuk ke kamar jenazah rumah sakit.

Mona memberi tahu bahwa tubuh pengganti untuk jasadnya sudah dipersiapkan. Seseorang sedang menjalankan prosedur operasi plastik agar jenazah itu tampak seperti Ravina.

Padahal, sebenarnya itu tidak perlu. Yang ingin dia tinggalkan untuk Marcus dan Lowie bukanlah tubuh yang cantik untuk dikenang, melainkan segumpal daging tak berbentuk. Sebuah mimpi buruk yang akan menghantui mereka sepanjang sisa hidup mereka.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 24

    Oscar mengangkat tangan untuk merapikan kerutan di antara alis Ravina dengan lembut. "Kalau begitu, gimana kalau kita tunda dulu pernikahannya? Aku bisa temani kamu pulang ke negara asal untuk lihat kondisi Marcus."Ravina menggeleng pelan. "Nggak perlu. Biarkan aku tetap jadi satu-satunya harapannya. Selama dia masih menaruh harapan padaku, mungkin dia masih bisa bertahan. Tapi kalau aku datang, dia nggak punya penyesalan lagi. Bisa jadi malah saat itulah dia benar-benar melepaskan segalanya."....Setengah bulan kemudian, Ravina dan Oscar mengadakan pernikahan mereka di sebuah kapel tepi laut.Begitu alunan lembut piano menggema, Ravina pun mewujudkan mimpinya. Dia mengenakan gaun pengantin hasil desainnya sendiri dan berjalan perlahan di atas karpet merah menuju pria yang paling dicintainya.Saat Oscar menyematkan cincin di jari manisnya, air matanya tidak bisa lagi ditahan. Setelah bertahun-tahun diam-diam mencintainya, kini semua akhirnya menjadi kenyataan."Ravina, terima kasih s

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 23

    Marcus dan Lowie akhirnya kembali ke negara asal. Namun baru saja keluar dari pesawat, mereka langsung dikepung oleh rombongan media."Pak Marcus, bagaimana tanggapan Anda atas tuduhan dari Nona Willianti bahwa Anda memaksanya melakukan hubungan intim?""Apakah Keluarga Harafi akan menggunakan uang untuk menyelesaikan kasus ini secara damai?""Sebelumnya, Nona Willianti selalu mengaku sebagai tunangan Anda. Apakah alasan belum diadakannya pernikahan adalah karena kembalinya istri sah Anda, Ravina, yang dinyatakan telah meninggal?"Marcus benar-benar kebingungan oleh rentetan pertanyaan yang datang bertubi-tubi. Dia baru pergi ke luar negeri beberapa hari, apa lagi yang dilakukan Willianti sekarang?Marcus segera memerintahkan pengawalnya untuk membuka jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung menghubungi pengacaranya. "Apa yang sebenarnya terjadi selama aku pergi?""Sejak kematian anak itu, kondisi mental Willianti tidak stabil ... kadang sadar, kadang tidak. Kedua orang tuanya datang da

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 22

    Marcus dan Lowie menatap pemandangan di depan mata mereka dengan hati yang tercabik.Mereka telah bersusah payah mencari tahu keberadaan Ravina, bahkan membeli bunga dan datang terburu-buru. Namun, yang mereka lihat adalah pemandangan seperti ini.Marcus langsung berlari menaiki panggung. Dia menatap Ravina dengan tatapan penuh harap."Jangan ... jangan terima lamarannya, ya? Aku tahu aku salah, aku benar-benar salah. Aku sudah benar-benar memutuskan semua dengan Willianti, anak haram itu juga sudah mati.""Sekarang nggak ada lagi yang bisa menghalangi kita. Kita pernah saling mencintai bertahun-tahun, kita punya anak ... tolong ... beri aku satu kesempatan lagi, ya?"Oscar segera berdiri di depan Ravina untuk melindunginya. Dia melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Marcus hingga pria itu terjatuh ke tanah. Oscar kemudian berjongkok dan mencengkeram kerah Marcus dengan penuh amarah."Masih kurang puas sama pukulan yang kemarin, ya? Sekarang Ravina adalah tunanganku. Kalau kamu teru

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 21

    Setelah menunggu selama satu minggu, seluruh hasil penilaian akhirnya diumumkan. Panitia secara resmi mengundang semua peserta untuk menghadiri malam penganugerahan penghargaan.Saat ini, Ravina sedang berdiri di depan cermin sambil merapikan gaun malam yang dia kenakan. Oscar muncul dari belakang dan memakaikan kalung mutiara di lehernya dengan lembut."Indah sekali. Kamu suka?" Oscar mengecup pipinya dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang.Ravina mengangkat tangan, menyentuh butiran mutiara yang memantulkan cahaya alami. Dia lalu berbalik dalam pelukan Oscar, hingga mereka saling berhadapan. "Kamu temani aku malam ini, ya? Siapa tahu aku menang. Aku ingin kamu ada di sisiku."Oscar menghela napas pelan dan memeluknya erat. "Maaf .... Aku juga ingin mendampingimu, tapi hari ini aku ada urusan penting yang nggak bisa ditinggal."Ravina menunduk pelan. "Baiklah, kamu pergi saja."Setelah mobil Ravina menjauh, Oscar dan Mona berdiri di depan rumah. Mona berkata dengan yakin, "Ka

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 20

    Willianti menatap kosong ke arah bayi yang ada dalam pelukannya. Dia bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali anak itu menangis, bahkan lupa kapan terakhir kali memberinya makan.Sepertinya ... dia telah membunuh anak itu dengan tangannya sendiri!Willianti memeluk erat tubuh si kecil yang sudah tak bernyawa. Saat menengadah menatap Marcus dan Lowie, dia malah melihat seberkas rasa puas di wajah mereka.Marcus berdiri sambil menatapnya dari atas, lalu berkata dengan santai, "Mari kita akhiri semuanya. Selain 10 miliar yang sudah kujanjikan sebelumnya, aku akan tambahkan satu unit vila. Tapi mulai sekarang, kamu nggak boleh pernah muncul di hadapanku lagi."Willianti memandangi kedua orang itu dengan kebencian yang mendalam. Dia jatuh serendah ini karena mereka! Yang tersisa dalam hatinya hanyalah dendam.Sepuluh miliar?Bagi orang biasa, 10 miliar memang cukup untuk hidup nyaman seumur hidup. Akan tetapi, gaya hidupnya telah menjadi semakin konsumtif karena dimanjakan Marcus. Mu

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 19

    Willianti diam-diam mengeluarkan banyak uang untuk melakukan tes DNA antara anaknya dan Marcus. Setelah itu, dia meminta seorang teman membawakannya perlengkapan siaran langsung.Saat itu, Willianti sedang dalam masa nifas. Wajahnya pucat dan tubuhnya tampak sangat kelelahan, tetapi dia tetap berusaha menampilkan citra diri yang lemah dan menyedihkan.Begitu semua sudah siap, dia mengarahkan kamera ke wajahnya yang membengkak dan pucat. Dengan tangan bergetar, dia mengangkat hasil tes DNA ke depan kamera, lalu mulai berbicara dengan air mata yang terus mengalir."Teman-teman, saya adalah Willianti, tunangan dari Marcus, CEO Perusahaan Hope. Siaran langsung hari ini saya lakukan demi mencari keadilan untuk anak kami."Dia mengangkat bayi yang masih terbungkus selimut ke depan kamera dan berkata dengan suara tercekat, "Anak ini bahkan belum berusia satu minggu, tapi ayahnya sudah menolak mengakuinya. Ini adalah hasil tes DNA antara Marcus dan anak ini, tingkat kecocokan 99,99%.""Dulu, d

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status