Share

5. Tawaran menginap

Mereka selesai makan, Srini sudah membayar makannya dan keluar bersama Bu Ami juga Pandu. 

"Ibu sendiri habis dari mana bawa pakaian banyak seperti itu?" tanya Srini melihat kantung besar bewarna merah, yang dibuntal seperti menggendong bayi. 

Secuil kain terlihat menyembul keluar dari mulut kantung, membuat Srini mengetahui itu adalah pakaian. 

"Ibu habis dari rumah Paman. Dia sakit sudah 2 minggu, jadi Ibu harus menjenguknya. Sempat menginap 4 hari di sana karena Paman ingin Ibu menginap."

"Ooh, kalau boleh tau ... Paman Ibu sakit apa?"

"Dia jatuh, tergelincir dari hutan saat mencari kayu."

"Aaah ... bagaimana kondisinya sekarang?"

"Kakinya kesleo, dia masih kesulitan berjalan, tetapi sudah jauh lebih baik."

"Sukurlah ...."

"Kau sudah tau, kan? Rumah teman Ibumu itu?"

Srini membuang napas berat. "Belum, saya harus mencarinya dulu. Mungkin malam ini saya akan mencari penginapan dulu."

"Menginaplah di rumahku kalau begitu," tawar Bu Ami. 

Srini terkejut. "A-apa? Menginap di rumah Ibu?"

Kembang yang berdiri di samping Srini, langsung menoleh, menengadah cepat ke arah ibu angkatnya itu sedetik setelah ikut mendengar tawaran Bu Ami. 

Gadis cilik itu mulai gelisah. Dia menggigit bagian dalam bawah bibirnya sedikit, sebenarnya Kembang kurang setuju. Kembang menurunkan pandangan, melihat Pandu yang berdiri di sisi Bu Ami, tepat dua langkah di hadapannya. Tengah sibuk memakan sepotong sayap goreng. 

Sebelum keluar, Pandu ingin makan sayap goreng sambil pulang katanya. Bu Ami ibu yang sangat baik sekali, tidak tega menolak keinginan putranya. 

"Ah ... tidak usah, saya tidak mau merepotkan Ibu ... saya cari penginapan saja."

"Suamiku pulang larut malam, apalagi malam ini dia kebagian jaga ronda. Pulangnya akan jam 4 dini hari. Daripada mencari penginapan, mahal, uangnya simpan saja."

Srini terdiam. Dia tengah memikirkannya. 

Sementara itu, Kembang kembali melihat ke arah Srini untuk memastikan jawaban Srini adalah tidak. 

"Besok akan aku bantu tanyakan pada suamiku, barangkali dia tau teman baik Ibumu." Bu Ami tersenyum, berharap Srini mau menerima tawarannya. 

"Baiklah, kalau Ibu berkata begitu." Akhirnya Srini menerima tawaran menginap bu Ami. 

Membuat wanita itu tersenyum senang, karena tidak akan sendirian di rumah. 

Kembang mengembuskan napas berat. Raut wajahnya merengut dan lesu, karena itu tandanya dia akan bertemu lebih lama bersama Pandu. 

Setuju tidak setuju, Kembang tidak ada keberanian. 

'Aku mana berani mengatakan tidak setuju pada Ibu, setelah satu hari ini cukup banyak hal yang aku ketahui, bagiku sekarang bersamanya adalah anugerah,' batin Kembang, Srini sudah berhasil melekat di hatinya. Menatap lesu Pandu yang memanyunkan bibir, lalu mencebik singkat padanya. Ciuman jarak jauh.

"Ayo ayo," kata bu Ami, mengajak Srini ikut pulang. Srini tersenyum menanggapi, lalu mulai berjalan bersama. 

Mereka berjalan kaki 10 menit dari tempat itu. 

Kemudian, sampailah pada rumah bu Ami dan keluarganya. 

"Ini rumah Ibu, ayo masuk ...." Srini mengangguk, tersenyum. Rumah yang dindingnya dari bata merah, lalu lantainya tanah. 

"Silakan duduk dulu, saya buatkan minum," kata Bu Ami. 

"Terimakasih, maaf kami merepotkan."

"Ah! Tidak, tidak merepotkan ... saya malah senang dalat tamu. Apalagi dari Distrik tempat saya lahir dulu," jawab bu Ami, tersenyum sambil meletakan barang-barang di atas ranjang kayu, alasnya dari bambu. 

Bu Ami pergi ke belakang, lalu Pandu pergi ke salah satu ruangan yang Srini yakin itu pasti kamar. 

Rumah bu Ami memang jauh berbeda dari rumah Srini di Distrik Kates. 

Tetapi, rumah itu sangat rapi, bersih. Jadi, walau tidak terlalu lebar sangat nyaman rasanya berada di sana.

Pandu ke luar dari kamar, dia menghampiri Kembang dan Srini, bertepatan dengan Bu Ami yang membawa dua gelas teh manis hangat untuk mereka. 

"Kembang." Bukan hanya pemilik nama saja yang menoleh, Srini dan Bu Ami pun menoleh pada Pandu sesaat setelah bocah itu memanggil Kembang. 

"Ayo main," ajak Pandu. 

Kembang terdiam, dia melihat ke arah Srini seakan melihat tanggapannya. 

'Bu, tolong katakan sesuatu ...,' batinnya. Dia sangat berharap Srini akan berkata sesuatu yang membuat Kembang tidak usah repot-repot menerima ajakan Pandu. 

"Kembang akan kau ajak main apa?" Bu Ami yang bertanya. 

"Sesuatu yang sangat menyenangkan dan mengenyangkan perut," jawab Pandu. 

"Biarlah Kembang istirahat dulu," ucap Bu Ami. 

Kembang sedikit bernapas lega. Bu Ami mengerti.

Pandu ke luar rumah, entah dia ke mana. 

Srini dan Bu Ami kembali berbincang, Bu Ami bercerita kalau dia sangat senang bisa bertemu Kembang. 

"Ayo di minum," kata Bu Ami.

"Ah, Baiklah ... terimakasih sebelumnya."

"Ngomong-ngomong, aku sangat senang bisa bertemu denganmu ...," kata Bu Ami, duduk di sebrang bangku kayu di hadapan Srini. 

"Benarkah? Saya juga sangat senang bisa bertemu dengan Bu Ami."

Bu Ami tertawa ringan. "Ya, aku sangat senang. Karena bisa bertemu orang dari Distrik kelahiranku. Seperti dikunjungi oleh sodara."

"Terimakasih sekali, aku sangat tersanjung ... apa sodara Ibu yang ada di sana tidak pernah berkunjung ke sini?"

"Kami sudah tidak ada sodara lagi di sana. Entah kebetulan atau apa, semua keluarga kami berjodoh dengan orang sini. Jadi, kami semua pindah ke sini ...."

Srini mengangguk paham. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status