"Nggak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Sofia."Bahumu ...." Pria asing menunjuk tangan kanan Sofia."Bahuku sudah luka sejak seminggu yang lalu. Tadi dokter membersihkan lukanya dan diperban ulang. Bukan salahmu, kok," Sofia menjelaskan.Namun pria ini masih mencemaskan kondisi Sofia. "Dokter tidak memberikanmu obat? Sini, resepnya! Biar aku yang tebus."Sofia menggelengkan kepala. "Nggak ada.""Kamu bisa jalan? Perlu dipapah? Di luar macet banget, pasti susah dapat taksi. Aku antar pulang, ya!" Pria asing memberikan tawaran.Kebaikan pria ini malah membuat Sofia curiga. "Tidak perlu, aku minta temanku jemput saja."Pria ini menyadari Sofia yang menolak dan menjaga jarak, dia pun segera menjelaskan, "Jangan salah paham, aku nggak ada maksud lain. Aku hanya mencemaskan keadaanmu. Kalau kamu nggak mau diantar, aku akan menemanimu sampai temanmu datang."'Gawat!' pikir Sofia. Tadi Sofia cuma asal mencari alasan, tak ada seorang pun yang akan datang menjemputnya.Sofia hanya memiliki s
"Oh ...." Liam tidak tertarik mengobrol lebih panjang.Namun Niel tidak terpengaruh dengan sikap Liam yang dingin. Niel terlihat sangat antusias dan berkata, "Aku tidak menyangka bisa bertemu Pak Liam di sini. Pak Liam, aku sangat mengidolakan Anda.""Masih tidak mau pergi?" Liam mendesak Sofia, lalu membalikkan badan dan langsung pergi.Melihat Liam yang hendak meninggalkannya, Sofia pun bergegas mengejarnya.Sofia mengejar Liam, sedangkan Niel mengejar Sofia. "Pak Liam temanmu?"Teman? Tentu saja bukan! Namun Sofia sudah terlanjur mengatakan kalau temannya yang akan datang menjemputnya. Hanya saja Sofia tidak tahu, kenapa bukan Evano, tetapi malah Liam yang datang ....Sofia terpaksa berbohong, lalu menganggukkan kepala. Kedua mata Niel sontak berbinar-binar, lalu menarik tangan Sofia, "Kamu bisa tolong mengenalkan aku sama Pak Liam?""Hah?" Sofia melirik Liam yang berjalan jauh di depan sambil menjawab dengan ragu-ragu, "Aku harus tanya Pak Liam dulu."Ketika tidak mendengar langkah
Evano menarik kembali tatapannya dan menatap Sofia dengan penasaran. "Eh, memangnya apa yang tadi kalian bicarakan?""Hah?" Sofia menggelengkan kepala. "Rahasia.""Cih. Baru kenal sudah main rahasia-rahasiaan." Evano menggoda Sofia. Di sisi lain, Evano jadi paham, pantas saja Liam terlihat masam.Liam tidak mau pulang dengan mobilnya sendiri, dia mau pulang bersama Evano dan Sofia.Begitu Evano menoleh, dia melihat Liam yang duduk di kursi depan."Eh?" Evano mengerutkan alis. "Bukannya kamu tidak suka duduk di depan?"Setiap Evano dan Liam satu mobil, Evano menyetir di depan, sedangkan Liam duduk di belakang. Evano lebih kelihatan seperti sopir daripada temannya Liam.Evano sudah sering komplain, tetapi Liam tidak memedulikannya. Tumben sekarang Liam malah inisiatif duduk di depan."Di belakang kotor." Liam memalingkan wajah.Sofia tidak berani ikut campur, dia membuka pintu mobil dan bergegas masuk. Kalau bukan mobil yang kotor, berarti Sofia yang kotor.Kedengarannya memang kasar, te
Dua minggu kemudian, Sofia kembali bekerja setelah bahunya sembuh.Semua orang senang melihat Sofia yang kembali bekerja. Para karyawan pun mereservasi restoran termewah di Kota Haita untuk merayakan kesembuhan Sofia.Terdapat makanan, kue, dan juga anggur di atas meja.Sofia terlalu banyak minum sampai mabuk. Beberapa orang ingin mengantar Sofia pulang, tetapi tak ada seorang pun yang mengetahui alamat rumah Sofia.Di saat semua orang kebingungan, salah seorang karyawan berteriak, "Ah, aku baru ingat! Aku punya nomor suaminya Bu Sofia. Bu Sofia pernah meminjam ponselku untuk menelepon suaminya.""Cepat telepon!"Ketika semua orang mendesak, tiba-tiba seseorang bergumam pelan, "Bu Sofia ... bukannya sudah cerai?"Tak ada seorang pun yang pernah mendengar berita ini. Kata siapa Sofia bercerai? Apakah informasi tersebut bisa dipercaya?"Serius?""Kok Bu Sofia tidak kelihatan sedih?""Iya, informasimu bisa dipercaya?"Orang yang mengungkap perceraian Sofia juga tidak bisa memastikan keben
Secara spontan, Glen mengecap bibirnya dan menelan air ludah. "Kirimkan alamatnya, aku ke sana."Asistennya Sofia segera mematikan teleponnya dan mengirimkan alamat kepada Glen. Begitu mendapatkan alamatnya, Glen langsung menuju ke lokasi untuk menjemput Sofia.Melihat Glen yang masih memedulikan Sofia, orang-orang pun mulai bergosip."Kayaknya mereka nggak cerai.""Bu Sofia hebat banget bisa memaafkan suaminya yang selingkuh.""Mau bagaimana lagi? Wanita yang bercerai susah mendapatkan pasangan lagi.""Tapi mereka nggak punya anak. Bu Sofia cantik dan kariernya juga bagus, dia pasti bisa mendapatkan suami yang lebih baik.""Sudah, sudah. Intinya Bu Sofia dan suaminya baik-baik saja. Kita jangan bergosip lagi," kata asistennya Sofia.....Saat ini Glen masih lembur di kantor.Semenjak insiden di restoran hotpot, Vera mengundurkan diri dan fokus menjaga kandungannya. Glen juga pindah ke rumahnya Vera agar lebih mudah menjaganya.Sebelum tinggal bersama, hubungan Vera dan Glen terasa san
Meskipun Vera sudah keluar dari rumah sakit, Glen tidak mengusir orang tuanya pulang. Dia malah menyewa rumah yang lebih besar agar orang tuanya bisa tinggal bersama mereka.Setiap hari Glen selalu pulang larut malam. Walaupun semua pekerjaannya sudah selesai, Glen selalu mencari-cari alasan untuk lembur.Glen melakukan semua ini demi menghindari pertengkaran, dia sudah capek bekerja. Sama seperti hari ini, sebenarnya semua pekerjaan Glen sudah beres, tetapi dia malas pulang.....Ketika Glen tiba di restoran, Sofia ditemani beberapa rekan kerjanya yang tidak mabuk. Saat memasuki ruangan, Glen merasa tidak leluasa menghadapi tatapan mereka.Tatapan mereka terasa agak sinis ...."Tuh, Bu Sofia." Asistennya Sofia menunjuk ke arah Sofia yang berbaring di atas meja."Terima kasih," jawab Glen.Hari ini Sofia mengikat rambutnya ke belakang dan mengenakan celana hitam yang dipadukan dengan kemeja V-neck. Sesaat melihat tulang selangka Sofia, hati Glen terasa bergetar.Secara tidak disadari,
Glen tidak ingin bertengkar dengan Vera. Jadi Glen hanya menjawab dengan datar, "Aku masih di kantor. Ada apa?""Glen, kamu pikir aku bodoh?" Vera membentak Glen, "Aku sudah tanya ke karyawan yang lain. Katanya, kamu sudah pulang sejak 1 jam yang lalu."Glen panik mendengar ucapan Vera. Dia tidak menyangka kalau Vera akan menelepon teman sekantor Glen."Jawab yang jujur, kamu di mana?" Vera terus mendesak Glen untuk menjawabnya. "Kamu berselingkuh dengan wanita lain?""Tidak, aku tidak seperti itu." Glen membantah dengan cepat. "Jangan asal bicara! Hari ini capek banget, aku mengajak beberapa temanku minum di bar.""Lalu kenapa kamu berbohong? Kenapa nggak jujur saja kamu lagi minum-minum?" Vera menginterogasi Glen.Sejak mengkhianati Sofia dan berselingkuh dengan Vera, kemampuan berbohong Glen meningkat pesat. Glen langsung memutar otaknya dan menjawab dengan lembut, "Aku takut kamu berpikiran macam-macam. Akhir-akhir ini emosimu kurang stabil, aku takut kamu sakit."Vera tahu bagaima
Sofia berpikir panjang. Akhirnya dia mengumpulkan keberanian dan memutuskan untuk menelepon Glen.Sofia menelepon beberapa kali, tetapi Glen tidak menjawab panggilannya.....Saat pulang kerja, seseorang menghalangi Sofia saat hendak memasuki gerbang Apartemen Pasadena. Langit sudah gelap, pencahayaan di sekitar juga minim. Secara samar-samar, dia hanya bisa melihat bayangan sosok tersebut.Dari bentuk tubuhnya, sepertinya sosok itu adalah seorang wanita. Sofia sontak menginjak rem dan mobil berhenti sejauh 3 meter dari sosok tersebut.Sofia terdiam selama beberapa detik, dia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang karena kaget. Setelah lebih tenang, Sofia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah sosok tersebut. Namun, sosok tersebut telah menghilang.Sofia mengerutkan alis, apakah tadi dia berhalusinasi? Di saat bersamaan, pintu mobil Sofia berusaha dibuka secara paksa. Sosok tadi memukul-mukul kaca jendela sambil berteriak, "Buka, buka pintunya!"Benar, sosok ini adalah