Langit yang dulunya indah sekarang terbelah dengan retakan yang mengelilinginya. Tiga alam, Alam Dewa, Manusia dan Dunia Bawah atau Neraka sekarang mulai terhubung oleh sebuah energi gelap.
Di tengah-tengah kekacauan itu terdapat dua sosok yang berdiri saling berhadap-hadapan dengan pedang di tangan mereka masing-masing. Bao Ziran sang Dewa Hakim, dewa yang memegang kuasa atas keseimbangan Yin Yang di tiga alam bersama dengan Hua Chunghua, sang Dewa Iblis yang terlahir dari energi Yin. “Hua Chunghua, hentikan semua ini!” perintah Bao Ziran menatap tajam lawannya. Suaranya yang dingin seperti memberi peringatan pada Hua Chunghua. “Kau telah menghancurkan batas diantara tiga dunia. Hentikan semua ini sebelum semuanya terlambat,” peringat Bao Ziran. Hua Chunghua hanya mencibir. Ia berdiri di sana dengan diam. Jubah hitamnya bergerak ditiup angin. Mata merahnya menatap Bao Ziran dengan tatapan meremehkan. “Terlambat?” Hua Chunghua tertawa mencibir Bao Ziran. “Semuanya sudah terlambat! Sekarang tidak akan ada lagi para Dewa yang menikmati keagungan dan manusia yang menderita. Aku hanya membebaskan mereka semua dari keadilan yang tidak adil itu.” Bao Ziran memegang pedangnya semakin erat, “kau menghancurkan bukan membebaskan.” Cahaya putih mengelilingi tubuh Bao Ziran membentuk sebuah perisai yang sangat kuat. Pedang di tangan kanannya bergetar seolah memintanya untuk segera menyelesaikan masalah ini. Hua Chunghua menggenggam tangannya dengan kuat dan aura Yin yang sangat pekat langsung menyerang perisai yang dibentuk oleh Bao Ziran. Yin dan Yang saling beradu membuat batas yang telah retak semakin retak. Hua Chunghua melambaikan tangannya. Bumi bergetar, dari dalam tanah muncul bayangan-bayangan hitam yang tidak memiliki wujud tetap, keluar dari kedalaman tanah. Jeritan makhluk terkutuk yang dipanggil Hua Chunghua terdengar memekakkan telinga membuat orang-orang yang mendengarnya merasakan teror akan kiamat yang sebentar lagi datang. “Aku tidak akan pernah tunduk pada kehendak langit yang selalu memihak.” Dengan satu jentikan jarinya, makhluk-makhluk terkutuk itu langsung menyerang Bao Ziran yang masih berdiri diam di tempatnya. Sebelum makhluk-makhluk itu menyentuh Bao Ziran, kilatan guntur langsung menyapu mereka semua menjadi debu. Bao Ziran mendekati Hua Chunghua secara perlahan dengan pedangnya yang terus mengeluarkan cahaya suci, siap membasmi kegelapan yang ada di depannya. Ia mengayungkan pedangnya pada Hua Chunghua, setiap gerakannya sangat lugas dan tegas tetapi itu belum bisa mengalahkan iblis itu sepenuhnya. Setelah pertarungan yang intens di antara keduanya, pedang Bao Ziran akhirnya menusuk bahu sang Dewa Iblis. Membuatnya terdorong ke belakang. Darah hitam yang mengandung energi gelap mengalir ke tanah membuat apa saja yang disentuhnya membusuk. Bao Ziran mengerutkan alisnya melihat pemandangan tersebut. Hua Chunghua tertawa, “kenapa? Apa kau jijik melihat darahku?” ia kemudian semakin menusukkan bahunya pada pedang Dewa Hakim. “Saatnya kau menerima hukumanmu,” ucap Bao Ziran dengan mata dingin. Dewa Iblis terkekeh, “kau bisa membunuhku tapi kau tidak bisa membunuh semua makhluk di tiga alam. Suatu saat nanti, cepat atau lambat, mereka semua akan menyadari apa itu keadilan yang sebenarnya.” Bao Ziran tidak berkata apa-apa. Ia hanya memejamkan matanya sejenak kemudian saat ia membuka kembali matanya terdapat cahaya suci yang mengandung energi langit. Sang Dewa Hakim lalu mengayungkan pedangnya untuk memberi hukuman pada Dewa Iblis yang telah mengacaukan dunia. Di langit, simbol kuno berbentuk roda takdir dan sebuah timbangan yang merupakan lambang sang dewa keadilan perlahan terbentuk. Timbangan tersebut bersinar sangat terang, membawa keagungan suci di dalamnya. Cahayanya menembus langit dan bumi, menyegel ruang di sekitar mereka. “Jika ini adalah jalan yang kau inginkan. Maka aku harus menghapusmu dari siklus dunia ini,” ucap Bao Ziran kemudian hanya dengan satu ayunan pedang suci Dewa Hakim, tubuh Hua Chunghua terbelah dua. Tubuh itu kemudian terbakar oleh cahaya suci, mencegahnya melakukan regenerasi. Hua Chunghua diam menerima hukumannya, ia tidak melawan. Dirinya tahu kalau ia akan dikalahkan oleh sang penjaga keseimbangan. Sebelum menghilang, mata merahnya memandang Bao Ziran dalam, “di dalam hatimu kau tahu kalau apa yang aku lakukan ini adalah kebenaran tapi kau terlalu takut untuk mengakuinya.” Bao Ziran hanya diam, ia tidak mengakuinya ataupun menyangkal pernyataan Hua Chunghua. Ia hanya menatap tubuh Dewa Iblis itu yang perlahan berubah menjadi abu lalu ditiup oleh angin. Dewa Iblis telah tiada meninggalkan kekacauan yang disebabkannya. Bao Ziran menatap retakan yang memisahkan antara tiga dunia. Lolongan iblis dan makhluk-makhluk buas lainnya terdengar dari kedalaman neraka. Manusia-manusia yang menangisi nasibnya dan para Dewa yang hanya bisa menundukkan kepala karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki kerusakan itu. Bao Ziran menutup matanya dan cahaya yang sangat suci keluar dari tubuhnya lalu Pohon Kehidupan, makhluk purba yang menjadi penghubung ketiga alam bergetar pelan. Daun Pohon Kehidupan yang awalnya berwarna biru berubah menjadi emas lalu mengeluarkan cahaya yang memiliki fluktuasi yang sama dengan cahaya yang dikeluarkan tubuh Bao Ziran. Akar Pohon Kehidupan menjalar ketiga alam kemudian memperbaiki retakan yang diciptakan oleh Dewa Iblis. Setelah Pohon Kehidupan memperbaiki keseimbangan di tiga alam, Bao Ziran menatap pohon itu dengan tatapan serius. “Kau memilih untuk mengizinkannya kembali?” tanyanya pada pohon itu. Bao Ziran menghela nafas, “aku tidak tahu apakah ini adalah kehendak dunia atau awal dari kehancuran yang akan datang,” gumamnya. Bao Ziran berbalik kemudian tanpa suara ia menghilang dari sana menyisakan jejak cahaya yang juga dengan cepat menghilang. “Jika dia terlahir kembali, apakah dia akan menjadi ancaman yang sama atau...,” Bao Ziran menggelengkan kepalanya dengan pelan. Langit kembali cerah, seperti tidak pernah terjadi apa-apa tapi ketiga alam tahu kalau ini bukanlah akhir tapi awal dari segalanya. Sebuah benih baru telah lahir lalu suatu saat ia akan tumbuh dan muncul di dunia. 100 tahun kemudian... Setelah satu abad berlalu tidak ada lagi manusia yang mengingat tentang kejadian itu. Mereka semua hidup seperti sebelumnya tapi tidak dengan kedua alam lainnya. Alam Iblis berduka atas kehilangan pemimpin mereka dalam pertempuran itu sedangkan Alam Dewa yang paling banyak mendapat kerusakan masih berusaha untuk menstabilkan sistem yang mereka miliki. Sementara itu Dewa Hakim yang dianggap sebagai pahlawan karena telah menyelamatkan ketiga dunia dan mengalahkan Dewa Iblis menatap buah besar yang tergantung di Pohon Kehidupan. “Sudah saaatnya. Dia akan kembali dengan tubuh yang terbuat dari Benih Pohon Suci,” ucapnya menatap pohon itu dengan serius. “Jika dia kembali membuat masalah, aku tidak peduli meskipun dia lahir dari benihmu. Aku tetap akan menyingkirkannya,” lanjutnya lalu pergi dari sana. Daun Pohon Kehidupan melambai pelan setelah kepergian sang Dewa.Bao Ziran tiba-tiba membuka matanya dan menatap ke kedalaman hutan yang gelap. Ia merasakan jika ada seseorang yang mendekat.Bao Ziran hanya berdiri diam, berbaur dengan kegelapan malam sambil terus menatap ke arah itu sampai sebuah siluet seorang pemuda muncul.“Murid Sekte Pedang Jiwa?” ucap Bao Ziran dengan suara pelan.Pemuda itu tersentak dan langsung menatap Bao Ziran dengan tatapan waspada, mempersiapkan kuda-kudanya jika orang asing itu menyerangnya.Pemuda itu mengerutkan alisnya saat melihat sosok Bao Ziran yang berbaur dengan malam, pasalnya ia tidak menyadari kehadiran sosok itu sampai ia menyapanya. Sepertinya orang itu bukanlah orang sembarangan.“Siapa kau? Bagaimana kau tahu kalau aku murid Sekte Pedang Jiwa?”“Kau memamerkan lambang di pinggangmu. Hanya orang buta yang tidak bisa melihatnya.”Pemuda itu menundukkan kepalanya melihat lambang muridnya yang memang masih terpasang di pinggangnya. Meskipun ia keluar, ia tidak pernah melepaskan lambang itu.“Siapa kau?” ta
Shu Sheng terusik dengan cahaya matahari yang memasuki kamarnya. Ia bangun dan melihat matahari sudah tinggi di atas langit.“Sepertinya aku ketiduran,” gumamnya bangun dari tempat tidurnya.Ia menggunakan sihir pembersih untuk membersihkan dirinya lalu berjalan keluar dari kamarnya.Setiap siswa yang diterima oleh Sekte Pedang Jiwa mendapat kamar sendiri jadi mereka tidak perlu khawatir untuk berbagi privasi dengan orang lain, meskipun kamar itu tidak besar tapi setidaknya cukup untuk satu orang.Shu Sheng berjalan menuju ruang kelas karena ia ingat jika hari ini, ia dan murid baru lainnya akan mulai belajar tentang dasar-dasar kultivasi yang dibimbing langsung oleh salah satu tetua. Terkadang, ada juga murid lama yang ikut untuk memperdalam pengetahuan mereka.Saat Shu Sheng masuk, ia hanya melihat seorang murid wanita yang sedang membersihkan bukunya, sepertinya murid itu juga bersiap untuk pergi.“Shijie, apakah pelajarannya belum dimulai?” tanya Shu Sheng pada murid itu.“Ah Shu
Shu Sheng tahu jika ia tidak bisa menyelidiki hutan ini selama mereka bertiga masih ada di sana. Ia belum bisa menunjukkan identitasnya. Selain itu, makhluk ilahi sepertinya dilarang ikut campur urusan manusia tanpa sebab. Jika sampai diketahui oleh Dewa Hakim, ia bisa dihukum.Shu Sheng memperhatikan lambang di giok kedua orang berjubah putih itu. Ia mengerutkan alisnya saat merasa jika lambang tersebut tidak asing.“Bukankah itu lambang dari Keluarga Bai yang datang ke kota kemarin?” gumamnya pada dirinya sendiri.“Sepertinya kedatangan Keluarga Bai ke tempat ini karena energi aneh itu.”Shu Sheng menggunakan kekuatannya untuk berbaur dengan alam untuk mengelabui mereka dan pergi dari sana tanpa disadari oleh siapapun.*****Bao Ziran berjalan di dunia manusia dan melihat pemandangan yang sangat berbeda saat terakhir kali ia datang ke dunia ini. Sepertinya jejak pertempurannya dengan Hua Chunghua sudah menghilang mengikuti jejak waktu.Tanpa disadari oleh siapapun, Bao Ziran melinta
“Kamu masih muda dan memiliki bakat yang bagus,” puji Mu Tian pada Shu Sheng.Shu Sheng melepaskan tangannya pada bola itu, hanya membalas Mu Tian dengan senyuman sopan.“Berikutnya,” Shu Sheng kembali ke posisi awalnya dan langsung disambut heboh oleh Guang Zhenzhu.“Shixiong memujimu. Aku rasa kau akan lolos kali ini,” puji Guang Zhenzhu menepuk pundak Shu Sheng. Shu Sheng hanya mengangguk singkat, ia terus mencuri pandang arah dimana ia merasakan perasaan aneh itu.Sekarang giliran Guang Zhenzhu. Guang Zhenzhu maju dengan percaya diri dan meletakkan tangannya di atas bola itu. Bola itu bersinar terang, sinarnya memiliki rasa penindasan yang kuat.Mu Tian dan para tetua yang melihat itu mengerutkan alis mereka, menatap Guang Zhenzhu dengan tatapan yang rumit.“Dia memiliki bakat yang bagus tapi aura ini,” salah satu penatua menggelengkan kepalanya pelan melihat bola yang disentuh Guang Zhenzhu.Mu Tian mencuri pandang pada penatua dan mendapatkan gelengan pelan dari mereka. Mu Tian
Shu Sheng dan Guang Zhenzhu terus menaiki tangga Sekte Pedang Jiwa yang terasa tidak ada ujungnya. Sudah banyak peserta yang tumbang saking lelahnya. Shu Sheng menatap tangga di atas mereka yang masih tidak terlihat ujungnya.“Apa ini benar-benar memiliki ujung?” keluh seorang peserta yang berjalan tidak jauh dari posisinya.“Huh. Aku tidak bisa lagi melanjutkannya,” seorang peserta wanita duduk dan menselonjorkan kakinya.“Apa kau sudah lelah?” tanya Shu Sheng pada Guang Zhenzhu saat melihat keringatnya sudah membasahi bajunya.Guang Zhenzhu menggelengkan kepalanya, “aku masih bisa melanjutkannya. Aku tidak akan menyerah di tengah jalan. Rintangan ini tidak bisa menyurutkan tekadku untuk mencapai keabadian.”Shu Sheng menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan bersama Guang Zhenzhu dan beberapa peserta lainnya yang tersisa.“Huh huh Tuan Muda ini, apa kau tidak lelah? Aku bahkan huh tidak melihat keringat di wajahmu,” ucap salah satu peserta muda yang berjalan di samping Shu Sheng.
Shu Sheng dan Guang Zhenzhu diantar ke kamar mereka oleh pelayan itu. Mereka memasuki kamar mereka tapi Guang Zhenzhu yang tidak bisa tenang pergi ke kamar Shu Sheng, mengetuk pintunya.Shu Sheng mempersilahkan Guang Zhenzhu masuk.“Ada apa?”“Kenapa kau memberikan emas itu pada mereka? Kita bisa menjualnya di kota dengan harga yang lebih mahal.”Shu Sheng tersenyum, tidak menjawab. Ia tidak bisa mengatakan kalau dirinya memiliki lebih dari satu emas seperti itu.“Kau memiliki emas yang memiliki energi spiritual. Darimana kau mendapatkan emas seperti ini?”“Tempat tinggalku.”Guang Zhenzhu mendengus, “kau sepertinya tinggal di tempat yang sangat nyaman.”“Ya. Bisa dibilang seperti itu.”Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng dengan tatapan serius, “kenapa?” tanya Shu Sheng tidak tahan dengan tatapan Guang Zhenzhu yang mencoba menyelidiki dirinya.“Kau pasti Tuan Muda yang sedang keluar mencari pengalamankan?!”Shu Sheng mengerutkan alisnya bingung.“Kau tidak tahu tentang uang tapi kau memil