Share

Bab 4

Author: Anonima
Kata-kata Zarend menghantam Felisha bagaikan petir yang menyambar tanpa peringatan. Aktris Terbaik itu ... ternyata seharusnya miliknya?

Percakapan di depan sana masih berlanjut, tapi dunia Felisha seolah berhenti berputar. Pandangan matanya tertuju pada buket mawar merah di tangan Zarend. Semakin lama dia menatap, semakin terasa betapa menyakitkan ironi itu.

Tadi dia baru saja membela Zarend dengan yakin di hadapan Yani, mengatakan bahwa dia bukan tipe pria yang mencampuradukkan urusan pribadi dan pekerjaan. Namun kenyataannya, kehidupan menamparnya dengan keras.

Mungkin karena tatapannya terlalu panas, Zarend akhirnya menoleh. Ketika pandangan mereka bertemu, seberkas kegugupan melintas di matanya, tetapi sorot mata itu segera hilang, tergantikan oleh ketenangan yang pura-pura.

Zarend berjalan mendekat, masih memegang mawar merah itu. Suaranya terdengar lembut tapi juga penuh alasan. "Felisha, biarkan penghargaan Aktris Terbaik kali ini jadi milik Valerie. Tolong simpan rahasia ini untukku, ya?"

Felisha menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin dia bisa begitu tenang mengucapkan kata-kata seperti itu?

"Zarend, penghargaan itu memang milikku. Kenapa aku harus memberikannya pada dia?"

Zarend melonggarkan dasinya, suaranya mulai terdengar tidak sabar. "Lagian kamu sudah nggak berakting lagi. Untuk apa gelar seperti itu? Lagi pula, kalau saja kamu nggak menulis komentar itu tadi dan membuat Valerie marah, aku nggak perlu melakukan ini untuk menenangkannya."

Kata-kata itu menusuk seperti belati. Mata Felisha memerah dan suaranya bergetar ketika bertanya, "Jadi maksudmu ... aku yang salah karena kalian merampas penghargaanku?"

Jarang sekali Zarend melihat Felisha tampak begitu rapuh. Dia mendekat dan merangkul bahu Felisha, suaranya berubah lembut seolah sedang menenangkan anak kecil.

"Felisha, bukan itu maksudku. Hanya saja sekarang aku sedang tergila-gila pada Valerie. Wajar kalau aku ingin menyenangkannya. Nanti kalau aku sudah bosan dengannya, aku akan ambil kembali pialanya dan memberikannya padamu."

"Tenang saja, aku tahu siapa istriku yang sebenarnya. Sekarang aku cuma berpura-pura di depan dia, kamu nggak perlu mempermasalahkannya."

Ucapan seperti itu sudah terlalu sering didengar Felisha selama dua tahun terakhir, sampai telinganya benar-benar mati rasa. "Cuma main-main, posisi istri tetap milikmu, semua cuma sandiwara ...."

Bagi Zarend, semua itu tampak begitu wajar.

Yang salah malah Felisha, istri yang kalau marah dianggap tidak dewasa, kalau sakit hati dibilang tidak pengertian.

Felisha menepis pelukannya sambil menahan air mata yang hampir jatuh. "Nggak usah repot-repot, Pak Zarend. Piala yang sudah ternodai oleh orang lain, aku nggak akan menginginkannya lagi."

Begitu juga orangnya.

Selesai bicara, Felisha tidak menoleh lagi untuk melihat ekspresi Zarend. Dia berbalik dan melangkah pergi dengan goyah, meninggalkan tempat penghargaan itu.

Keesokan paginya, Felisha bangun lebih awal dan mulai membereskan semua barang-barangnya di rumah. Selain kebutuhan dasar yang akan dibawanya ke Inggris, semua benda lain dia kemas dan buang keluar rumah, termasuk semua yang pernah menjadi simbol hubungan mereka.

Album foto dari masa pacaran hingga pernikahan, foto pernikahan besar yang mereka potret dengan biaya selangit, bahkan bunga hortensia di taman yang dulu ditanam sendiri oleh Zarend karena tahu itu bunga kesukaannya.

Empat tahun pacaran, tiga tahun menikah ... tujuh tahun mereka hidup bersama di rumah itu. Setiap sudutnya menyimpan kenangan tentang mereka berdua.

Felisha butuh waktu setengah bulan untuk benar-benar menyingkirkan semuanya satu per satu, hingga rumah yang dulu hangat itu kembali menjadi vila dingin seperti tujuh tahun lalu.

Selama setengah bulan itu, Zarend tidak pernah pulang sekali pun. Felisha tahu persis di mana dia berada. Sesuai kebiasaannya, setiap kali punya kekasih baru, dia akan menghabiskan setidaknya sebulan penuh bersama wanita itu.

Terlebih lagi, Valerie adalah tipe wanita yang suka memamerkan segalanya. Setiap hari, akun media sosialnya dipenuhi unggahan mesra. Dua hari lalu, Zarend membawanya memancing di laut dan bahkan memasak sendiri untuknya.

Kemarin, Zarend mengunjungi lokasi syuting Valerie dan memijat betisnya di depan semua orang dengan lembut.

....

Mungkin seiring dengan lenyapnya semua kenangan di rumah itu, perasaan Felisha terhadap Zarend pun perlahan ikut tercabut dari hatinya sedikit demi sedikit.

Ketika dia melihat unggahan-unggahan Valerie di media sosial, Felisha hanya berhenti sejenak, lalu menggulir layarnya begitu saja tanpa rasa.

Setelah selesai membersihkan seluruh rumah, Felisha mengemudi menuju pusat perbelanjaan. Syuting film di Inggris akan memakan waktu lama, setidaknya dua tahun dia tidak akan pulang ke negara asal. Karena itu, dia perlu membawa banyak barang yang diperlukan.

Dia berkeliling pusat perbelanjaan hampir sepanjang sore dan ketika kembali ke tempat parkir, bagasi mobilnya sudah penuh sesak dengan kantong belanjaan.

Felisha menutup bagasi dan membuka pintu mobil, bersiap untuk masuk ke kursi pengemudi. Namun baru satu kakinya masuk, sebuah kekuatan kasar tiba-tiba menariknya keluar dengan keras.

Felisha sama sekali tidak sempat bereaksi, tubuhnya terhempas ke aspal dengan keras. Siku dan lengannya tergores parah, darah langsung mengalir menuruni kulitnya.

Sambil menahan nyeri, dia berusaha bangkit. Barulah dia menyadari ada lima atau enam gadis muda yang berdiri mengelilinginya.

Felisha menatap mereka dengan bingung. Dia tidak mengenali satu pun wajah di antara mereka.

"Siapa kalian?" tanyanya dengan suara serak.

Begitu pertanyaan itu keluar, ekspresi jijik serentak muncul di wajah para gadis itu. Salah satu dari mereka melangkah maju dan menarik rambut Felisha dengan kasar sambil memaki, "Semuanya gara-gara perempuan murahan ini! Kalau bukan karena dia masih menyandang status Nyonya Richardy, Valerie sudah lama bisa bersama Pak Zarend!"

"Sekarang mereka akhirnya bercerai, tapi dia masih berani pakai uang Pak Zarend? Nggak tahu malu!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 15

    Setelah mengatakan itu, Felisha berdiri dan pergi. Pertemuan pertama antara mantan suami istri setelah empat tahun, berakhir begitu saja.Sesampainya di hotel, Allen meneleponnya. "Felisha, gimana hasil pembicaraanmu dengan Starlight Media? Lancar?"Felisha tersenyum. "Sangat lancar. Kontraknya sudah ditandatangani. Tinggal menunggu acara pemutaran perdana seminggu lagi. Setelah itu, aku akan langsung kembali ke Inggris."Di seberang sana, Allen menghela napas lega, lalu bertanya dengan nada penasaran, "Dengar-dengar, bos Starlight Media lagi mencari istrinya yang hilang. Apa dia sudah menemukannya?"Allen tidak tahu bahwa Felisha dan Zarend dulu pernah menikah. Felisha terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sudah. Hanya saja, istrinya sudah memutuskan untuk memulai hidup baru dan melepaskan masa lalu."Allen menghela napas penuh penyesalan. "Hais, kenapa selalu ada orang yang baru tahu menghargai setelah kehilangan?"Felisha tidak menanggapi. Setelah membicarakan beberapa detail lain soal

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 14

    Begitu Felisha mendorong pintu dan masuk, seluruh perhatian di ruangan langsung tertuju padanya. Seluruh karyawan di Starlight Media tahu jelas, dia adalah mantan istri yang masih selalu ada di hati sang bos.Zarend mendadak membeku. Detak jantungnya seakan-akan berhenti. Dia bahkan tidak berani berkedip, takut jika ini hanya ilusi dan Felisha akan menghilang di detik berikutnya.Baru setelah Felisha duduk dengan tenang dan anggun di kursinya, barulah dia sadar bahwa ini bukan mimpi. Wanita yang dia rindukan siang dan malam selama empat tahun akhirnya kembali.Tatapan Felisha hanya berhenti di wajah Zarend satu detik. Kemudian, dia menyapa dengan sopan, "Pak Zarend, sudah lama nggak bertemu."Sapaan yang begitu asing itu membuat dada Zarend terasa sesak. Selama empat tahun ini, dia membayangkan ribuan kali adegan pertemuan kembali mereka. Mungkin Felisha masih marah, mungkin Felisha akan menolak menemuinya, tetapi tak pernah dibayangkan Felisha akan bersikap sedingin ini.Sepanjang rap

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 13

    Empat tahun kemudian, di bandara ibu kota.Felisha yang mengenakan mantel baru saja turun dari pesawat. Dia segera mengenakan kacamata hitam dan masker, memastikan wajahnya tertutup rapat sebelum akhirnya berjalan keluar dengan tenang.Begitu tiba di area penjemputan, dia langsung melihat Yani berdiri di sana. Matanya terus berkeliling mencari. Hati Felisha terasa hangat. Dia berjalan ke belakang Yani dan menepuk bahunya pelan.Yani terlonjak kaget. Felisha menurunkan sedikit maskernya dan berkata pelan, "Kak Yani, ini aku."Yani menatapnya lama sekali, lalu tiba-tiba memeluk Felisha erat-erat. Suaranya bergetar. "Felisha, akhirnya kamu pulang juga."Felisha menepuk bahunya dengan lembut, memberi isyarat agar mereka segera pergi dari sana. Baru saat itu Yani tersadar dan buru-buru mendorong koper menuju tempat parkir.Begitu mereka naik ke mobil, Felisha baru melepas masker dan kacamata hitamnya, menampakkan wajahnya yang kini semakin memesona. Keadaannya jauh lebih baik dibanding empa

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 12

    Begitu berkata, Zarend tidak menghiraukan tangisan Valerie dan pergi dengan langkah lebar penuh amarah.Begitu keluar dari rumah sakit, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon asistennya. "Selidiki semua skandal Valerie dan kirimkan ke kantorku."Asisten bekerja sangat cepat. Hanya dalam dua jam, setumpuk berkas tebal sudah sampai di tangan Zarend.Zarend membuka berkas itu satu demi satu halaman. Semakin dia membaca, wajahnya semakin gelap dan amarah di dadanya semakin membara. Saat sampai di halaman terakhir, Zarend tak bisa lagi menahan diri. Kursi di hadapannya ditendang keras hingga terbalik. Makian kasar keluar dari bibirnya.Dia pertama kali bertemu Valerie di sebuah acara penghargaan. Saat itu, Valerie memang mulai dikenal, tetapi belum memenangkan apa pun. Setelah acara selesai, Zarend tanpa sengaja melihat Valerie di belakang panggung, diam-diam memberi semangat pada dirinya sendiri.Semangat dan keberanian itu persis dengan Felisha saat berusia 20 tahun. Itulah alasa

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 11

    Gerakan tangan Zarend yang hendak menekan gagang pintu mendadak membeku di tempat. Ternyata keguguran Valerie semuanya adalah rekayasa dirinya sendiri!Felisha tidak berbohong. Memang bukan dia yang melakukannya. Bahkan kejadian setengah bulan lalu, ketika Felisha dipukuli di tempat parkir bawah tanah, juga karena Valerie memprovokasi para penggemarnya untuk menyerang.Namun, Zarend justru memilih memercayai wanita munafik itu, membiarkan pelaku sebenarnya bebas, bahkan menyalahkan Felisha atas keguguran yang tidak pernah dia sebabkan. Hingga akhirnya, Felisha harus mendonorkan 800 mililiter darahnya secara cuma-cuma!Di dalam kamar rawat, Valerie sama sekali tidak sadar kalau Zarend sudah berdiri di luar pintu. Dia masih terus berbicara di telepon."Kalau saja bayi itu bukan milik orang lain, aku sebenarnya nggak rela menggugurkannya. Kalau punya anak, lebih gampang naik posisi. Tapi nggak apa-apa. Nanti setelah tubuhku pulih, aku akan hamil lagi. Kali ini pasti anak Zarend. Dia sekar

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 10

    Zarend seketika tertegun. Bercerai? Kapan dia dan Felisha mengurus perceraian itu? Kenapa dia sama sekali tidak tahu? Tidak, itu tidak mungkin.Pasti Felisha hanya mengambil akta palsu untuk menipunya. Ya, pasti begitu.Zarend terus menenangkan dirinya dalam hati. Tangannya bergetar saat mengambil akta itu. Namun, begitu dia melihat isi di dalamnya, semua harapannya hancur lebur. Di kolom "suami" dan "istri" tertulis dengan jelas nama Zarend dan Felisha. Cap dari pengadilan negeri juga tampak resmi, bukan palsu. Akta cerai ini benar-benar asli!Wajah Zarend yang biasanya tenang, untuk pertama kalinya menampakkan kebingungan. Dia sama sekali tidak bisa mengingat kapan dirinya dan Felisha pernah mengurus perceraian.Asisten di sampingnya menelan ludah dengan gugup, lalu menyerahkan selembar catatan kecil dari atas rak sepatu dengan hati-hati. "Pak Zarend, Bu Felisha juga meninggalkan pesan."Zarend buru-buru mengambilnya, lalu langsung melihat satu kalimat pendek tertulis di atas kertas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status