Beranda / Romansa / Perangkap Cinta TUAN CEO / RA 16. Makan Siang Bersama

Share

RA 16. Makan Siang Bersama

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-20 18:00:54

Rafael membentak dengan suara tinggi, menoleh tajam ke arah Aurora yang masih menahan napas.

Aurora menunduk. “Maaf… aku tidak lihat lampunya berubah.”

“Kau hampir menabrak orang!”

“Aku tahu, aku sudah minta maaf,” ucap Aurora dengan suara tertahan. Ia menahan malu dan rasa bersalah yang campur aduk.

Rafael mendengus, lalu kembali duduk tegak sambil menyesuaikan sabuk pengamannya. “Tanya saja, kita sebenarnya mau ke mana?” tanya Aurora pelan, tanpa menoleh.

Rafael menghela napas, nadanya sedikit lebih tenang. “Ikuti peta di layar. Tujuannya sudah kupasang.”

Aurora menelan ludah, mengangguk pelan. Ia melirik sekilas ke layar navigasi, lalu kembali menatap ke depan dan mulai menginjak pedal gas perlahan. Kali ini, ia membawa mobil dengan jauh lebih hati-hati, menjaga jarak, memerhatikan lampu lalu lintas dengan waspada.

Meski tak ada percakapan lagi di antara mereka, Aurora bisa me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Elly Julita
waduhhh malah di ajak makan di luar tiap hari, gpp lah raaa rezeki pantang di tolak, siapa tau abis ini Rafael cinta ama kamu kan
goodnovel comment avatar
Novi M Q
bilang aja mau ngajakin makan siang gitu, pake modus suruh jadi sopir segala pael pael CK CK CK wkwk
goodnovel comment avatar
ida Sari
ga jelas banget nih Rafael,ujug2 ajak Rora makan di restoran mewah dengan alasan ga masuk akal haha, bilang aja mau di temani gengsi banget.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 47. Sarapan Bersama

    “Selamat pagi,” sapa sang perawat ramah, berjalan mendekat tanpa rasa curiga. “Maaf mengganggu, saya hanya ingin memberikan obat pagi dan memeriksa kondisi pasien.” “Eh, iya… pagi,” jawab Rafael cepat sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan gugup, berusaha terlihat tenang meski matanya masih sedikit panik. Ia melangkah menjauh dan berdiri di dekat sofa, seolah memang tidak tidur di ranjang tadi. Aurora yang masih berbaring menarik selimutnya hingga ke dada, wajahnya sedikit memerah namun senyumnya tak bisa ia sembunyikan. “Gak apa-apa, silakan,” ujarnya lembut pada perawat. Sang perawat tersenyum kecil, lalu mulai memeriksa tekanan darah Aurora dan menyodorkan obat yang harus diminum pagi itu. Rafael hanya berdiri di pojok ruangan sambil pura-pura mengecek ponselnya, sesekali melirik ke arah Aurora yang mencoba tetap tenang. Setelah pemeriksaan selesai, perawat pamit dengan sopan dan keluar dari ruangan. Begitu pintu tertutup kembali, suasana menjadi hening sejenak sebelu

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 46. Dalam Pelukanmu

    Rafael hanya terkekeh, merasa puas bisa menggoda Aurora yang biasanya sangat tenang dan terkendali. “Tapi kamu senang, kan, aku di sini?” bisiknya sambil bersandar ringan di tepian ranjang.Aurora menatap Rafael sesaat, lalu mengalihkan pandangan. “Aku capek, Rafael. Aku mau tidur,” ucapnya, mengakhiri percakapan dengan suara pelan.Rafael mengangguk lembut. “Oke. Tidurlah yang nyenyak. Aku ada di sini kalau kamu butuh apa-apa.”Aurora pun memejamkan mata, mencoba meredakan debar di dadanya. Sementara Rafael beranjak ke sofa, merapikan posisi dan duduk sambil memperhatikan Aurora dari kejauhan dengan senyum yang tak kunjung hilang dari wajahnya. Malam semakin larut. Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Di kamar rawat VVIP yang senyap, hanya suara detak jam dan sesekali deru AC yang terdengar. Aurora terbaring di ranjangnya, matanya terbuka lebar menatap langit-langit, pikirannya penuh sesak.Ia melirik ke arah sofa, tempat Rafael kini berbaring dengan mata terpejam, wajahn

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 45. Jaga Malam

    “Aku tidak bohong, Aurora. Kamu bisa tanya Nadine, kalau kamu tidak percaya sama aku,” ujar Rafael lagi, kali ini nada suaranya sedikit lebih serius. “Aku tahu, kamu tipe orang yang tidak mau terlalu percaya begitu saja. Tapi aku juga tidak mau kamu terus menyimpan sesuatu sendiri dan malah menyakiti dirimu sendiri seperti tadi.”Aurora akhirnya menoleh perlahan, menatap Rafael dalam diam. Tidak ada jawaban dari bibirnya, namun genggamannya pada tangan Rafael kini tidak sekeras tadi. Ia membiarkan dirinya sedikit lebih tenang meski hatinya masih berusaha memahami, tapi setidaknya ia tahu, Rafael memilih tetap di sisinya.***Di dalam ruangan rawat VVIP yang sepi dan nyaman itu, keheningan hanya dipecahkan oleh suara detak jam di dinding serta bunyi mesin monitor yang terus memantau kondisi Aurora. Cahaya matahari sore menyelinap lewat sela tirai jendela, menyoroti dua sosok yang duduk di sisi ranjang masih tenggelam dalam percakapan yang emosional.Rafael masih menggenggam tangan Aur

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 44. Khawatir

    Dokter mengangguk. “Silakan, tapi harap tenang dan jangan membangunkannya jika belum sadar sendiri.” Rafael hanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke ruang UGD di mana Aurora terbaring, masih dalam kondisi lemah. Jantungnya mencengkeram hebat melihat wajah pucat Aurora yang terbaring di ranjang itu. Ia menarik kursi dan duduk di sampingnya, lalu meraih tangan Aurora perlahan. “Maaf, Aku seharusnya ada di sana. Seharusnya aku tahu kamu tidak baik-baik saja.” Di ruangan itu, hanya suara mesin monitor yang terdengar. Sementara Rafael duduk diam, menunggu dan berharap Aurora segera membuka mata. *** Kini Aurora sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP. Tirai jendela dibiarkan sedikit terbuka, membiarkan cahaya senja mengintip masuk ke dalam ruangan dengan lembut. Suara detak alat pemantau jantung berdetak tenang, menandakan bahwa Aurora dalam kondisi stabil. Dengan perlahan, kelopak mata Aurora

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 43. Aurora Pingsan

    Ruangan rapat sore itu mulai terisi satu per satu oleh para pejabat penting dari berbagai divisi. Beberapa dari mereka sudah duduk tenang, membuka catatan atau sekadar berbincang ringan sambil menunggu agenda presentasi dimulai. Lampu proyektor telah menyala, layar besar menampilkan judul presentasi yang akan dibawakan oleh Aurora.Aurora berdiri di sisi depan, mengenakan blouse putih dan rok hitam rapi, namun wajahnya tampak sedikit pucat. Tangannya menggenggam alat petunjuk layar erat, mencoba menyembunyikan gemetar halus di jari-jarinya. Dia menoleh ke arah pintu, berharap melihat sosok Rafael muncul dengan langkah tenang seperti biasanya. Tapi pintu itu tetap tertutup, dan waktu terus berjalan.Nadine mendekat dan membisikkan padanya, “Presdir belum bisa hadir sekarang. Tapi beliau meminta rapat dimulai tanpa menunggunya.”Aurora menelan ludah perlahan. “Baik,” gumamnya.Ia berdiri tegak dan mulai mempresentasikan laporan yang telah disusunnya dengan susah payah. Suaranya tetap te

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 42. Tidak Enak Badan

    Makanan mereka datang tidak lama kemudian, diantar oleh pelayan yang lain. Spaghetti seafood Rachel tersaji di atas piring putih besar dengan hiasan parsley segar dan parutan keju parmesan yang harum. Sementara tenderloin steak Rafael terlihat sempurna dengan saus merah gelap di sisi piring dan potongan sayuran kukus yang tertata rapi.“Silakan dinikmati,” ucap pelayan dengan sopan sebelum meninggalkan mereka.Rachel mengambil garpunya dan mulai memutar spaghetti dengan gerakan anggun. “Jadi,” katanya sambil melirik Rafael, “tentang proyek kerja sama yang kita bicarakan lewat email itu… aku sudah lihat semua detailnya.”Rafael mengangguk sambil memotong daging steaknya. “Bagaimana menurutmu?”“Aku pikir ada banyak potensi. Terutama di bagian distribusi produk digital. Perusahaanmu kuat di sisi teknologi dan pengembangan, sementara perusahaan kami lebih matang dalam pemasaran dan relasi internasional,” ujar Rachel dengan nada percaya diri.Rafael mengunyah pelan, lalu menatapnya. “Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status