Share

RA 5. Rafael Tahu

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-01 08:56:04

Aurora berdiri bergetar, mencoba menahan emosi yang mulai mengalir seperti retakan kaca yang tak terbendung. Suara ayahnya barusan telah mengoyak semua luka lama yang selama ini ia tutupi rapat-rapat. 

“Maaf, Aurora... Ayah tidak bisa memberitahumu di mana ayah sekarang,” suara itu terdengar berat, tertekan. “Tapi... tolong, bertahanlah sebentar saja. Percayalah padaku.”

Aurora mengerutkan kening, hatinya berdebar hebat.

“Bertahan? Apa maksudmu? Apa Ayah tahu apa yang sedang aku alami sekarang?” ucapnya hampir berteriak, membuat beberapa orang menoleh, tapi Aurora tidak peduli.

“Aku tahu… semuanya, Aurora.”

Suara di seberang terdengar menyesal, namun tegas. Tak ada keraguan bahwa dia memantau dari jauh, tahu betul setiap langkah putrinya.

“Kau harus tetap di sana. Teruslah lakukan apa yang sedang kau lakukan sekarang. Jika waktunya tiba… Ayah akan kembali. Dan semua akan tenang lagi. Seperti dulu, seperti sebelum semuanya rusak.”

Air mata mulai jatuh tanpa bisa dicegah. Aurora ingin memercayainya. Ingin sekali. Tapi luka itu terlalu dalam, dan kenyataan terlalu menyakitkan.

Saat suara ayahnya terdengar seperti hendak menutup telepon, Aurora buru-buru berseru, “Tunggu! Ayah! Benarkah Ayah menggelapkan uang perusahaan? Benarkah semua yang Rafael katakan? Benarkah Ayah penipu seperti yang semua orang bilang?”

Hening.

Tak ada suara.

Aurora menahan napas.

Lalu, satu kata lirih terdengar sebelum sambungan terputus.

“Maaf…”

Tuutt… Tuutt…

Sambungan berakhir. Suara dering panjang itu seperti dentang palu yang menghantam jantungnya. Aurora menatap layar ponsel dengan gemetar. Ia mencoba menelpon ulang, jari-jarinya panik menekan tombol panggil, tapi hasilnya selalu sama.

“Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.”

“Tidak... tolong jangan,” bisiknya patah, sebelum akhirnya menurunkan ponsel dari telinga dan menunduk.

Tangisnya meledak begitu saja. Air mata mengalir tanpa malu, tanpa bisa ditahan. Di tengah keramaian orang asing yang lalu-lalang, Aurora terisak dalam diam, memeluk tasnya erat-erat seolah itu satu-satunya sandaran yang tersisa. Ia tak peduli lagi akan tujuan bus, akan waktu yang terus berjalan.

*** 

Langkah-langkah cepat bergema di lantai kantor. Aurora berjalan dengan amarah membuncah, wajahnya gelap, matanya masih sembab namun dipenuhi bara. Setibanya di depan ruangan Rafael, Nadine, sekretaris Rafael, segera berdiri dari meja dan menahan langkahnya.

"Nona Aurora, tunggu, Tuan Rafael sedang ada tamu. Kau tidak bisa masuk sembarangan!"

Namun Aurora tidak peduli. Ia mendorong pintu itu terbuka dengan kasar.

“RAFAEL!”

Di dalam, Rafael sedang duduk bersama dua orang klien berjas formal. Ketiganya menoleh kaget.

Rafael segera berdiri, menarik napas dalam, lalu tersenyum diplomatis kepada kliennya. "Maafkan saya. Saya akan menyelesaikan ini sebentar." Dengan cepat, dia meraih lengan Aurora dan menariknya keluar dari ruangan, menutup pintu di belakang mereka sebelum siapa pun sempat bereaksi.

Tanpa sepatah kata pun, Rafael menyeret Aurora menuju tangga darurat dan membawa gadis itu ke atap gedung. Begitu berada di atap, Rafael melepaskan lengannya dan menatap Aurora tajam.

"Apa kau sudah gila?!" bentaknya. "Kau pikir karena aku sedikit lunak, kau bisa seenaknya menyerbu ruanganku? Di depan klien?!"

Aurora tidak gentar. Nafasnya memburu, matanya menyala.

“Dengan semua uang yang kamu punya... semua kekuasaan yang kamu pegang... apa sesulit itu mencari keberadaan Ayahku, Rafael?!”

Rafael tertegun. Matanya menyipit curiga. “Apa dia menghubungimu?”

“Bagaimana kau mencarinya selama ini? Kenapa tidak berhasil mencarinya!” Aurora tidak menjawab pertanyaan Rafael, melainkan terus menuntut jawaban pasti.

“Aurora!” Rafael mencengkram lengan Aurora kuat, tubuh gadis itu sedikit terguncang. “Aku tanya, apa dia menghubungimu?!”

“YA!” teriak Aurora, akhirnya pecah. Air matanya jatuh deras. “Dia menelponku pagi ini! Tapi sekarang nomornya tidak bisa dihubungi lagi... aku... aku tidak tahu dia di mana.”

Rafael terdiam. Cengkramannya perlahan mengendur, lalu melepaskan lengan Aurora.

“Berikan aku nomornya,” katanya datar.

“Sudah kubilang tidak bisa dihubungi.”

“Berikan Aku nomornya!” bentak Rafael, suaranya tajam dan tegas, seolah tidak menerima bantahan.

Aurora terkejut. Mereka saling menatap. Nafas keduanya berat, emosi menggantung di udara. Akhirnya, dengan tangan gemetar, Aurora membuka ponselnya dan menunjukkan nomor itu. Rafael melihatnya sejenak, menghafal dalam diam. Kemudian, dia menatap Aurora sekali lagi, lebih tenang, namun tetap dingin.

“Aku akan mencarinya,” katanya singkat. “Tapi jangan pernah lakukan ini lagi. Sekali saja kau mempermalukanku di depan orang penting, aku pastikan kau tidak hanya kehilangan pekerjaan, kau akan kehilangan segalanya.”

Aurora hanya menatapnya. Tak ada kata keluar dari bibirnya. Dengan amarah yang tertahan, Rafael pun meninggalkan Aurora seorang diri.

Aurora hanya menatap punggung Rafael yang perlahan menjauh. Tubuhnya tak mampu bergerak, bibirnya bisu. Ada ribuan kata ingin ia lontarkan, namun semua tertahan di tenggorokan, tenggelam bersama air matanya yang belum benar-benar kering. 

Sementara itu, di koridor kantor lantai atas, Rafael berjalan dengan langkah cepat dan berat. Emosinya masih membara, namun wajahnya tetap datar, seperti topeng yang sudah terlatih untuk menyembunyikan badai.

Ia menyelipkan tangan ke dalam saku dan mengeluarkan ponsel. Jemarinya lincah menekan nomor khusus. Tak lama kemudian, sambungan tersambung.

“Carikan informasi nomor telepon ini. Segera,” ucap Rafael tegas, tanpa basa-basi lalu menyebutkan nomor yang dipakai Edgar menelpon Aurora.

“Nomor itu menelepon Aurora pagi ini. Aku yakin dia berusaha menyamarkan jejak, tapi aku tahu gayanya. Edgar akhirnya menunjukkan diri.”

Terdengar jeda singkat di seberang sana, lalu suara lawan bicaranya kembali terdengar, lebih serius. “Kami akan mulai pelacakan sekarang.”

“Aku tidak mengerti apa maunya, tapi dia cukup gila untuk menghubungi putrinya, dan cukup bodoh untuk meninggalkan celah.”

“Dimengerti.”

Klik. Sambungan terputus.

*** 

Aurora kembali ke lantai utama kantor dengan langkah gontai. Matanya sembab, bayangan air mata masih terlihat jelas di wajahnya yang pucat. Meski ia berusaha menegakkan bahu dan memasang wajah seolah semuanya baik-baik saja, sorot matanya tidak bisa berbohong, ia telah menangis. Dan semua orang bisa melihatnya.

Namun tak ada satu pun yang berani menegurnya atas keterlambatannya pagi ini.

Beberapa rekan kerjanya hanya saling pandang diam-diam. Ada sesuatu pada Aurora yang membuat semua terdiam. Bukan karena matanya yang sembab, tapi karena semua orang tahu… dia baru saja menerobos masuk ke ruangan direktur bahkan meski sudah dicegah oleh Nadine.

Langkah Aurora terhenti sejenak ketika ia menyadari bisikan-bisikan lirih yang muncul dari sudut-sudut ruangan.

“Dia tadi teriak-teriak, loh… di ruang direktur.”

“Kau yakin? Beneran berani masuk?”

“Aku dengar Nadine sampai berdiri untuk menghalanginya, tapi tetap aja dia maksa.”

“Pasti ada hubungan khusus. Mana mungkin orang biasa bisa seenaknya masuk ruangan Presdir Rafael.”

“Lihat matanya. Kayak abis ribut sama pacar.”

“Sepertinya, mereka memang punya hubungan khusus.”

Aurora mengatupkan rahangnya, menahan napas. Ia terkejut akan rumor yang baru saja ia dengar, hingga tiba-tiba Rafael yang berjalan melewati ruangan mereka melirik sekilas ke arah Aurora menuju lift. Seolah memastikan jika keduanya memang terjalin sebuah hubungan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Jasprom Keliling✌
apakh kmu bsa menangkap ayah aurora rafa?
goodnovel comment avatar
Yanti5699
ayah macam apa kamu,,kesalahanmu tapi Aurora yg harus nanggung
goodnovel comment avatar
Ratih Tyas
Edgar pengecut banget jadi orang...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 204. Welcome to the World Azriel

    Aurora menangis lega, tubuhnya lemas tapi senyumnya merekah. “Itu… anak kita,” suaranya bergetar. Suster dengan sigap membersihkan dan membungkus bayi itu dengan selimut hangat sebelum menyerahkannya pada Rafael. Tangan Rafael gemetar saat menerima putra kecilnya untuk pertama kali. “Halo, anakku…” ucapnya pelan, air mata bahagia membasahi wajahnya. Ia mendekat ke Aurora, menunjukkan bayi mereka. “Lihat, sayang… dia sempurna. Kau luar biasa,” Rafael mengecup kening istrinya, suaranya penuh rasa syukur. Aurora menatap bayi mungil itu dengan mata berbinar, lalu menyentuh pipi anaknya yang lembut. “Aku… aku tidak percaya dia benar-benar ada,” katanya sambil tersenyum lemah. Rafael duduk di sampingnya, merangkul Aurora dan bayi mereka sekaligus. Suara tangisan kecil si bayi memenuhi ruangan, namun bagi mereka, itu adalah melodi terindah yang pernah mereka dengar. *** Langit sore tampak cerah ketika mobil Rafael perlahan memasuki halaman rumah mereka. Aurora duduk di kursi b

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 203. Hari Kelahirannya

    Di luar, langit malam bertabur bintang, suara deburan ombak mulai terdengar samar. Rafael memeluk Aurora dengan erat menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. “Aku mencintaimu, Aurora. Mulai malam ini, dan untuk selamanya.” Aurora menatapnya dengan senyum tulus, matanya berkilau. “Aku juga mencintaimu, Rafael.” Perlahan mata mereka mulai terpejam di sisa-sisa kenikmatan. Kelelahan dan kebahagiaan malam pengantin itu menambah cinta yang akan terus tumbuh. *** Satu bulan kemudian, di rumah mewah mereka Aurora tengah duduk di tepi ranjang dengan napas berdebar. Di tangannya, sebuah test pack menunjukkan dua garis merah yang jelas. Aurora terdiam beberapa detik, memastikan matanya tidak salah melihat. Saat kesadaran penuh menghampirinya, matanya membesar dan bibirnya terbuka lebar. “Ya Tuhan,” ucapnya lirih, lalu jeritan kecil penuh kebahagiaan meluncur dari bibirnya. “Rafael!” panggilnya dengan suara bergetar. Rafael, yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hand

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 202. Malam Pertama

    Mobil pengantin perlahan berhenti di depan sebuah vila mewah yang berdiri di tepi pantai. Lampu-lampu taman memancarkan cahaya lembut, memantulkan siluet pohon kelapa yang bergoyang diterpa angin malam. Suara ombak yang berdebur di kejauhan memberi suasana tenang dan intim, seolah menyambut pasangan pengantin baru itu. Rafael turun lebih dulu, mengenakan tuxedo putihnya yang kini tampak lebih santai dengan dasi kupu-kupu yang dilepaskannya. Ia segera membuka pintu untuk Aurora, yang turun dengan gaun pengantin panjang berkilauan, ujungnya tersapu angin malam. Rafael tersenyum, memandang istrinya dengan penuh cinta. “Selamat datang di tempat kita malam ini,” ucapnya sambil menggenggam tangan Aurora erat. Aurora tersenyum kecil, matanya berbinar sekaligus terasa lelah setelah seharian menjalani prosesi pernikahan. Mereka berjalan beriringan menuju pintu vila. Saat Rafael membukanya, aroma bunga segar dan wangi lilin aromaterapi langsung menyambut. Ruangan itu dihias dengan sentuhan

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 201. Meninggalkan pesta

    Di tengah sorakan dan tepuk tangan, mereka berdua berjalan menuruni altar dengan tangan yang saling menggenggam erat. Senyum merekah di wajah keduanya. Menjadi tanda kebahagiaan yang akan selalu hadir dalam pernikahan mereka. *** Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya keemasan dari lampu kristal yang berkilauan, menciptakan suasana yang elegan sekaligus hangat. Meja-meja bundar berlapis taplak putih berhiaskan vas bunga mawar dan lilin beraroma lembut, sementara musik klasik mengalun pelan, menemani para tamu menikmati pesta resepsi yang baru saja dimulai setelah akad nikah yang mengharukan. Aurora menatap sekeliling, matanya berkaca-kaca melihat begitu banyak orang yang datang merayakan kebahagiaan mereka. “Aku masih tidak percaya semua ini nyata,” bisiknya pada Rafael. Rafael tersenyum lembut, menepuk tangan istrinya. “Ini nyata, Aurora. Kamu istriku sekarang, dan mulai hari ini, kita akan memulai hidup baru.” Mereka berjalan beriringan menyapa para tamu. Marissa, yang k

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 200. Sakralnya Pernikahan

    Tamu-tamu undangan mulai berdiri, menoleh ke arah pintu besar ballroom yang tertutup rapat. Detik-detik penuh harap terasa begitu panjang. Lalu, perlahan pintu besar itu terbuka, memperlihatkan sosok Aurora. Aurora berdiri di depan pintu, anggun bagaikan seorang putri dari negeri dongeng. Gaunnya panjang berkilauan, terbuat dari satin putih dengan detail payet yang memantulkan cahaya. Roknya menjuntai anggun, dengan ekor gaun yang mengikuti setiap langkahnya. Rambutnya diatur rapi dengan gelombang lembut, dihiasi mahkota kecil yang berkilau di bawah cahaya lampu. Di tangannya, ia menggenggam buket bunga mawar putih bercampur lily sederhana namun elegan. Senyumnya lembut, namun matanya berkilat penuh emosi, mencerminkan kebahagiaan yang ia rasakan. Sorakan kagum terdengar dari para tamu. Marissa yang datang bersama dengan Reynaldo menitikkan air mata melihat betapa anggun dan bahagianya Aurora malam itu. Aurora menarik napas panjang, menenangkan degup jantungnya yang berdebar cepat.

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 199. Pesta Pernikahan

    Panggilan keberangkatan untuk penerbangan mereka terdengar dari pengeras suara, membuat suasana semakin nyata. Marissa menggandeng Rey, yang melambaikan tangan kecilnya sambil tersenyum tipis. “Dadah, Kakak Aurora… Om Rafael.” Aurora melambaikan tangan dengan mata sembab, Rafael berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius namun matanya menyiratkan emosi yang sama. Mereka berdua melihat Marissa dan Rey berjalan menjauh, melewati pemeriksaan, hingga akhirnya menghilang di balik pintu keberangkatan. Aurora menghela napas panjang, merasakan kehampaan saat sosok kecil Rey tak lagi terlihat. Rafael meraih tangannya, menggenggamnya erat. “Mereka akan baik-baik saja,” ucap Rafael tenang. Aurora menoleh padanya, matanya masih berkaca. “Aku tahu… Tapi rasanya sulit melepas mereka begitu saja.” Rafael menarik Aurora ke dalam pelukannya. “Kita sudah melakukan yang terbaik. Sekarang, saatnya mereka mendapatkan ketenangan.” Aurora menutup mata, membiarkan dirinya larut dalam pelukan Rafae

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status