Home / Romansa / Perangkap Dendam Tuan Miliarder / Bukan Penjara, Bukan Rumah

Share

Bukan Penjara, Bukan Rumah

Author: Von Hsu
last update Last Updated: 2025-10-10 09:00:00

POV Angela

Dadaku masih naik turun setelah melampiaskan emosiku dengan menjerit. Bajingan itu tahu persis caranya membuatku kehilangan kendali.

Beberapa menit berlalu dalam sunyi, lalu terdengar ketukan pelan di pintu. 

Pintu terbuka perlahan. Seorang wanita muda berdiri di ambang pintu, mengenakan seragam rapi. 

"Selamat pagi, Nona Angela," katanya sopan. "Saya Lana. Tuan Carter meminta saya mendampingi Anda selama berada di rumah ini."

Aku memaksa senyum tipis. "Dampingi... maksudmu, memata-matai?"

Dia tampak sedikit terkejut, tapi tetap tenang. "Tugas saya hanya memastikan Anda nyaman dan mendapatkan semua yang Anda perlukan."

Aku nyaris tertawa. "Termasuk borgol kalau dia berubah pikiran?"

Lana tetap datar. Tidak bereaksi. Profesional luar biasa. 

Sebelum aku sempat membuka suara lagi, suara langkah kaki terdengar dari belakangnya. Seorang wanita lain, kali ini mengenakan seragam medis. 

"S

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Saat Kebenaran Berpihak Kembali

    POV AngelaTunggu... Apa?Mataku bergerak cepat menelusuri layar.Sudah kuduga. Dia tidak kelihatan seperti tipe begitu. Rekaman CCTV membuktikannya.Foto-foto itu palsu. Diedit.Edward Kane yang seharusnya minta maaf.Maaf sudah menilaimu.Dia tidak pantas diperlakukan begitu.Jangan menyerah, Angela.Aku menggulir lebih cepat, jantungku berdegup kencang. Semua postingan isinya sama. Dukungan. Simpati. Kepercayaan."Apa-apaan ini..." bisikku.Aku mengetuk salah satu tautan berita yang memenuhi inbox-ku. Judulnya langsung menohok mataku."Bukti Baru Membersihkan Nama Angela Jones — Rekaman CCTV Membuktikan Tidak Ada Perselingkuhan."Artikel itu menjelaskan semuanya — rekaman restoran, sudut kamera, dan bagaimana "ciuman" itu sebenarnya hanya saat Edward mencondongkan tubuh untuk mengambil gelas. Satu detik, satu

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Kata Baik Pertama

    POV AngelaKata-kata itu masih bergema di kepalaku. "Kau ada di sini karena izinku. Bukan karena kau berarti."Sialan dia. Benar-benar dingin dan tak berperasaan.Aaron keluar begitu saja dari mobil tanpa menoleh. Aku turun beberapa detik kemudian, membanting pintu sedikit lebih keras. Garasinya bersih tanpa cela — lantai beton mengilap, semuanya tertata rapi. Tiga mobil berjejer seperti pajangan di pameran.Dia berjalan di depan tanpa peduli apakah aku mengikutinya atau tidak.Pintu samping langsung mengarah ke dalam rumah. Begitu aku melangkah masuk, langkahku terhenti.Tempat itu tampak seperti halaman depan majalah arsitektur. Dinding kaca dari lantai ke langit-langit, garis-garis tajam, tanpa sedikit pun sentuhan pribadi. Tak ada foto, tak ada barang kecil yang menunjukkan siapa pemiliknya. Tempat itu terasa seperti dirinya. Dingin, terkontrol, dan tak tersentuh."Berapa lama kau mau berdiri di situ?

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Bertindaklah Sesuai Peranmu (POV Aaron)

    POV AaronAku melirik ke bawah, pada tangan Angela yang masih menempel di lenganku."Lepaskan," kataku datar.Dia ragu sejenak, lalu perlahan melepaskan genggaman. Tangannya turun, tapi matanya tetap menatapku. "Kau berdarah."Aku menatap garis merah di buku jariku, sisa dari perkelahian tadi."Kau mungkin harus mengobatinya," katanya.Aku menatapnya dingin. "Jangan berpura-pura peduli, Angela.""Aku tidak berpura-pura," sahutnya. "Hanya mengatakan apa yang kulihat.""Aku tahu cara mengurus diriku sendiri."Dia tidak berkedip. "Oke, kalau begitu. Tapi bukan berarti kau harus berdarah buat membuktikannya.""Kau bicara terlalu banyak untuk seseorang yang seharusnya tidak ikut campur urusanku."Tatapannya tak bergeser. "Aku hanya memperhatikan apa yang terjadi di sekitarku. Bukan berarti aku ikut campur. Aku akan melakukan hal yang sama untuk siapa saja, bukan cuma untukmu."Itu

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Luka yang Mengikat (POV Aaron)

    POV AaronAku memelintir pergelangan tangan Bennett sampai uratnya menonjol di bawah kulit. Dia meraung, keras dan serak, tapi aku tidak mengendurkan cengkeramanku, justru semakin menguatkannya.Wajahnya menegang, rahangnya mengeras, tapi matanya masih menyimpan kesombongan. "Kau pikir kau cukup besar buat menantangku, Carter?" desisnya tajam, napas tersengal menahan sakit.Aku menatapnya datar. Suaraku tenang dan dingin. "Kau pikir nama Bennett membuatmu kebal? Nama keluargamu mungkin berarti sesuatu di atas kertas. Tapi kau tidak lebih dari bajingan pengecut yang hidup dari nama itu."Lalu aku melepaskannya dengan satu hentakan cepat. Dia terhuyung ke belakang, wajahnya memerah menahan amarah.Aku menoleh ke arah Angela yang masih terpaku di dekat pagar paddock. "Masuk mobil," kataku datar.Dia sempat ragu sepersekian detik, tapi akhirnya menurut. Pintu mobil tertutup di belakangnya, meninggalkan aku berdua dengan Bennett

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Pertemuan Dua Iblis

    POV AngelaWajah pria muda itu langsung tampak pucat. "Tuan, saya...""Itu salahku!" potongku cepat, melangkah ke depan. "Aku yang mengikutinya masuk. Dia bahkan sempat bilang jika bukan tamu dilarang masuk paddock. Jadi jangan salahkan dia."Aaron menoleh padaku perlahan. Tatapannya tajam dan dingin. Dia mendekat satu langkah lebih dekat, cukup dekat untuk membuatku menahan napas."Jangan berlagak jadi penyelamat," katanya rendah, tapi nadanya sarkastik.Aku terdiam. Lidahku kelu.Aaron kembali menatap pria muda itu, kali ini dengan sorot matanya yang membuatku yakin siapa pun yang berdiri di posisinya pasti ingin menghilang dari bumi. "Kau biarkan orang asing naik kudaku, masuk ke paddock-ku, hampir mencelakakan dirinya. Kau tahu apa artinya itu?"Pria muda itu menunduk, kedua tangannya terkepal di sisi tubuh. "Maaf, Tuan..."Aku spontan bersuara, kali ini lebih keras. "Aku sudah bilang, itu salahku, bukan dia!"

  • Perangkap Dendam Tuan Miliarder   Penyelamatan yang Berbahaya

    POV Angela"B-bagaimana Anda bisa masuk sini?" suara pria muda itu terdengar tegang, hampir terbata.Aku mendesah pelan, mencoba menahan kesal yang masih tersisa karena Aaron. "Aku tidak bermaksud mengikutimu," kataku cepat. "Tapi Aaron Carter sialan itu menyeretku ke ranch-nya, lalu meninggalkanku begitu saja. Dan ketika aku melihat lapangan ini... yah, aku akhirnya masuk."Ekpresi pria muda itu berubah seketika. Nada suaranya melunak, bahkan terdengar agak gugup. "Jadi... Anda tamu Pak Carter? Maaf, saya... benar-benar tidak tahu."Tamu? Aku nyaris tertawa mendengarnya. Apakah aku bisa dibilang tamunya? Lebih tepatnya, tawanan yang ditinggalkan di sebuah ranch kuda. Aku mengalihkan pandangan ke lapangan di belakangnya."Boleh aku lihat-lihat sebentar?" tanyaku."Seharusnya pengunjung tidak boleh masuk tanpa izin. Tapi kalau Anda benar tamu Pak Carter, saya rasa tidak apa," jawabnya.Setelah itu, kami pun berjalan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status