Share

Bab 2

Author: Tralina
Dalam 26 tahun hidupku, ini pertama kalinya aku melihat ada orang yang berani bersikap sesombong ini di hadapanku.

"Coba katakan lagi, kamu ingin aku serukan apa?"

"Kamu tuli? Aku ini wanita jalang, aku yang salah. Memangnya kamu nggak dengar jelas kata-kata itu?"

Aku mau tak mau tersenyum dan menjawab, "Aku dengar. Karena kamu juga tahu kamu itu wanita jalang, minggir sana! Jangan merusak pemandangan!"

Rossa langsung menyadari dirinya sedang dipermainkan dan menerjang ke arahku sambil melambaikan tangannya.

Konyol sekali. Aku ini pemegang sabuk hitam taekwondo. Bagaimana mungkin aku takut dengan amatir sepertinya? Aku langsung menendangnya, sedangkan Rossa langsung jatuh ke lantai sambil berteriak kesakitan.

Orang-orang di sekitarku menatapku dengan ngeri.

"Ya Tuhan! Beraninya dia bersikap begini sama Nona Rossa!"

"Kalau Pak Nicholas tahu, dia pasti akan mati mengenaskan!"

"Bahkan para dewa pun nggak akan mampu melindunginya sekarang."

Mendengar ocehan mereka, aku tetap tak gentar. Keluarga Kurniadi bisa meraih kesuksesaan sebesar ini berkat dukungan ibuku. Jadi, benar-benar tidak ada seorang pun di ibu kota yang kutakuti.

Aku meletakkan lagi kartuku di atas meja, lalu berkata kepada pramuniaga, "Gesek!"

Pramuniaga itu seketika gemetar ketakutan, lalu menggesek kartuku dan membungkus pakaian itu. Aku pun mengambil pakaian itu dan berbalik untuk pergi.

Namun, Rossa malah bangkit dari lantai dan menghalangi jalanku lagi. "Kamu nggak boleh pergi!"

Aku melambaikan tanganku di depannya. "Kenapa? Kamu mau rasakan tinjuku lagi?"

Rossa meringkuk tanpa sadar. Aku pun mendengus, lalu berjalan keluar.

Tepat pada saat ini, sebuah Maybach hitam berhenti di depan toko. Yang terlebih dahulu terlihat adalah sebuah kaki yang mengenakan sepatu kulit bersol tipis.

Siapa yang mengerti perasaan seolah-olah telah ditebus saat melihat sepatu kulit bersol tipis itu! Aku perlahan-lahan melirik ke atas dan jantungku langsung berdebar kencang.

Tinggi pria itu sekitar 1,9 meter. Dia memiliki bahu lebar dan kaki jenjang. Yang terpenting adalah, wajahnya sangat tampan dan tegas, tanpa ada cela sedikit pun.

Rossa langsung berlari ke arahnya, lalu mengeluh sambil menangis, "Kak Nicholas, dia rebut gaun yang kusuka dan pukul aku ...."

Ternyata pria ini tunanganku!

Aku adalah orang yang sangat terobsesi dengan penampilan. Tampang Nicholas benar-benar sesuai dengan tipeku. Hanya dari penampilannya saja, aku merasa diriku bisa memaafkan sikap kasarnya sebelumnya.

Aku memberinya senyum yang kuanggap menawan. "Halo, aku Tiana, tunanganmu."

Pantas saja Ibu mengatakan bahwa aku akan puas dengan tunangan yang dia carikan untukku kali ini. Ibu benar-benar mengenalku dengan sangat baik!

Orang-orang yang berkerumun langsung berseru kaget.

"Apa! Ternyata dia itu tunangan Pak Nicholas!"

"Daripada adik angkat, tunangan jelas lebih penting. Pantas saja dia berani bersikap searogan itu!"

"Belum tentu! Itu semua masih tergantung siapa yang disukai Pak Nicholas!"

Nicholas melirikku dan berkata dengan nada tidak bersahabat, "Jangan menyanjung dirimu sendiri. Ayahku yang aturkan pertunangan ini tanpa seizinku. Aku nggak setuju."

Rossa yang berdiri di samping meraih lengan Nicholas, lalu bersandar mesra di bahunya. Matanya penuh dengan tantangan. "Mana mungkin Kak Nicholas bersedia nikah sama wanita sejelek kamu!"

Seseorang menimpali, "Benar. Meski mau nikah, Pak Nicholas juga akan nikah sama gadis kaya dengan status sosial yang setara. Mana mungkin dia nikahi gadis desa ini!" "

"Orang sepertinya belum tentu diterima jadi tukang bersih toilet di Grup Kurniadi!"

Aku tidak merasa diriku luar biasa cantik, tetapi aku juga tidak jelek. Kenapa mereka mendeskripsikan aku sampai seburuk itu?

Namun, sifat dasar manusia memang adalah menjilat orang yang berkuasa dan menindas yang lemah.

"Nicholas, pulang dan beri tahu ayahmu, aku mau batalkan pertunangan ini. Kamu nggak pantas dampingi aku!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 8

    Rossa bersujud hingga menimbulkan suara berdentang di lantai. Tidak lama kemudian, kepalanya pun berdarah.Melihat ini, Nicholas yang angkuh juga akhirnya menundukkan kepalanya ke arahku. "Nona Tiana, aku yang buta hingga berani melukaimu. Aku nggak akan berani melakukannya lagi, juga nggak akan pernah menindas siapa pun lagi. Aku mohon ampunilah aku kali ini ...."Setelah menyesap kopiku, aku meletakkan cangkir itu dan menatap sekelompok orang itu sambil berkata perlahan, "Kalian ngomongnya seolah-olah aku ini seorang pembunuh. Kita hidup di masyarakat yang menjunjung tinggi hukum. Mana mungkin aku melakukan hal yang melanggar hukum?"William bertanya dengan ragu, "Nona Tiana, apa itu berarti kamu sudah maafkan bajingan ini?"Aku tersenyum dan menjawab, "Tentu saja. Meski mereka menyakitiku, aku sudah membalasnya. Balas dendam adalah siklus yang nggak akan pernah berakhir. Biarkanlah masalah ini berlalu."Kedua orang itu langsung bersujud kepadaku dan berterima kasih atas pengampunank

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 7

    Nicholas menunjukku dan melanjutkan, "Dia pelakunya! Dia kurung aku di ruang penyiksaan sehingga aku nggak bisa tidur setiap hari. Dia juga memberiku makanan basi."Aku menatap Nicholas sambil tersenyum. "Tapi meski itu makanan basi, bukannya Pak Nicholas juga memakannya dengan lahap setiap harinya?"Potensi manusia sungguh tak terbatas. Setiap hari, aku menyuruh orang untuk mengantarkan seporsi makanan basi dan dingin untuk mereka.Awalnya, Nicholas masih bersikeras mengatakan bahwa dirinya adalah presdir Grup Kurniadi dan tidak akan makan makanan itu meskipun harus mati kelaparan. Namun, setelah kelaparan selama tiga hari, hal lainnya terasa tidak berarti lagi dibandingkan dengan kelangsungan hidup. Mereka berdua pun berebutan melahap semangkuk nasi basi hingga tak bersisa sedikit pun.Nicholas memelototiku dengan ekspresi bengis. "Dasar wanita jahat! Sekarang, ayahku sudah datang untuk selamatkan aku. Ajalmu akan segera ti ...."Terkadang, keadilan Tuhan sungguh membuatku tidak habi

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 6

    Aku bergegas maju, lalu menendang dan menginjak punggung Nicholas."Ibu, nggak usah marah demi orang bodoh sepertinya. Serahkan saja dia padaku. Aku punya cara untuk hukum mereka."Seusai berbicara, aku memerintahkan para pengawal untuk membawa Nicholas dan Rossa pergi. Kemudian, aku mencondongkan tubuh ke arah ibuku dan berkata dengan manja, "Ibu, wajahku sakit banget. Ibu temani aku pergi berobat, ya?"Ucapan itu akhirnya berhasil membuat ibuku kembali bersikap rasional. Dia dengan lembut menyentuh luka di pipiku dan menemaniku ke rumah sakit untuk diobati.Para dokter kulit dan ahli bedah plastik terbaik di kota berkumpul di ruang pemeriksaan. Setelah melakukan disinfeksi pada luka di wajahku, mereka membahas rencana perawatan untuk memastikan pemulihan tanpa bekas luka.Setelah menetapkan rencana perawatan, semua orang pun bubar. Kemudian, hanya tersisa aku dan ibuku di kamar rawat inap. Aku menyandarkan kepalaku di bahu ibuku dan menghiburnya dengan lembut, "Ibu, jangan masukkan

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 5

    Aku bukan orang yang begitu murah hati. Setelah apa yang Rossa lakukan padaku hari ini, aku tentu saja tidak akan mengampuninya. Tatapanku yang tajam tertuju padanya. Aku terlebih dahulu menamparnya berulang kali untuk melampiaskan amarahku. Kemudian, aku mengambil pemotong kuku yang baru saja dia gunakan untuk menggores wajahku dan mendekatkan bagian pisau itu ke wajahnya secara perlahan.Rossa gemetar ketakutan dan berkata, "Ka ... kalau kamu berani sentuh wajahku, aku akan habisi kamu!"Aku langsung menggores wajahnya tanpa ragu.Rossa menjerit kesakitan dan sebuah goresan penuh darah segera muncul di pipinya.Aku menggoresnya lagi dan mengulanginya untuk beberapa kali. Tak lama kemudian, wajahnya sudah hancur dan nyaris tidak dapat dikenali lagi.Berhubung ditahan oleh pengawal, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain meratap dengan pilu dan pasrah. "Ah ... wajahku .... Wajahku sudah hancur ...."Orang memang baru bisa merasakan rasa sakit ketika hal itu terjadi padanya. Saat mengha

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 4

    Begitu melihat ibuku, rasa sedih langsung melandaku. Aku pun berseru sambil terisak, "Ibu."Ibuku segera berlari menghampiriku dan memelukku dengan sakit hati. Aku bersandar di pelukannya dan akhirnya merasa aman.Orang-orang yang berkerumun pun berseru kaget ketika melihat mobil ibuku."Lihat, Lincoln yang dikendarainya itu edisi terbatas. Yang bisa punya mobil ini pasti berstatus tinggi. Kali ini, Rossa sepertinya sudah ketemu sama orang yang sulit dihadapi!""Apanya yang sulit dihadapi? Sekalipun latar belakangnya mengesankan, apa mungkin dia lebih hebat dari Keluarga Kurniadi?"Rossa juga merasa begitu. Dia dengan nekatnya berjalan ke hadapan ibuku dan berlagak hebat."Jadi kamu wanita penggoda itu? Putrimu begitu nggak tahu diri dan berani merebut gaun yang kusuka, bahkan memukulku. Katakan saja kamu mau gimana selesaikan masalah ini!"Ibuku menatapnya. "Gimana kamu mau selesaikan masalah ini?" Rossa yang tidak menyadari tatapan maut ibuku langsung mengajukan tuntutannya tanpa su

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 3

    Ibuku mengatakan bahwa ayahnya Nicholas telah berusaha keras untuk mengamankan pernikahanku dengan Nicholas. Jika dia tahu putranya yang menghancurkan pernikahan itu, Nicholas pasti akan mendapat masalah besar.Memikirkan hal ini, aku pun merasa sedikit lebih baik, juga malas berdebat dengan orang-orang bodoh ini lagi. Kemudian, aku berbalik dan hendak pergi.Namun, Rossa masih tidak mau menyerah. Dengan adanya orang yang membelanya, dia lagi-lagi merentangkan tangannya untuk menghalangi jalanku."Wanita jalang, jangan coba-coba kabur! Kamu sudah rebut gaunku dan pukul aku. Aku belum balas dendam padamu!"Aku menatapnya dengan penuh penghinaan. "Gimana kamu mau balas dendam?" Rossa mengira aku takut padanya. Dia pun mengangkat tangannya dan hendak menamparku. "Tentu saja dengan pukul kamu sampai aku puas."Aku meraih pergelangan tangannya dengan satu tangan dan menampar wajahnya dengan tanganku yang lain. Dia menatapku dengan tidak percaya dan meraung, "Dasar jalang! Beraninya kamu t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status