Share

Bab 3

Author: Tralina
Ibuku mengatakan bahwa ayahnya Nicholas telah berusaha keras untuk mengamankan pernikahanku dengan Nicholas. Jika dia tahu putranya yang menghancurkan pernikahan itu, Nicholas pasti akan mendapat masalah besar.

Memikirkan hal ini, aku pun merasa sedikit lebih baik, juga malas berdebat dengan orang-orang bodoh ini lagi. Kemudian, aku berbalik dan hendak pergi.

Namun, Rossa masih tidak mau menyerah. Dengan adanya orang yang membelanya, dia lagi-lagi merentangkan tangannya untuk menghalangi jalanku.

"Wanita jalang, jangan coba-coba kabur! Kamu sudah rebut gaunku dan pukul aku. Aku belum balas dendam padamu!"

Aku menatapnya dengan penuh penghinaan. "Gimana kamu mau balas dendam?"

Rossa mengira aku takut padanya. Dia pun mengangkat tangannya dan hendak menamparku. "Tentu saja dengan pukul kamu sampai aku puas."

Aku meraih pergelangan tangannya dengan satu tangan dan menampar wajahnya dengan tanganku yang lain.

Dia menatapku dengan tidak percaya dan meraung, "Dasar jalang! Beraninya kamu tampar a ...."

Aku menamparnya lagi, lalu bertanya dengan dingin, "Puas?"

Dua tamparan ini sudah sepenuhnya membuat kearoganan Rossa sirna. Dia bersembunyi di belakang Nicholas dengan berlinang air mata.

"Kak Nicholas, kamu harus balaskan dendamku!"

Nicholas yang sakit hati pun memeluk Rossa dan mengancamku, "Kamu berani sentuh orangku? Kurasa kamu sudah bosan hidup!"

Dia melambaikan tangannya dan memberi isyarat kepada para pengawal di belakangnya untuk menjatuhkanku.

Aku terlebih dahulu menjatuhkan salah satu dari mereka. Hanya saja, aku tidak mampu melawan orang sebanyak itu. Setelah menerima beberapa pukulan, aku pun jatuh ke lantai dengan kesakitan. Dua pengawal mengangkatku dan menyeretku ke depan mereka.

Nicholas mendukung Rossa dan berkata, "Rossa, kamu boleh lakukan apa saja ke dia hari ini. Aku akan lindungi kamu kalau terjadi sesuatu!"

Ucapan ini langsung membuat Rossa makin berani. Dia menamparku dua kali, lalu meludahi wajahku. "Dasar jalang! Bukannya tadi kamu sangat sombong? Ayo tunjukkan kesombonganmu lagi!"

Seusai berbicara, dia menendang perutku lagi.

Aku memegangi perutku yang sakit sambil menatapnya dan Nicholas. "Beraninya kalian bersikap begini padaku! Aku nggak akan ampuni kalian!"

Rossa tertawa terbahak-bahak. "Keluarga Kurniadi itu salah satu dari tiga konglomerat terbesar di ibu kota. Apa yang bisa dilakukan orang miskin sepertimu padaku? Hari ini, aku akan tunjukkan padamu apa akibat dari menyinggungku!"

Rossa mengeluarkan gunting kuku dari tasnya, lalu menggores wajahku. Pipiku langsung terasa perih, sedangkan kulitku bengkak dan berdarah.

Seseorang berkata dengan penuh simpati, "Kita sudah beri tahu dia untuk jangan menyinggung Keluarga Kurniadi, tapi dia tetap bandel. Sekarang, dia harus rasakan akibatnya."

"Sayang sekali wajah secantik itu dihancurkan."

"Orang biasa seperti kita lebih baik bersabar waktu di luar!"

Rossa masih ingin menggores wajahku dengan pisau gunting kuku. Berhubung takut wajahku dihancurkan, aku segera memohon ampun. "Aku salah. Aku akan berikan gaun itu kepadamu. Aku nggak seharusnya rebutan gaun itu sama kamu."

Pembalasan dendam tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa. Hal yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan wajahku.

Namun, Rossa menggores wajahku lagi. "Dasar wanita jalang! Sudah terlambat untuk akui kesalahanmu sekarang! Sebelum aku lampiaskan kebencianku hari ini, aku nggak akan ampuni kamu!"

Aku berteriak kesakitan, lalu menatap Nicholas dan meminta bantuannya. "Nicholas, apa kamu nggak takut sama statusku? Kamu pasti akan nyesal kalau biarkan dia menindasku seperti ini!"

Nicholas menyahut dengan nada meremehkan, "Status macam apa yang kamu miliki? Gara-gara ibumu yang genit itu merayu ayahku, ayahku baru kehilangan akal sehatnya dan setujui pertunangan ini."

Sekilas kebencian terpancar di mata Rossa. "Kalau ibumu itu wanita penggoda, kamu pasti juga seorang wanita penggoda. Hari ini, aku akan telanjangi kamu supaya kamu jera!"

"Jangan!"

Pada saat ini, ponsel di tasku tiba-tiba berdering. Aku berusaha keras untuk menjawabnya, tetapi Rossa langsung menyambarnya. Dia menjawab panggilan itu dan suara ibuku langsung terdengar.

"Tiana, gimana? Sudah ketemu gaunnya?"

Aku langsung berteriak meminta tolong, "Ibu, tolong aku! Aku dipukuli orang dan mereka mau telanjangi aku!"

Ibuku langsung panik. "Apa? Siapa dalangnya!"

Rossa menjawab dengan arogan, "Aku, Rossa! Putri yang dibesarkan wanita penggoda sepertimu juga sama jalangnya denganmu. Aku tentu saja harus memberinya pelajaran!"

Ibuku berkata dengan cemas, "Aku nggak peduli kamu itu siapa! Lepaskan putriku sekarang juga! Kalau nggak, rasakan akibatnya begitu aku sampai di sana!"

"Datang saja kalau kamu berani. Aku akan tunggu di sini, lalu telanjangi kamu juga!"

Kemudian, Rossa menutup telepon dan membanting ponselku ke lantai sampai ponselku hancur berkeping-keping.

Rossa menampar wajahku lagi dan mengumpat, "Kamu dan ibumu benar-benar mirip! Waktu ibumu sampai di sini, aku juga akan telanjangi dia!"

Waktu terus berjalan. Baru lima menit berlalu, tetapi rasanya seperti sudah setengah abad.

Akhirnya, sebuah mobil limusin Lincoln yang familier melaju mendekat. Ibuku membuka pintu mobil dan keluar.

"Aku mau tahu siapa yang berani bilang mau telanjangi aku!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 8

    Rossa bersujud hingga menimbulkan suara berdentang di lantai. Tidak lama kemudian, kepalanya pun berdarah.Melihat ini, Nicholas yang angkuh juga akhirnya menundukkan kepalanya ke arahku. "Nona Tiana, aku yang buta hingga berani melukaimu. Aku nggak akan berani melakukannya lagi, juga nggak akan pernah menindas siapa pun lagi. Aku mohon ampunilah aku kali ini ...."Setelah menyesap kopiku, aku meletakkan cangkir itu dan menatap sekelompok orang itu sambil berkata perlahan, "Kalian ngomongnya seolah-olah aku ini seorang pembunuh. Kita hidup di masyarakat yang menjunjung tinggi hukum. Mana mungkin aku melakukan hal yang melanggar hukum?"William bertanya dengan ragu, "Nona Tiana, apa itu berarti kamu sudah maafkan bajingan ini?"Aku tersenyum dan menjawab, "Tentu saja. Meski mereka menyakitiku, aku sudah membalasnya. Balas dendam adalah siklus yang nggak akan pernah berakhir. Biarkanlah masalah ini berlalu."Kedua orang itu langsung bersujud kepadaku dan berterima kasih atas pengampunank

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 7

    Nicholas menunjukku dan melanjutkan, "Dia pelakunya! Dia kurung aku di ruang penyiksaan sehingga aku nggak bisa tidur setiap hari. Dia juga memberiku makanan basi."Aku menatap Nicholas sambil tersenyum. "Tapi meski itu makanan basi, bukannya Pak Nicholas juga memakannya dengan lahap setiap harinya?"Potensi manusia sungguh tak terbatas. Setiap hari, aku menyuruh orang untuk mengantarkan seporsi makanan basi dan dingin untuk mereka.Awalnya, Nicholas masih bersikeras mengatakan bahwa dirinya adalah presdir Grup Kurniadi dan tidak akan makan makanan itu meskipun harus mati kelaparan. Namun, setelah kelaparan selama tiga hari, hal lainnya terasa tidak berarti lagi dibandingkan dengan kelangsungan hidup. Mereka berdua pun berebutan melahap semangkuk nasi basi hingga tak bersisa sedikit pun.Nicholas memelototiku dengan ekspresi bengis. "Dasar wanita jahat! Sekarang, ayahku sudah datang untuk selamatkan aku. Ajalmu akan segera ti ...."Terkadang, keadilan Tuhan sungguh membuatku tidak habi

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 6

    Aku bergegas maju, lalu menendang dan menginjak punggung Nicholas."Ibu, nggak usah marah demi orang bodoh sepertinya. Serahkan saja dia padaku. Aku punya cara untuk hukum mereka."Seusai berbicara, aku memerintahkan para pengawal untuk membawa Nicholas dan Rossa pergi. Kemudian, aku mencondongkan tubuh ke arah ibuku dan berkata dengan manja, "Ibu, wajahku sakit banget. Ibu temani aku pergi berobat, ya?"Ucapan itu akhirnya berhasil membuat ibuku kembali bersikap rasional. Dia dengan lembut menyentuh luka di pipiku dan menemaniku ke rumah sakit untuk diobati.Para dokter kulit dan ahli bedah plastik terbaik di kota berkumpul di ruang pemeriksaan. Setelah melakukan disinfeksi pada luka di wajahku, mereka membahas rencana perawatan untuk memastikan pemulihan tanpa bekas luka.Setelah menetapkan rencana perawatan, semua orang pun bubar. Kemudian, hanya tersisa aku dan ibuku di kamar rawat inap. Aku menyandarkan kepalaku di bahu ibuku dan menghiburnya dengan lembut, "Ibu, jangan masukkan

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 5

    Aku bukan orang yang begitu murah hati. Setelah apa yang Rossa lakukan padaku hari ini, aku tentu saja tidak akan mengampuninya. Tatapanku yang tajam tertuju padanya. Aku terlebih dahulu menamparnya berulang kali untuk melampiaskan amarahku. Kemudian, aku mengambil pemotong kuku yang baru saja dia gunakan untuk menggores wajahku dan mendekatkan bagian pisau itu ke wajahnya secara perlahan.Rossa gemetar ketakutan dan berkata, "Ka ... kalau kamu berani sentuh wajahku, aku akan habisi kamu!"Aku langsung menggores wajahnya tanpa ragu.Rossa menjerit kesakitan dan sebuah goresan penuh darah segera muncul di pipinya.Aku menggoresnya lagi dan mengulanginya untuk beberapa kali. Tak lama kemudian, wajahnya sudah hancur dan nyaris tidak dapat dikenali lagi.Berhubung ditahan oleh pengawal, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain meratap dengan pilu dan pasrah. "Ah ... wajahku .... Wajahku sudah hancur ...."Orang memang baru bisa merasakan rasa sakit ketika hal itu terjadi padanya. Saat mengha

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 4

    Begitu melihat ibuku, rasa sedih langsung melandaku. Aku pun berseru sambil terisak, "Ibu."Ibuku segera berlari menghampiriku dan memelukku dengan sakit hati. Aku bersandar di pelukannya dan akhirnya merasa aman.Orang-orang yang berkerumun pun berseru kaget ketika melihat mobil ibuku."Lihat, Lincoln yang dikendarainya itu edisi terbatas. Yang bisa punya mobil ini pasti berstatus tinggi. Kali ini, Rossa sepertinya sudah ketemu sama orang yang sulit dihadapi!""Apanya yang sulit dihadapi? Sekalipun latar belakangnya mengesankan, apa mungkin dia lebih hebat dari Keluarga Kurniadi?"Rossa juga merasa begitu. Dia dengan nekatnya berjalan ke hadapan ibuku dan berlagak hebat."Jadi kamu wanita penggoda itu? Putrimu begitu nggak tahu diri dan berani merebut gaun yang kusuka, bahkan memukulku. Katakan saja kamu mau gimana selesaikan masalah ini!"Ibuku menatapnya. "Gimana kamu mau selesaikan masalah ini?" Rossa yang tidak menyadari tatapan maut ibuku langsung mengajukan tuntutannya tanpa su

  • Perebutan Gaun Pertunangan yang Berakhir Tragis   Bab 3

    Ibuku mengatakan bahwa ayahnya Nicholas telah berusaha keras untuk mengamankan pernikahanku dengan Nicholas. Jika dia tahu putranya yang menghancurkan pernikahan itu, Nicholas pasti akan mendapat masalah besar.Memikirkan hal ini, aku pun merasa sedikit lebih baik, juga malas berdebat dengan orang-orang bodoh ini lagi. Kemudian, aku berbalik dan hendak pergi.Namun, Rossa masih tidak mau menyerah. Dengan adanya orang yang membelanya, dia lagi-lagi merentangkan tangannya untuk menghalangi jalanku."Wanita jalang, jangan coba-coba kabur! Kamu sudah rebut gaunku dan pukul aku. Aku belum balas dendam padamu!"Aku menatapnya dengan penuh penghinaan. "Gimana kamu mau balas dendam?" Rossa mengira aku takut padanya. Dia pun mengangkat tangannya dan hendak menamparku. "Tentu saja dengan pukul kamu sampai aku puas."Aku meraih pergelangan tangannya dengan satu tangan dan menampar wajahnya dengan tanganku yang lain. Dia menatapku dengan tidak percaya dan meraung, "Dasar jalang! Beraninya kamu t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status