Home / Rumah Tangga / Perempuan Rahasia Suamiku / 1. Story WA adik ipar membongkar rahasia

Share

Perempuan Rahasia Suamiku
Perempuan Rahasia Suamiku
Author: TrianaR

1. Story WA adik ipar membongkar rahasia

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2022-09-02 09:58:50

Part 1

[Akhirnya sekian lama terpisah, kini dipersatukan kembali. Semoga langgeng ya Mbak, Mas, lancar untuk kalian. Happy Engagement]

Aku terkesiap kaget melihat status WA Farah, adik iparku. Status yang disertai foto seorang wanita cantik tengah berhadapan dengan seorang pria. Wanita itu tersenyum menghadap kamera, sedangkan sang lelaki hanya terlihat bagian punggung saja. Perawakannya sangat kukenali, seperti suamiku, walaupun aku tak melihat wajahnya langsung, tapi aku sangat mengenali lelaki yang membersamaiku tujuh tahun ini.

Seketika dadaku bergemuruh hebat, entah ini hanya prasangkaku saja atau memang benar ada rahasia dengan mereka semua.

Namun, saat aku ingin membalas status Farah lagi. Postingan itu sudah terhapus, mungkin sengaja dihapus karena aku telah melihatnya.

Ya Allah, ada apa ini? Kenapa hal ini makin membuat kecurigaanku semakin menjadi?

Aku menghela nafas panjang, lalu mencoba menghubungi suamiku untuk memastikan semua ini. Ya, saat ini Mas Damar memang tengah pulang ke kampung halamannya. Ibu mertua tengah sakit katanya, dia meminta izin padaku untuk tiga hari ke depan. Aku tak diperbolehkan ikut, pasalnya aku baru saja melahirkan anak kedua kami tiga minggu yang lalu. Bayi kami masih rawan bila dibawa pergi perjalanan jauh. Keluarga mertuaku tak bisa datang kesini saat aku melahirkan, itu semua karena kebetulan ibu mertua tengah sakit. Aku mengurus bayiku sendirian, bersama anak sulungku yang berusia enam tahun. Sementara aku tak punya keluarga, sejak kecil ayah dan ibu sudah tiada. Harus mandiri, itulah prinsipku hingga tak ingin merepotkan keluarga suami ataupun yang lainnya.

Aku menghubungi Mas Damar, tapi panggilanku tak diangkat olehnya, membuat pikiranku makin kacau. Untuk memastikannya segera kukirim pesan pada Farah.

[Farah, kok statusnya dihapus? Tadi foto pertunangan siapa ya? Kok lakinya kayak gak asing gitu, kayak Mas Damar]

Terkirim dan langsung terbaca oleh Farah pesan WA-ku ini.

Dia terlihat sedang mengetik sebuah balasan. Cukup lama aku menunggu, hingga balasan itu terkirim padaku.

[Oh, itu pertunangan tetangga di sini, Mbak. Dulunya mereka hampir saja menikah, tapi karena suatu hal mereka berpisah. Setelah sekian tahun mereka kembali dan nyambung lagi. Tenang saja Mbak, bukan Mas Damar kok. Mas Damar sedang di kamarnya ibu]

Seolah tahu isi pikiranku, Farah mengirim balasan yang membuat perasaanku sedikit lega. Syukurlah bukan Mas Damar.

[Gimana keadaan ibu, apa sudah membaik?] Balasku lagi.

[Iya, Mbak] balas Farah singkat. Dan tak ada embel-embel yang lainnya. Dan percakapan kami sudah sampai disitu saja, cukup menyisakan banyak tanya.

Aku terperanjat kaget saat mendengar tangisan si kecil. Mungkin karena efek usai melahirkan, perasaanku jadi lebih sensitif dan kacau begini. Kembali mengusap wajah dan beristighfar agar dada ini tak terlalu sesak untuk bernafas.

Usai berhasil menidurkan bayiku, kembali aku melihat ponsel. Hening, tak ada apapun dari Mas Damar.

Aku kembali cek status WA yang lainnya. Tak ada apapun kecuali story WA adik ipar yang membuatku kembali terhenyak. Dia memposting foto keluarga, yang pria memakai kemeja batik, sedangkan yang wanita memakai kebaya brokat. Ada Mas Damar dan ibu mertua yang tengah duduk dengan senyuman yang lebar. Bahkan disana terlihat dengan jelas kalau ibu mertua baik-baik saja, dengan wajah full make-up. Tidak terlihat sakit seperti yang Mas Damar tuturkan kemarin.

Deg! Kembali dadaku bergemuruh kencang, melihat kemeja batik yang dikenakan Mas Damar seperti lelaki berfoto membelakangi kamera di status Farah tadi. Segala pemikiran buruk mulai menghantui lagi. Ada apa ini?

Mendadak aku takut, takut kalau suamiku mengkhianati. Dan dia merahasiakannya padaku. Ya Allah, kenapa perasaan gelisah ini tak kunjung hilang?

Rasa penasaran yang tinggi membuatku kembali menghubungi suamiku. Hampir setengah jam lamanya panggilan terus kulakukan tanpa henti, tapi tak ada respon dari si empunya nomor. Sungguh, aku takut. Takut semua pemikiran burukku itu terjadi. Entah apa yang harus kulakukan kalau ternyata semua itu benar. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang hanya mengandalkan suami.

Sekian lama menunggu, akhirnya panggilan itu terhubung. Mas Damar mengangkatnya.

"Halo Dek, ada apa?" Suara dari seberang telepon terdengar berat dan tergesa.

"Mas, kenapa kamu gak angkat telponku? Apa di sana kamu sibuk?"

"Iya sayang, maaf ya. Aku gak sempat hubungi kamu. Lagi sibuk banget ini."

"Mas, ayo sini keluarga udah pada kumpul!" teriak suara seorang perempuan di telepon itu, sepertinya ia tengah memanggil Mas Damar. Walau jauh, tapi suara itu masih kudengar jelas.

"Dek, udah dulu ya, Mas dah ditunggu. Nanti kuhubungi kalau dah gak sibuk."

"Mas, memangnya di rumah ada acara apaan sih?"

Ia tak menanggapi pertanyaanku dan justru langsung menutup panggilan teleponnya. Dalam hati, aku kembali bertanya-tanya. Tak biasanya Mas Damar bersikap acuh padaku seperti ini. Dia selalu perhatian padaku dan anak-anak. Tapi ...

"Bun, Bunda, kok melamun sih!"

Aku terkesiap kaget saat putra sulungku datang menghampiri. Lalu tersenyum manis saat ia melendot di tanganku.

"Bunda, ayah kok gak pulang-pulang? Kapan ayah pulang, Bun?"

"Besok juga ayah pulang, Nak."

"Ayah gak nikah lagi kan, Bunda?"

"Nikah lagi maksudnya gimana, Nak? Kenapa tanya seperti itu?"

"Tadi aku ketemu ibunya Faiz, masa katanya ayah mau nikah lagi. Nikah lagi itu maksudnya apa ya, Bun? Apa aku mau punya mama baru?"

Deg! Pertanyaan polos putraku seakan membuat detak jantung ini berhenti. Pasalnya ayahanda Faiz adalah teman sekantor Mas Damar. Mereka sahabat sejak SMA, seringnya pulang pergi ke kantor pun bersama. Bukan tak mungkin Mas Damar bercerita sesuatu dengan ayah Faiz dan dia menceritakan pada istrinya.

"Ibunya Faiz paling cuma bercanda saja, Sayang. Ayah gak mungkin nikah lagi. Kan udah ada Bunda, Kak Raffa dan dedek bayi. Ayah juga sangat sayang pada kita."

Raffa mengangguk dan tersenyum. "Bunda, aku mau main lagi."

"Gak boleh jauh-jauh ya, Sayang. Depan rumah aja ya."

"Baik, Bun."

Aku mengusap puncak kepalanya. Berlalu menghampiri bayi kecil mungil yang masih tertidur pulas.

Sejak melihat story WA adik iparku itu, aku benar-benar cemas dan mengganggu pikiran. Aku takut, lelaki yang selama ini menjadi pengayom hidup itu berpaling.

[Maaf, tadi siang aku sibuk, Sayang. Apa kamu sudah tidur?] Pesan dari Mas Damar, pukul 21.00 WIB.

Aku menghela nafas dalam lalu melihat dua malaikat kecilku yang sudah tertidur. Saat ini aku memang tengah menghibur diri dengan menonton film agar pikiran buruk tentang Mas Damar menghilang.

[Aku belum tidur, Mas. Tadi disana ada acara apa? Sampai kamu sibuk begitu?]

Bukannya menjawab ponselku, dia malah menghubungiku via video call.

Wajahnya tampak sumringah dibalik layar handphone saat aku menerima panggilannya. Tampak senyuman terukir di wajahnya.

"Kenapa wajahmu cemberut begitu, Wulan? Maaf ya tadi siang bukannya mau cuekin kamu, tapi aku benar-benar sibuk. Tadi habis bantuin tetangga lamaran."

Aku masih diam, memperhatikan wajah yang tampan itu. Apakah ada kebohongan di sana?

"Sayang jangan ngambek gitu ih, Dah kangen ya sama aku? Besok aku pulang, okey? Kamu mau dibawain apa?"

"Iya maaf, Mas. Mungkin aku yang terlalu lelah."

"Istirahat sayang kalau lelah. Kamu mau minta oleh-oleh apa?"

"Tidak usah, Mas. Pulang saja sampai sini dengan selamat."

Tetiba aku melihat bayangan seorang perempuan melintas di belakang Mas Damar. Perempuan dengan rambut tergerai sepunggung, memakai dress merah tanpa lengan. Wajahnya tak terlalu jelas karena aku melihatnya dari samping. Mas Damar sedang bersama siapa? Aku sangat yakin kalau itu bukan Farah, karena meskipun perempuan tapi dia sangatlah tomboy.

"Mas, siapa perempuan yang ada di belakangmu? Kamu sedang ada dimana, Mas?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Mampir baca cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perempuan Rahasia Suamiku   73. Satu nama tetap di hati (END)

    Aku menatap layar ponsel di aplikasi marketplace. Bersyukur tiada terkira melihat banyak sekali pesanan masuk hingga ribuan paket. Ya, sangat banyak, aku sampai kewalahan, padahal waktu itu hanya mengikuti promo diskon yang diselenggarakan aplikasi merketplace online tersebut. Tiada mengira akan sebanyak ini, bahkan sampai kehabisan stock dan harus ambil ke supplier itupun berkat bantuan Mas Ranu yang mengambil ke gudangnya langsung.Tetiba sebuah tangan meraih ponselku. Aku mendongak, melihat Mas Ranu tersenyum. Mengecup keningku dengan lembut.“Pesanan sebanyak ini, sudah waktunya kamu menambah karyawan lagi, Sayang. Biar kamu gak kecapekan gini.”Aku memandangnya sambil senyum, meregangkan tubuh sejenak karena sejak ba’da isya tadi berkutat dengan membungkus paket yang tiada habisnya. Bahkan Raffa dan Amanda, Mas Ranu lah yang menidurkannya. Biar pun dia hanya ayah sambungnya, tapi ia begitu baik dan menyayangi anak-anakku dengan tulus.“Coba lihat sudah jam berapa sekarang,” ujar

  • Perempuan Rahasia Suamiku   72. Perpisahan

    Pagi buta seusai salat subuh, aku segera pulang. Pintu dibuka setelah kuketuk berkali-kali. Rupanya Melinda yang membukakan pintu. "Oh ternyata kau sudah bangun, Mel," sapaku. Wanita itu tersenyum. "Ya, Mas."Dia tampak kaku saat memandang ke arahku. Gegas aku ke kamar mandi dan bebersih diri. Tiap pagi aku harus cari tambahan uang, jadi tukang ojek dadakan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga, meski dapat satu sampai tiga penumpang sudah alhamdulillah, bisa buat beli bensin dan kuota data.Keluar dari kamar mandi kulihat ada ibu dan Melinda yang ada di dapur. Sepertinya hendak memasak."Damar, sebelum berangkat, kau sarapan dulu. Ini sama mie telor.""Iya, Bu."Ibu menghidangkan semangkuk mie plus telor di meja. Segera kusantap dengan lahap. Sedangkan Farah, belum bangun, pintu kamarnya masih tertutup rapat."Kamu kerja lagi, Mas?" tanyanya saat aku memakai jaket hitam dan hijau itu."Ya, seperti yang kau lihat. Paling sampai jam 9 pagi. Lumayan buat tambahan. Pagi-pagi b

  • Perempuan Rahasia Suamiku   71. Derita Melinda

    Part 70“Melindaaa ...! Tunggu, Mel!” teriakku.Aku berlari mengejarnya dan berhasil menarik tangan wanita yang berambut acak-acakan itu. Tetiba ia menangis sesenggukkan. Aku tak mampu mendengar ia bicara apa. Melihatnya seperti ini hatiku teriris begitu perih. Benarkah ini Melinda yang dulu begitu cantik dan selalu ingin tampil sempurna? Kenapa kondisinya jadi makin memprihatinkan seperti ini?“Mel, kenapa kamu jadi seperti ini?”Mendadak tubuhnya merosot ke tanah, bahunya berguncang. Ia menangis begitu pilu tapi tak mau menjawab pertanyaanku.“Mel, tinggal dimana kamu sekarang?”Dia menggeleng lagi. Dan hanya menangis. Aku menatapnya nanar. Baju yang begitu kumal, tanpa mengenakan alas kaki. Rambut yang berantakan karena jarang disisir lalu, kulit yang dulu putih mulus sudah berganti coklat dan penuh kotoran, pun aroma tubuh yang tidak sedap. Dia tak berani menatapku, mungkin karena malu. Aku menoleh ke kanan dan kiri, kendaraan bermmotor hanya sesekali lewat. Banyak sekali perta

  • Perempuan Rahasia Suamiku   70. Roda berputar

    Saat ini, aku hanya seorang pengangguran, uang kompensasi yang kuterima sebagian kuberikan pada ibu, dan sebagian lagi untuk peganganku, untuk bensin dan makan di luar serta kebutuhan mendadak yang lain. Alhamdulillah, setidaknya aku merasa lega saat Farah perlahan membaik. Ia tak lagi menjerit atau berteriak histeris seperti di kampung. Ia pun mulai mau diajak mengobrol.Surat lamaran pekerjaan sudah kulayangkan ke beberapa perusahaan, tapi belum ada kejelasan. Jadi aku melamar ke tempat pekerjaan lain. “Bu, hari ini aku mau lamar kerja.”“Melamar kerja dimana?”“Di Mall Bu, kata orang sedang butuh cleaning service.”“Kamu gak apa-apa kerja begituan?”“Iya, Bu. Aku tidak apa-apa. Akan kubuang gengsi ini jauh-jauh. Dari pada nganggur, yang penting dapat penghasilan untuk memenuhi hidup kita.”“Terima kasih ya, Nak. Kamu sudah berubah sekarang, semoga Allah meridhoimu.”“Aamiin, Bu. Keadaan yang membentuk kita jadi seperti ini ya, Bu.”Ibu mengangguk seraya tersenyum simpul. Kita dide

  • Perempuan Rahasia Suamiku   69. Karma tak semanis kurma

    Sudah lebih dari satu minggu aku di rumah. Panggilan kantor tak kugubris lagi. Ini dikarenakan Farah yang sering kumat, berteriak histeris bahkan tak segan menyakiti dirinya sendiri. Ibu sudah kewalahan, selalu menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Apalagi akhir-akhir ini Syifana pun sering sakit-sakitan, panas dan tak berhenti menangis. Mungkin dia pun merasa terganggu dengan teriakan Farah.“Farah! Jangan seperti ini, Dek! Jangan sakiti dirimu seperti ini, Dek!” pekikku seraya mengambil cutter di tangannya. Lalu kupeluk tubuhnya yang terguncang. Kubiarkan dia memukul-mukul tubuhku. Rasanya benar-benar perih. Sangat perih melihat adikku hancur. Aku benar-benar tak tega. Wajah cantiknya sudah tak karuan. Mata merah yang sembab, bahkan rambutnya yang berantakan sungguh membuatnya sangat miris. Sudah hilang keceriaan dan semangatnya untuk hidup gara-gara lelaki biadab. Andai kutahu siapa pria yang begitu tega membuat adikku sampai seperti ini, pasti sudah kuhabisi dia.“Dek, ini adalah

  • Perempuan Rahasia Suamiku   68. Bertemu Damar

    Tetiba sebuah sentuhan lembut di pundak membuyarkan pikiranku. "Ada apa, Sayang? Kamu kenapa? Kok di sini?" tanya suara seorang laki-laki yang kini mengisi hari-hari sepiku.Aku menoleh dan menatapnya yang tengah keheranan."Mas, tadi aku lihat Melinda.""Melinda istri mantan suamimu itu? Dimana? Apa dia menyakitimu lagi?""Ah tidak-tidak. Tapi aku sungguh tak percaya dengan keadaannya sekarang.""Maksudmu?""Dia kok kayak jadi gembel ya, Mas," jawabku heran."Gembel?""Iya, tadi dia ngorek-ngorek tong sampah, Mas, sepertinya cari makanan. Jadi aku beri saja kotak nasi. Eh setelah kulihat termyata dia Melinda, dia langsung lari."Mas Ranu masih diam memperhatikanku bicara. "Penampilannya juga lusuh, kumal banget, Mas. Kasihan kalau memang benar itu Melinda.""Kenapa kasihan?""Bukannya dia masih punya bayi.""Sayang, apa kau tidak ingat dulu pernah disakiti olehnya?" pertanyaan Mas Ranu seketika membungkam mulutku."Mungkin itu bentuk teguran dari Allah agar dia sadar dan bisa berta

  • Perempuan Rahasia Suamiku   67. Pelakor kena karma

    "Ada apa, Mas?""Ada yang mengacau di toko," sahutnya. "Mereka sepertinya komplotan, security dibuat babak belur, kaca toko dihancurkan, mungkin mereka juga mengambil isinya serta uang yang masih ada di brankas kasir."Dia menghela nafas dalam-dalam. "Rampok?"Mas Ranu mengangguk. "Tapi kau tenang saja ya, nanti akan kubereskan. Aku harus berangkat sekarang, mau cek ke lokasi dulu.""Mas mau langsung pergi?""Iya."Wajah lelaki itu tampak begitu tegang. Ia meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja serta jaket agar tubuhnya sedikit hangat. Aku mengantarnya sampai teras depan. "Sayang ...""Ya, Mas?""Tolong jangan beri tahu ibu m3ngenai hal ini, aku takut beliau drop lagi. Bilang saja aku ada urusan di Butik yang gak bisa ditinggal," ujar Mas Ranu kemudian."Iya, Mas.""Maaf ya.""Tidak apa-apa, Mas, semoga masalahnya cepat selesai ya, Mas.""Terima kasih, Wulan." Aku meraih punggung tangannya lalu menciumnya dengan takdzim. "Mas, hati-hati.""Iya, Sayang. Makasih ya. Kau tena

  • Perempuan Rahasia Suamiku   66. Hadiah istimewa

    “Aku mencintaimu, Wulan. Mari kita raih bahagia bersama,” ujarnya lembut.Aku mengangguk lagi, entah mulai dari mana bunga-bunga cinta ini hadir dalam hatiku. Saat bersamanya terasa begitu damai juga nyaman.Ting ting ting, denting suara notifikasi pesan WA membuyarkan kami. Aku menatap ponselku yang menyala dan berkedip-kedip sebagai tanda banyak pesan yang masuk.“Handphonemu bunyi, Wulan, coba dilihat dulu, mungkin ada yang penting,” ujar Mas Ranu. “Iya, Mas. Emmh aku sekalian mau ganti baju dulu,” jawabku kikuk. Mas Ranu mengangguk sambil tersenyum melihat salah tingkahku. Dia duduk di bibir ranjang sembari terus memperhatikanku.Aku membuka pesan yang dikirim oleh Naima. [Wulan, jangan lupa kado dariku dibuka dulu. Kadonya sudah kutaruh di dekat lampu tidur][Kau harus tampil cantik dan mempesona di hadapan suamimu][Semangat ya Wulan, semoga malam pertamamu dilalui dengan indah][Aku yakin, Mas Ranu takkan mungkin mengecewakanmu. Dia kalau sudah jatuh cinta, pasti bakalan cin

  • Perempuan Rahasia Suamiku   65. Malam Spesial

    Satu hari yang begitu istimewa, acara demi acara terlewati dengan baik. Aku tak menyangka, banyak tamu undangan yang pada hadir. Rasanya seperti mimpi, aku menikah lagi bahkan dibuatkan pesta semeriah ini. "Terima kasih ya sudah mau jadi istriku," ujarnya sambil tersenyum. Aku mengangguk. Tak lama Mas Ranu mengecup keningku dengan lembut. "Hari ini kita pulang ke rumah ya, ya menginaplah selama beberapa hari setelah itu terserah kamu mau tinggal dimana," ucapnya lagi."Iya, Mas."Malam harinya, setelah pernikahan selesai, kami langsung dibawa pulang ke rumah Mas Ranu. Selama jalannya acara, anak-anak juga tak menangis, mereka bersama Naima juga ibu."Ranu, Wulan, kalian istirahatlah. Raffa dan Amanda biar Bik Waroh yang mengurusnya," ujar ibu. Di sampingnya sudah berdiri wanita yang berumur 45 tahunan, tersenyum ke arah kami.Aku menghampiri Amanda yang masih digendong oleh Naima. Dia tengah tertidur pulas. Kuciumi sebentar gadis mungilku ini. Sementara Raffa tengah duduk di sofa,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status