Share

Kekesalan Guruh

Penulis: Zulya Na
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-13 00:12:02

Sementara itu, Bunga menuju mushola kampus yang terletak paling ujung gedung kuliahnya nanti. Terletak di bawah pohon mangga yang rindang, memberi kesan seram di waktu malam.

Bunga lalu mengambil wudhu dan membasuh sebagian tubuhnya yang gerah lalu menghabiskan malamnya dengan bermunajat kepada Rabb-Nya.

Tangisnya pecah, mengadu dan bercerita panjang keluh kesahnya kepada Sang Maha Cinta. Terbayang di matanya bagaimana selama dua Minggu belakang ini, ia digodok dengan cara-cara yang tidak masuk akal. Sangat jauh dari bayangan Bunga saat baru menginjakkan kakinya di Akademi Keperawatan Depkes tersebut.

Entah Bunga yang terlalu naif atau memang para seniornya yang begitu usil mengerjai anak baru sepertinya, yang pasti banyak hal yang menurut Bunga tidak seharusnya diberlakukan bagi mahasiswa kesehatan seperti mereka. Masa ospek di kampus seperti ajang balas dendam dan mengerjai para yunior yang tidak pernah membantah walau bertentangan dengan hati mereka.

Seperti satu kejadian yang tidak pernah Bunga lupakan saat ia dan beberapa temannya menjalani sesi terakhir dari semua rangkaian acara ospek.

"Kalian ada berapa orang?" tanya salah seorang senior bermata sipit dan berkulit coklat itu. Tubuhnya gempal dan nampak seram dengan bekas  cambang yang memenuhi beberapa sisi wajahnya yang bulat, mungkin sudah dua hari ia tidak bercukur sehingga kumis dan cambang itu mulai tumbuh dan terlihat kasar, memberi kesan seram pada dirinya.

"Tujuh orang, Kak. Dua laki-laki dan lima perempuan." jawab Bunga dan anggota kelompoknya hampir serentak.

Guruh refleks melihat ke arah Bunga, satu-satunya gadis berkerudung di kelompok itu. Dalam hati ia bergumam 'Ini pasti gadis yang suka jadi perbincangan di angkatannya'

"Kamu siapa? Kamu ketua regunya?" tanya Guruh pura-pura belum tahu siapa Bunga.

"Saya Bunga, Kak. Ketua regunya Genta bukan saya." jawab Bunga sambil menunjuk Genta yang berdiri tidak jauh darinya.

"Baik. Saya punya satu permen buat kalian semua. Karena permennya hanya satu dan kalian ada tujuh orang maka permen ini harus dibagi rata dengan adil. Semua harus kebagian dengan bagian yang sama. Tapi ingat! Permennya tidak boleh dipotong-potong!"

"Lalu bagaimana, Kak?" tanya Genta sambil mengambil satu buah permen yang disodorkan Guruh padanya.

"Kalian harus bergantian mengemut permen itu. Kamu, ketua regu duluan dan kamu...yang terakhir." kata Guruh lagi yang refleks disambut reaksi ingin muntah dari Bunga dan teman-teman perempuannya.

"Aku tidak.mau, Kak....!" ujar Bunga sambil menggelengkan kepalanya.

"Berani kamu melawan perintah saya? Ini permainan kebersamaan. Bukan sembarangan saya kasi perintah." seru Guruh sambil memandang Bunga dan kelompoknya bergantian.

"Bukan melawan, Kak tapi itu tidak sehat. Jorok....iiihh....menjijikkan sekali harus saling mencicipi air liur dan...huuek..." Bunga mual tiba-tiba dan itu membuat temannya yang lain semakin jijik pula dengan perintah Guruh.

"Kalian dengar ya. Saat kalian melangkah masuk ke kampus ini, itu artinya kalian sudah lulus tes kesehatan dan dinyatakan bebas dari semua penyakit menular. Makanya kalian bisa ada di sini sekarang. Kenapa masih takut tidak sehat? Bego namanya tuh!" sembur Guruh emosi.

"Aku tetap menolak, Kak, karena tes kesehatan yang kemarin dilakukan kemarin tidak sampai cek up secara keseluruhan bahkan kami tidak di cek darah sama sekali. Jadi kami tidak pernah tahu siapa yang benar-benar sehat dan siapa yang sakit. Apa kakak bisa jamin semua bebas dari penyakit TBC dan Hepatitis? Bisa Kak?" tegas Bunga, membuat Guruh sejenak terdiam mencoba mencari jawaban dari semua yang dikatakan Bunga.

"Kalau begitu, kamu keluar dari kelompok!" katanya kasar sambil memandang Bunga dengan tatapan tidak suka.

'Bunga...udah ikut aja...Gak usah melawan lagi...!' bisik Mustika ke telinga Bunga.

"Baik!"

Bunga langsung beringsut mundur dari barisan dan menepi ke pinggir lapangan, sedang teman-teman sekelompok ya mulai gelisah dan saling pandang satu sama lain. Mustika menarik nafas panjang setelah dilihatnya Bunga malah lebih memilih keluar daripada mengikuti sarannya.

Genta mulai berbisik kepada anggota kelompoknya, pro dan kontra terjadi dan akhirnya  mereka semua membubarkan diri dan  bergabung bersama  Bunga di pinggir lapangan diiringi teriakan marah Guruh yang serasa mengguncang seisi lapangan.

"Dasar gadis biang kerok! Selalu saja membuat onar, bikin masalah terus! Bagaimana mau merawat pasien kalian kalau baru disuruh begitu saja sudah jijik." makinya lagi, menoleh pada Bunga yang nampak tenang dan melihat rumput hijau di bawah kaki Guruh.

Akibatnya mereka bertujuh mendapatkan hukuman membersihkan lapangan sampai benar-benar bebas dari sampah sekecil apapun dan Guruh mengawasi mereka layaknya mandor jaman Belanda. Sangar dan bengis.

"Kerja kalian! Pungut semua sampai dengan tangan dan cabut rumput liar sampai bersih. Satu lagi...jangan istirahat walau kelompok lain sudah diperbolehkan istirahat!"

"Wah...itu zolim namanya, Kak," protes Bunga sambil menghentikan aktifitasnya mencabut rumput liar dan menoleh kepada Guruh.

"Kamu mau hukumannya ditambah hah?"

"Udah Bunga. Gak usah melawan lagi," ujar Genta mencoba menengahi.

"Maaf ya, karena aku kalian semua malah dihukum," sesal Bunga lirih. Ia merasa bersalah pada teman-teman nya.

"Tidak apa-apa, Bunga. Sebenarnya kami juga jijik kalau harus melakukan perintah Kak Guruh tadi," ujar Mega sambil menutup mulutnya dengan tangan.kanannya.

Teman yang lain pun mengangguk setuju, ternyata mereka semua mau melawan tadi tapi tidak punya nyali.

"Ya udah permennya buat aku aja," tukas Genta sambil membuka permen yang tadi diserahkan padanya dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Huuuu...maunya kamu tuuh....!!" Koor serempak teman-teman Bunga.

"Hai. Kalau lagi dihukum itu jangan main-main dan jangan bercanda. Serius!!!" hardik Guruh.

Serentak mereka menoleh dan melihat Guruh sudah berkacak.pinggang di belakang mereka. Matanya yang sipit nampak dipaksa buat melebar biar seram tapi alih-alih menakutkan, kelakuannya itu malah membuatnya nampak lucu tapi tidak ada lagi yang berani menertawakannya. Semua diam dan kembali ke aktifitas masing-masing.

"Hei...dengar tidak???" hardik Guruh lagi merasa tidak dipedulikan.

"Apa salahnya sambil bercanda, Kak? Biar kerjanya jadi ringan dan tidak terasa capek," bantah Bunga kalem, diiyakan oleh semua temannya 

"Kamu lagi!! Selalu kamu yang menantang saya!" tunjuk Guruh kesal pada Bunga.

Guruh sudah sering mendengar tentang gadis bernama Bunga ini tapi ia tidak menyangka jika gadis itu benar-benar tidak punya rasa takut. Sebenarnya Bunga sangat cantik dan menarik tapi seperti macan ia belum bisa dijinakkan.

"Bukan menantang, Kak. Hanya memberikan pembelaan atas tuduhan yang Kakak lemparkan pada kami. Hanya bela diri, Kak. Sekalian membebaskan kakak dari perbuatan fitnah," sambung Bunga lagi.

Guruh terdiam, mulai malas meladeni gadis yang tidak pernah mau kalah itu. Beberapa senior yang lain memperhatikannya sambil tersenyum bahkan ada yang terang-terangan tertawa sambil menyorakinya.

"Sudahlah, Guruh. Tidak usah berurusan dengan gadis itu lagi. Masih banyak yunior lain yang lebih manis dan sudah jinak. Hahahaha....!"

"Asem loe!" tukas Guruh sambil menjitak kepala temannya yang diiringi tawa yang lain sedang Bunga pura-pura tidak tahu saja ada yang membicarakannya.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Rencana Bayu

    "Aku perhatikan sejak pulang dari taman tadi kok kamu lebih banyak diam ya, Yu?" tanya Surya pada Bayu yang hanya mengaduk makanannya tanpa gairah buat memindahkan makanan itu ke perutnya. Pikirannya dipenuhi oleh Bunga dan Bunga.Bayu tidak bergeming, ia tetap pada aktifitasnya semula tanpa niat buat memperdulikan Surya, membuat teman sekamarnya itu menjadi makin penasaran dan berniat buat menggodanya."Hei! Ditanya malah makin diam. Kesambet kamu, ya?" ujar Surya usil sambil menepuk pipi Bayu gemas, berharap Bayu mau menceritakan isi hatinya.Sedang Bayu masih mengingat semua isi surat yang ditulis Petrus tadi, membuat Bayu sadar jika Petrus tidak main-main mencintai Bunga, sampai ia rela mengganti keimanannya walau menurut Petrus itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan perasaannya pada Bunga.Bayu menepis tangan Surya pelan lalu kembali mengaduk nasi dan di piringnya hingga jadi sesuatu yang bikin Surya ikut-ikutan tidak selera buat melanjutkan ma

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Penasaran yang Tidak Terjawab

    Ternyata pemuda yang sempat kutemui saat menulis di samudera pulau Baai waktu itu adalah dia,' batin Bunga resah. Mengingat kembali pertemuannya dengan seorang pemuda waktu itu, karena Bunga tidak menanggapi, itu sebabnya bunga tidak pernah tahu siapa nama pemuda itu. Tapi dari mana ia tahu alamat kampusnya?Bunga ingat betul hari itu tidak terlalu menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pemuda yang ingin mengajaknya berkenalan. Selain memang ia tidak tertarik juga karena ia sedang asik meneruskan tulisan cerita pendek yang harus segera ia selesaikan."Muhammad Imam Wijaya," gumam Bunga pada dirinya sendiri. Rasanya bukan itu nama yang disebut oleh pemuda tempo hari, lalu mengapa ia menyebut pelabuhan pulau Baai ini sebagai tempat pertemuan dengannya?Bunga memijit pelipisnya yang berdenyut dan melirik teman-temannya yang masih sibuk menerka siapa pengirim surat misterius itu."Aku kok penasaran sekali sama pengirim surat i

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Surat Misterius

    Setahun berlalu dengan sangat cepat, hubungan Bayu dan Bunga tidak seperti prediksi banyak orang di awal interaksi mereka di awal-awal dulu, semua sudah berubah. Bunga menyibukkan diri dengan kegiatan keagamaan bersama Surya dan ke 4 teman-teman nya. Kini ke 5 gadis cantik yang menduduki prestasi 10 besar di kampus sudah sempurna menutup auratnya, mereka saling mendukung di jalan hijrah yang tidak selamanya indah.Petrus dan Margaret telah menyelesaikan kuliahnya, setelah menjadi mualaf dan mendapatkan tawaran pekerjaan di luar negeri, Petrus benar-benar menghilang dan Margaret memilih mengikuti tes CPNS dan diterima di sebuah rumah sakit besar di Jakarta karena koneksi orang tuanya.Bayu dan Surya juga sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, mereka sudah jarang bertemu karena sudah magang di wahana praktek dengan kelompoknya masing-masing dan kebetulan mereka tidak pernah satu kelompok.Seperti bintang reputasi Bunga dan teman-teman nya

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Tekad Petrus

    Sepulang dari menemui Margaret, Petrus menuju asrama putri, niatnya ingin menemui Bunga, ia lupa kalau hari itu libur dan kemungkinan besar Bunga pulang ke rumah orang tuanya.Sesampai di pintu asrama ia dicegat oleh Mustika dan kedatangan pemuda tampan nan kalem itu membuat seisi asrama jadi heboh. Banyak yang tahu kalau Petrus adalah pacar Margaret."Pagi Tika...!" sapa Petrus pada Mustika yang sudah lebih dulu melihat kedatangannya."Sepertinya penghuni asrama ini tinggal sedikit, Kak, dan tidak ada yang namanya Margaret," kata Bunga sebelum Petrus lanjut bertanya."Kakak mencari Bunga. Apa dia ada?" tanya Petrus lagi.Mustika memperhatikan Petrus dengan tatapan tidak percaya."Kakak serius mencari Bunga bukan Margaret?"Petrus hanya mengangguk, ia memasukkan tangan ke kantung celananya dan memandang Mustika dengan tersenyum. Mustika jadi sedikit salah tingkah dengan gaya kakak kelasnya itu, Petrus termasuk salah satu dari katagori

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Tentang Margaret dan Petrus

    "Betul hanya ngobrol?" tanya Embun."Aku tidak percaya seorang Margaret yang sudah sangat cemburu bisa sekedar mengobrol denganmu, Bunga!" seru Mustika tegas sambil menatap Bunga yang sedang melihat Bayu dan teman pria bermain bola di lapangan depan mereka duduk."Aku juga meragukannya," sahut Pelangi dan Mentari hampir serempak."Ayolah Bunga, bukankah kita ini sahabat, satu kamar, satu kampus pula. Masa tidak percaya pada kami," sambung Mustika lagi, sangat ingin tahu."Margaret hanya memintaku menjauhi Petrus,""Hah? Jadi Petrus yang pernah kau tendang saat ospek waktu itu juga menyukaimu, Nga?" jerit Mentari tertahan sambil melihat sekeliling takut ada yang mendengar kata-kata nya barusan.Bunga tidak menjawab tapi malah asik memperhatikan laju permainan bola di depannya, dimana Bayu dan Surya ikut terlibat di sana."Bunga! Kok malah asik liat Bayu dan Surya sih!" kata Pelangi merajuk."Margaret dan teman-temann

  • Perempuan yang Merengkuh Tabah   Sahabat-sahabat Bunga

    Bunga membeku di tempat mendengar kata-kata Surya barusan. Bumi terasa berhenti berputar dan ia merasa jantungnya berdegup lebih kencang. "Haiissh! Apa-apaan ini? Memalukan sekali!" gumam Bunga pada dirinya sendiri. Tapi tak urung sudut bibirnya membentuk lengkung dan memperlihatkan ceruk yang menambah manis wajahnya. "Cieeee...dapat surat cinta dari Surya. Sampai senyum-senyum begitu," ledek Mustika yang tiba-tiba sudah muncul di samping Bunga bersama Embun, Pelangi juga Mentari. "Eh, kalian bikin kaget saja. Bukan surat cinta tapi puisi yang kutulis kemarin. Terselip di buku catatan yang dipinjam Surya, nih dia kembalikan!" kata Bunga menjelaskan sambil memandang Pelangi. "Ooh, kupikir kamu jadian sama Surya. Kasian tuh Pelangi kalau sampai kamu tikung," kata Mentari lagi menunjuk Pelangi dengan isyarat dagunya. "Apa sih, Tika. Sembarangan aja kalau ngomong!" jawab Pelangi dengan mimik tidak suka. "Halah kamu itu ya, ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status