Happy reading semuanya!
Sudah seminggu ini Eva terbayang dengan lelaki bertubuh tegap yang menjadi dosen di kampusnya, tamparan yang ia lakukan sebagai bentuk hadiah kemarahan untuk dosennya sudah terlaksana. Ini gila, Eva tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana ia hidup sekarang ini.Dan jangka waktu seminggu pula ia tidak menginjakkan kaki ke kampus dengan alasan sedang Minggu tenang, ayolah kampusnya akan membutuhkan Minggu tenang nanti dan dirinya sudah mengambil lebih awal.“Kamu kenapa murung begitu?” tanya sang ibu.“Eungh… itu anu.. kangen soto mang jaja yang ada di kampus. Sekarang Minggu tenang, mana mungkin dia jualan.” Wanita paruh baya bernama Indah itu hanya memasang wajah tidak mengerti.“Kenapa harus soto mang Jaja? Mama buatin khusus ini untuk kamu loh sayang, mama tahu kamu suka soto. Dan sepertinya kamu sedang banyak pikiran makanya mama masakan soto kesukaan kamu,” Eva mengacak rambutnya kasar.Eva hampir gila. Kepalanya tidak kondusif dan terlalu berat.“Aku mau ke kamar mandi dulu,” pamit Eva.“Nanti mama sama Papa mau ke supermarket, kamu mau nitip pembalut apa? Yang pakai daun sirih? Atau cooling? Atau model celana?” perkataan dari ibunya membuat gadis muda itu terdiam seribu bahasa.Benar! Kenapa ia belum datang bulan sampai sekarang menjelang akhir bulan dan Eva sama sekali belum melihat kehadiran itu. Biasanya ini adalah tanggalnya dan tidak pernah ada kata maju atau mundur.Tidak mungkin!Kepalanya menggeleng keras. Tidak mungkin! Mereka hanya melakukan sekali dan itu dalam keadaannya tidak baik-baik saja. Bahkan ia sudah memukul dan meninju keras-keras dosennya karena sudah bringas pada dirinya.“Kok diem?” tanya ibunya sembari menyenggol lengannya kencang.“Eh—enggak mau yang daun sirih pakai sayap,” sahut Eva sembari meninggalkan sang ibu dan kembali ke kamarnya.Gadis cantik itu tampak tidak bisa diam, langkahnya kesana kemari untuk melampiaskan perasaan tidak enak yang sebetulnya tidak jelas. Bisa saja pada akhirnya ia mundur karena stress perkara beberapa waktu lalu, kan?Enggak mungkin dirinya hamil begitu saja. Sekarang yang menjadi masalahnya adalah ia tidak punya suami dan belum menikah sama sekali. Bagaimana jika memang benar kalau ia hamil, bukankah masa depannya hancur berantakan.Langkahnya terhenti dan menatap kearah luar jendela, pikirannya kosong.Haruskah ia melakukan tes kehamilan sekarang?Eva hanya perlu mewanti-wanti kan, jika ia tidak hamil maka masa depannya tetap aman dan ia bisa melanjutkan kembali pendidikannya serta menganggap yang telah dilakuka bersama dengan dosen tampan di kampusnya. Tapi jika ia hamil…Masa depannya langsung seperti terkena bom atom, hancur berantakan. Pupus harapan orang tuanya.“Loh! Kamu mau kemana? Katanya mau belajar saja di rumah?” tanya sang ayah.“Ratu minta tolong dibelikan vitamin Pa, dia sakit katanya.” Darwin hanya memasang wajah bingung melihat sang anak yang berlari panik.Persahabatan mereka sangat susah dipisahkan sepertinya. Dan ia sudah paham itu sebagai orang tua.Sumpah dalam hati ia benar-benar meminta maaf pada sang ayah karena telah membohongi lelaki paruh baya tersebut, padahal sebenarnya ia sudah tidak memiliki hubungan persahabatan apapun dengan teman yang sudah mengkhianatinya. Tetapi sekarang ia tidak punya alasan lain selain berkata bohong seperti hari ini karena dalam keadaan yang mendesak.Hanya tinggal selangkah lagi ia masuk ke dalam toko apotek yang ada di hadapannya. Dadanya berdegup sangat kencang dan tidak mengerti harus berkata apa lagi nantinya pada seorang apoteker. Rasanya amat sangat malu membeli barang yang seperti itu.“Itu anu…mbak…”“Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?” tanya pegawai yang ada di depannya.“Itu anu.. mbak, saya ingin membeli alat tes kehamilan. Tolong beri yang akurat berapapun harganya,” pinta Eva setelah menguatkan diri.Dadanya masih berdegup sangat cepat saat pegawai di depannya menyerahkan 3 tespek kehadapannya. Air matanya rasanya ingin jatuh, ia tidak menyangka jika akan membeli barang yang seperti ini setelah kejadian beberapa waktu lalu.“Eva…”Pandangannya berdalih pada lelaki di sebelahnya, tangannya dengan cepat menyembunyikan barang yang dibelinya saat ini. Apakah apotek sangat sempit sampai dosen yang tidak ingin ia lihat ada di tempat yang sama dengannya.“Kamu… sedang apa disini? Kenapa sudah satu Minggu ini… saya enggak lihat kamu di kampus. Apa terjadi sesuatu?”Mata Eva memerah menahan marah, setelah melakukan pembayaran gadis muda itu berjalan meninggalkan dosennya yang tampak mengekor padanya.“Eva!! Jawab pertanyaan saya!” teriak GeoGadis yang diteriaki tampak menghentikan langkah kakinya menahan marah dan menahan tangis, pandangannya berbalik pada lelaki di depannya setelah menyadari tidak ada orang di sekelilingnya. Rahangnya mengeras dadanya terasa sesak.“Bapak tanya kenapa? Seharusnya Bapak pikir dong! Saya mengalami hari kesusahan karena itu! Apakah menurut Bapak saya akan baik-baik saja setelah apa yang terjadi dengan saya? Saya putus asa Pak! Saya mencoba untuk melupakan semuanya.”Geo terdiam memandang perempuan di depannya, tidak mengerti.“Eva…”Dada Eva naik turun menahan emosi dalam dirinya. Tatapannya menatap marah lelaki yang ada di depannya.“Jadi Bapak gampang banget, bapak bisa dengan mudah melupakan apa yang terjadi dan sedangkan saya? Saya harus menyembunyikan semuanya dan hampir gila sendirian.”Geo tidak terima, apakah gadis itu berpikir dia sendirian memikirkan semua ini. Ia juga memikirkannya dan mencari keberadaan Eva yang menghilang, hari ini saja kebetulan sekali ia bertemu dengannya.“Apa menurut kamu saya gampang? Saya sudah memperingatkan kamu sejak awal! Kamu saja yang enggak mau dengar dan kamu sekarang menyalahkan saya? Kamu pikir saya enggak menderita? Saya melupakan bagaimana? Ini juga pertama untuk saya.”Eva menatap tidak percaya pada lelaki di depannya itu, “Apa Bapak pikir saya akan percaya sama semua ucapan yang sudah Bapak bilang? Enggak mungkin ini yang pertama. Saya bukan orang bodoh,” marah Eva.“Kalau kamu enggak bodoh! Seharusnya kamu enggak ada di tempat neraka itu Eva dan membiarkan semuanya terjadi, kamu yang memulainya lebih awal dan kamu menyalahksn saya. Semua ini karena kamu awalnya! Keegoisan dan kebodohan kamu. Saya sebagai dosen berhak melindungi sebelum kamu dijual oleh mereka!”Gadis perempuan di depannya tampak berteriak.“STOP!! STOP SEMUANYA! SAYA ENGGAK MAU DENGAR!!”Geo juga terlampau emosi sekarang ini.“Bukankah kamu mempunyai orang tua yang sangat memperhatikan kamu? Bagaimana jika mereka tahu kalau…”Air mata Eva tampak mengalir, tubuhnya meluruh di hadapan Geo yang hanya memandang perempuan di depannya tidak mengerti.“Hari ini saya takut… saya sangat takut, apa bapak tahu?”Lelaki dengan wajah tampan itu tampak menyamakan tingginya pada gadis dihadapannya ini. Tangannya memegang bahu perempuan bernama Eva yang masih terus menangis ketakutan.“Apa yang kamu takut kan?” tanya GeoTangan Eva terulur mengeluarkan beberapa bungkus Test pack yang disembunyikannya. Tanpa dijelaskan menggunakan kalimat pun, ia tahu jika barang di depannya adalah alat untuk cek kehamilan.“Saya takut hamil Pak,” tangis Eva.Geo menarik napasnya pelan dan memegang erat bahu pada perempuan di depannya.“Belum tentu! Ayo kita cek sekarang dan lihat apa yang terjadi nantinya, saya akan selalu di belakang kamu.”Kali ini yang bisa Eva lakukan hanya pasrah, ia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Pikirannya terlalu buntu.Geo memperhatikan perempuan di sebelahnya tampak tidak mengatakan sepatah kata apapun, tatapan matanya terlihat kosong. Tidak sia-sia ia mencari tahu rumah dari Eva. Jujur dadanya berdegup sangat cepat memikirkan apa yang terjadi nantinya.“Kamu masuk saja ke apartemen saya, saya akan membeli minuman terlebih dahulu.”Eva hanya mengangguk setelah menerima kunci apartemen dari Geo. Langkahnya begitu cepat memasuki kawasan apartemen yang didatanginya saat ini, ia harus tahu apakah kekhawatiran benar terjadi atau tidak.Setelah memperhatikan Eva masuk kedalam kawasan rumahnya yang dilakukan Geo adalah memikirkan kemungkinan yang terjadi. Ia tidak ingin melakukan playing victim pada Eva karena semuanya bermula dari perempuan itu sendiri dan dirinya termasuk penyelamat yang menjadi korban.Ini bukan sesuatu hadapan yang baik untuknya.Langkahnya tampak gontai berjalan masuk kedalam apartemennya miliknya setelah ia memesan minuman online kesukaan gadis muda itu, ia mendadak takut jika hasilnya akan berbeda dari hadapannya.Pintu ruangannya terbuka menampilkan wajah penuh air mata dari perempuan yang ada di depannya sekarang ini.“Pak…”“Bagaimana hasilnya? Ekspresi kamu enggak bisa saya baca, jadi bagaimana?” tanya Geo panik.Eva meluruh tangisannya semakin kencang setelah memberikan test pack yang ada di balik punggungnya itu. Udara disekitar Geo tampak menipis, dadanya berdebar sangat cepat.Geo tidak tahu apa maksud dari benda di tangannya saat ini.“Saya positif hamil Pak,”To be continued…Happy Reading semuanya!Pernikahan mereka kembali digelar dan kali ini secara mewah, banyak tamu berdatangan menyambut pernikahan mereka dengan bahagia. Aura bahagia juga terlihat dari Darwin yang pada awalnya tidak menginginkan pernikahan mereka.Sepertinya Darwin sudah belajar dari masalalu yang begitu pelik, anak mereka belum tentu bisa sebahagia ini. Mungkin jika akan terus dipaksakan justru kehidupan anaknya akan semakin buruk, Davin di copot jabatannya dikarenakan tidak memiliki tanggung jawab dan mempermalukan instansi dirinya sendiri. Dan perempuan yang menjadi pemecah belah keluarga kecil anaknya juga datang untuk meminta maaf atas semua terjadi, memang tidak salah jika anaknya menikah dengan Geo.Darwin bersyukur telah diberikan kesempatan untuk membiarkan anaknya bersama dengan orang pilihannya. “Lihat mereka! Apa akan ada Nino jilid ke-2 dalam jangka waktu dekat?” tanya Darwin yang tengah menggendong Nino di dalam dekapannya.“Mungkin,” sahut IndahPerempuan paruh baya te
Happy Reading Semuanya!Semalaman keduanya sibuk menimang Nino yang mendadak rewel, Eva sendiri semaksimal mungkin tetap dalam keadaan sadar dan bersenandung menenangkan anaknya. Geo sendiri juga sibuk mengusap bayi mereka. Sebuah pemandangan yang amat sangat di dambakan.Bibir Eva tersenyum memandang Geo yang terlelap di seberang ranjang tidurnya, mereka sama-sama berada di bawah kasur dan membiarkan anak mereka menguasai semuanya. Ia bahagia melihat Geo ada di depannya beserta Genino, anak mereka.Tangannya menggenggam erat tangannya dan perlahan memejamkan matanya, ia terasa berat untuk tetap sadar di saat anak mereka sudah semakin tenggelam dalam mimpi manisnya. Eva bisa tidur nyenyak setelah semuanya.Perlahan matanya yang terpejam kini tampak terbuka, tangannya meraba tempat tidurnya. Kosong.Kemana perginya anaknya dan Geo?Matanya terbuka memperhatikan sisi tempat tidur yang sudah sepi, tidak ada Geo lagi dan anaknya. Mereka sudah pulang? Secepat itu kah. Eva menahan tangisnya
Happy Reading Semuanya!Ini adalah pertama kalinya Nino keluar rumah selain pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin, hari ini mereka berdua memiliki tujuan untuk melangkahkan kakinya kembali ke rumah militer yang dulu sempat ia datangi untuk melamar Eva dan saksi bagaimana Geo tidak di terima di rumah ini. Rumah neraka dunia bagi Geo.Baru kali ini juga kedatangannya begitu disambut oleh keluarga Eva. Dulu ia hanya bermimpi akan disambut hangat seperti ini oleh ayah mertuanya, tapi sekarang ayah mertuanya bahkan rela menunggu di depan pintu gerbang hanya untuk menunggu kedatangan mereka berdua.Geo yang menggendong Nino dalam dekapannya tampak tersenyum tipis setelah Indah tampak berjalan menjemput merea.“Cucu nenek sama kakek sudah besar sekali, gemas sekali. Sini nenek gendong,” Tangannya memberikan Nino yang kini sudah berada di pelukan ibu mertuanya dulu, sembari memperhatikan ayah mertuanya yang menepuk pundaknya pelan.Lelaki tersebut hanya bisa tersenyum tipis, dadanya b
Happy Reading Semuanya!“Mas! Ayo kita rujuk!”Kalimat apa yang barusan dikatakan oleh Eva saat ini. Telinganya tidak salah dengar, kan? “Apa mas mau rujuk sama aku lagi? Kita mulai semuanya dari awal dan penuh dengan kata cinta. Seperti awal waktu itu, aku sudah jatuh cinta sama Mas dan sekarang bertambah semakin cinta karena kehadiran dari Nino. Mas mau, kan?” tanya Eva sekali lagi.Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, bagaimana bisa Eva mengatakan semudah itu. Perempuan yang pernah ia nikahi benar-benar sukar untuk ia pahami. Tatapan matanya mengarah pada perempuan yang ada di depannya dalam.“Mas…” panggil Eva.Kepala Geo menggeleng untuk menghilangkan pikirannya yang berkecamuk. Kepalanya mendadak pening mendengar perkataan dari Eva barusan.“Kamu kamu dengan mudahnya mengatakan seperti itu? Apa kamu menganggap enteng apa yang mas rasa sebelumnya?” tanya Geo pelan.Eva terdiam memandang lelaki yang dicintainya tersebut. Ia tidak tahu Geo akan seperti ini.
Happy Reading Semuanya!Geo sudah tidak heran lagi dengan kehadiran Eva di dalam rumah mereka, lelaki itu tahu apa yang dilakukan oleh istrinya melalui CCTV kamar Nino. Geo tidak mengerti dengan istrinya, Eva merasa seolah dirinya tidak mengizinkan untuk dia bertemu dengan Nino. Sumpah demi apapun Geo sama sekali tidak melarang perempuan yang dicintainya menemui anaknya, apalagi sampai sembunyi-sembunyi.Langkahnya berjalan menghampiri perempuan paruh baya yang tengah membersihkan rumahnya, sudah hampir satu bulan ini Geo mempekerjakannya. Jujur saja lelaki tersebut, begitu kewalahan menghadapi rumah ini dengan pekerjaan menumpuk serta bayi nya. “Bibi, kemungkinan besar saya ada jadwal mengajar sampai jam 12 nanti, setelah itu saya ada urusan sebentar di kantor sampai jam 1 siang nanti dan paling lambat sampai jam 3 sore. Saya titip Nino,” jelas Geo membuat perempuan paruh baya tersebut tampak mengangguk.“Baik tuan,”Geo menganggangguk dan berjalan mengambil tas kantor miliknya, seb
Happy Reading Semuanya!Rasanya sangat menyakitkan, Bella tidak punya tujuan apapun selain bertemu dengan ibunya yang mungkin bisa memberikan kesempatan untuknya. Bella sangat menyedihkan sekali, dirinya di buang oleh banyak orang termasuk keluarga dari ayah kandungnya sendiri dan ibunya sudah melupakannya karena kelakuannya.Bella tidak punya tempat untuk pulang dan mengadu, ia tidak bisa mempercayai siapapun bahkan Davin yang sudah menghamilinya. Baru kali ini ia melangkah kakinya dengan perut besar kehadapan sang ibu yang sedang menyiram tanaman. Langkah pelannya terlihat berhenti dan bersimpuh pada ibunya, ia tidak mampu menatap ibunya. “Ma…”“Kenapa kamu bersimpuh seperti itu? Kamu kenapa datang dan memanggilku seperti itu. Apa kamu lupa tentang apa yang kamu ucapkan kemarin?” tanya sang ibu tidak memperdulikan kehadiran Bella saat ini.Suara tangisan perlahan terdengar memenuhi telinga. Tangisan Bella sangat menyedihkan.“Jangan menangis di tempat ini, enggak akan ada orang ya
Happy Reading Semuanya!“Mas, ini ASI hari ini.”Sejak Geo mengizinkannya untuk melihat Nino, ini hal yang setiap hari Eva lakukan bahkan di jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Eva sudah berada di depan rumah Geo dengan tampilan terbaik sembari membawa cooler box berisi asi yang sudah di pumping sejak beberapa jam lalu.Geo sendiri yang melihat kehadiran Eva di depan rumahnya terlihat tidak bisa mengatakan apapun, perasaannya campur aduk antara senang, bahagia dan egois karena perkataan Eva yang lampau dalam artian tidak ingin melihat lagi. Lelaki itu senang melihat Eva dalam keadaan terbaiknya tapi perasaan sedih saat Eva mengatakan tidak menginginkannya masih terbesit dalam hatinya.“Mas kenapa melamun? Aku pegal,”Lelaki tersebut mengangguk dan menerima barang dari tangan Eva yang kini tersenyum manis memandangnya.“Kamu enggak perlu mengirimkannya setiap hari, saya masih menyimpan yang sebelumnya Kalau Nino butuh pasti saya akan langsung menghubungi kamu,” sahut Geo membuat Eva ta
Happy Reading Semuanya!“Katakan saja terus terang, Geo sama sekali enggak benci kamu. Dia hanya ingin melindungi Nino jika marah, ayo! Kita lihat Nino sekarang.”Eva hanya mengangguk mendengar perkataan dari sang ibu, dadanya berdebar dan berdegup sangat cepat. Dirinya seperti menjilat ludahnya sendiri, bayangan dimana ia melontarkan kalimat kasar masih terngiang dalam ingatannya. Tapi sekarang demi bertemu anaknya ia harus melakukan ini, rasa rindunya membuncah dalam dadanya.Mobil hitam milik ayahnya membelah jalanan dan seolah sudah mengetahui setiap denah yang mereka lewati, Eva sendiri terasa asing dengan jalanan ini. Apalagi saat mereka memasuki kawasan rumah elite, apakah anaknya hidup dengan layak di daerah tempat tinggal yang seperti ini. Geo benar-benar tidak akan membuat kehidupan anaknya melarat.Dugaan Eva selalu salah.“Nino dan Geo tinggal di kawasan ini, kamu tahu sendiri kan mertua kamu sangat kaya dan konglomerat. Geo memberikan kehidupan yang sangat layak untuk Nin
Happy Reading Semuanya!Tidak ada yang bisa Eva lakukan saat ini selain bekerja dan menghabiskan waktu dengan melamun memikirkan bagaimana kedua orang yang sudah jauh dari dirinya, rumahnya sepi dan hanya ada dirinya seorang diri. Eva tahu kemana perginya kedua orang tuanya belakangan ini dan perempuan cantik tersebut hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata apapun ketika ibunya bercerita tentang anak kecil yang katanya semakin gembul saat ini. Eva menerima segala resiko yang ia ambil sendiri. Sekarang yang bisa ia lakukan ketika tidak bekerja adalah berjalan di sekitar rumahnya seolah tidak terjadi apapun dalam hidupnya, mencoba untuk melupakan segalanya. Eva sudah tidak peduli orang ingin membicarakan apa pada dirinya, bahkan berita tentang ia melahirkan dan hamil di luar nikah sudah tersebar. Mungkin saja. Eva menerima semua itu dan memilih untuk menutup telinga, lagian tidak banyak yang menggunjing juga karena ayahnya memiliki jabatan yang tinggi di lingkungan komplek tempatnya