Share

Bab 5 - Positif Hamil

Happy reading semuanya!

Sudah seminggu ini Eva terbayang dengan lelaki bertubuh tegap yang menjadi dosen di kampusnya, tamparan yang ia lakukan sebagai bentuk hadiah kemarahan untuk dosennya sudah terlaksana. Ini gila, Eva tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana ia hidup sekarang ini.

Dan jangka waktu seminggu pula ia tidak menginjakkan kaki ke kampus dengan alasan sedang Minggu tenang, ayolah kampusnya akan membutuhkan Minggu tenang nanti dan dirinya sudah mengambil lebih awal.

“Kamu kenapa murung begitu?” tanya sang ibu.

“Eungh… itu anu.. kangen soto mang jaja yang ada di kampus. Sekarang Minggu tenang, mana mungkin dia jualan.” Wanita paruh baya bernama Indah itu hanya memasang wajah tidak mengerti.

“Kenapa harus soto mang Jaja? Mama buatin khusus ini untuk kamu loh sayang, mama tahu kamu suka soto. Dan sepertinya kamu sedang banyak pikiran makanya mama masakan soto kesukaan kamu,” Eva mengacak rambutnya kasar.

Eva hampir gila. Kepalanya tidak kondusif dan terlalu berat.

“Aku mau ke kamar mandi dulu,” pamit Eva.

“Nanti mama sama Papa mau ke supermarket, kamu mau nitip pembalut apa? Yang pakai daun sirih? Atau cooling? Atau model celana?” perkataan dari ibunya membuat gadis muda itu terdiam seribu bahasa.

Benar! Kenapa ia belum datang bulan sampai sekarang menjelang akhir bulan dan Eva sama sekali belum melihat kehadiran itu. Biasanya ini adalah tanggalnya dan tidak pernah ada kata maju atau mundur.

Tidak mungkin!

Kepalanya menggeleng keras. Tidak mungkin! Mereka hanya melakukan sekali dan itu dalam keadaannya tidak baik-baik saja. Bahkan ia sudah memukul dan meninju keras-keras dosennya karena sudah bringas pada dirinya.

“Kok diem?” tanya ibunya sembari menyenggol lengannya kencang.

“Eh—enggak mau yang daun sirih pakai sayap,” sahut Eva sembari meninggalkan sang ibu dan kembali ke kamarnya.

Gadis cantik itu tampak tidak bisa diam, langkahnya kesana kemari untuk melampiaskan perasaan tidak enak yang sebetulnya tidak jelas. Bisa saja pada akhirnya ia mundur karena stress perkara beberapa waktu lalu, kan?

Enggak mungkin dirinya hamil begitu saja. Sekarang yang menjadi masalahnya adalah ia tidak punya suami dan belum menikah sama sekali. Bagaimana jika memang benar kalau ia hamil, bukankah masa depannya hancur berantakan.

Langkahnya terhenti dan menatap kearah luar jendela, pikirannya kosong.

Haruskah ia melakukan tes kehamilan sekarang?

Eva hanya perlu mewanti-wanti kan, jika ia tidak hamil maka masa depannya tetap aman dan ia bisa melanjutkan kembali pendidikannya serta menganggap yang telah dilakuka bersama dengan dosen tampan di kampusnya. Tapi jika ia hamil…

Masa depannya langsung seperti terkena bom atom, hancur berantakan. Pupus harapan orang tuanya.

“Loh! Kamu mau kemana? Katanya mau belajar saja di rumah?” tanya sang ayah.

“Ratu minta tolong dibelikan vitamin Pa, dia sakit katanya.” Darwin hanya memasang wajah bingung melihat sang anak yang berlari panik.

Persahabatan mereka sangat susah dipisahkan sepertinya. Dan ia sudah paham itu sebagai orang tua.

Sumpah dalam hati ia benar-benar meminta maaf pada sang ayah karena telah membohongi lelaki paruh baya tersebut, padahal sebenarnya ia sudah tidak memiliki hubungan persahabatan apapun dengan teman yang sudah mengkhianatinya. Tetapi sekarang ia tidak punya alasan lain selain berkata bohong seperti hari ini karena dalam keadaan yang mendesak.

Hanya tinggal selangkah lagi ia masuk ke dalam toko apotek yang ada di hadapannya. Dadanya berdegup sangat kencang dan tidak mengerti harus berkata apa lagi nantinya pada seorang apoteker. Rasanya amat sangat malu membeli barang yang seperti itu.

“Itu anu…mbak…”

“Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?” tanya pegawai yang ada di depannya.

“Itu anu.. mbak, saya ingin membeli alat tes kehamilan. Tolong beri yang akurat berapapun harganya,” pinta Eva setelah menguatkan diri.

Dadanya masih berdegup sangat cepat saat pegawai di depannya menyerahkan 3 tespek kehadapannya. Air matanya rasanya ingin jatuh, ia tidak menyangka jika akan membeli barang yang seperti ini setelah kejadian beberapa waktu lalu.

“Eva…”

Pandangannya berdalih pada lelaki di sebelahnya, tangannya dengan cepat menyembunyikan barang yang dibelinya saat ini. Apakah apotek sangat sempit sampai dosen yang tidak ingin ia lihat ada di tempat yang sama dengannya.

“Kamu… sedang apa disini? Kenapa sudah satu Minggu ini… saya enggak lihat kamu di kampus. Apa terjadi sesuatu?”

Mata Eva memerah menahan marah, setelah melakukan pembayaran gadis muda itu berjalan meninggalkan dosennya yang tampak mengekor padanya.

“Eva!! Jawab pertanyaan saya!” teriak Geo

Gadis yang diteriaki tampak menghentikan langkah kakinya menahan marah dan menahan tangis, pandangannya berbalik pada lelaki di depannya setelah menyadari tidak ada orang di sekelilingnya. Rahangnya mengeras dadanya terasa sesak.

“Bapak tanya kenapa? Seharusnya Bapak pikir dong! Saya mengalami hari kesusahan karena itu! Apakah menurut Bapak saya akan baik-baik saja setelah apa yang terjadi dengan saya? Saya putus asa Pak! Saya mencoba untuk melupakan semuanya.”

Geo terdiam memandang perempuan di depannya, tidak mengerti.

“Eva…”

Dada Eva naik turun menahan emosi dalam dirinya. Tatapannya menatap marah lelaki yang ada di depannya.

“Jadi Bapak gampang banget, bapak bisa dengan mudah melupakan apa yang terjadi dan sedangkan saya? Saya harus menyembunyikan semuanya dan hampir gila sendirian.”

Geo tidak terima, apakah gadis itu berpikir dia sendirian memikirkan semua ini. Ia juga memikirkannya dan mencari keberadaan Eva yang menghilang, hari ini saja kebetulan sekali ia bertemu dengannya.

“Apa menurut kamu saya gampang? Saya sudah memperingatkan kamu sejak awal! Kamu saja yang enggak mau dengar dan kamu sekarang menyalahkan saya? Kamu pikir saya enggak menderita? Saya melupakan bagaimana? Ini juga pertama untuk saya.”

Eva menatap tidak percaya pada lelaki di depannya itu, “Apa Bapak pikir saya akan percaya sama semua ucapan yang sudah Bapak bilang? Enggak mungkin ini yang pertama. Saya bukan orang bodoh,” marah Eva.

“Kalau kamu enggak bodoh! Seharusnya kamu enggak ada di tempat neraka itu Eva dan membiarkan semuanya terjadi, kamu yang memulainya lebih awal dan kamu menyalahksn saya. Semua ini karena kamu awalnya! Keegoisan dan kebodohan kamu. Saya sebagai dosen berhak melindungi sebelum kamu dijual oleh mereka!”

Gadis perempuan di depannya tampak berteriak.

“STOP!! STOP SEMUANYA! SAYA ENGGAK MAU DENGAR!!”

Geo juga terlampau emosi sekarang ini.

“Bukankah kamu mempunyai orang tua yang sangat memperhatikan kamu? Bagaimana jika mereka tahu kalau…”

Air mata Eva tampak mengalir, tubuhnya meluruh di hadapan Geo yang hanya memandang perempuan di depannya tidak mengerti.

“Hari ini saya takut… saya sangat takut, apa bapak tahu?”

Lelaki dengan wajah tampan itu tampak menyamakan tingginya pada gadis dihadapannya ini. Tangannya memegang bahu perempuan bernama Eva yang masih terus menangis ketakutan.

“Apa yang kamu takut kan?” tanya Geo

Tangan Eva terulur mengeluarkan beberapa bungkus Test pack yang disembunyikannya. Tanpa dijelaskan menggunakan kalimat pun, ia tahu jika barang di depannya adalah alat untuk cek kehamilan.

“Saya takut hamil Pak,” tangis Eva.

Geo menarik napasnya pelan dan memegang erat bahu pada perempuan di depannya.

“Belum tentu! Ayo kita cek sekarang dan lihat apa yang terjadi nantinya, saya akan selalu di belakang kamu.”

Kali ini yang bisa Eva lakukan hanya pasrah, ia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Pikirannya terlalu buntu.

Geo memperhatikan perempuan di sebelahnya tampak tidak mengatakan sepatah kata apapun, tatapan matanya terlihat kosong. Tidak sia-sia ia mencari tahu rumah dari Eva. Jujur dadanya berdegup sangat cepat memikirkan apa yang terjadi nantinya.

“Kamu masuk saja ke apartemen saya, saya akan membeli minuman terlebih dahulu.”

Eva hanya mengangguk setelah menerima kunci apartemen dari Geo. Langkahnya begitu cepat memasuki kawasan apartemen yang didatanginya saat ini, ia harus tahu apakah kekhawatiran benar terjadi atau tidak.

Setelah memperhatikan Eva masuk kedalam kawasan rumahnya yang dilakukan Geo adalah memikirkan kemungkinan yang terjadi. Ia tidak ingin melakukan playing victim pada Eva karena semuanya bermula dari perempuan itu sendiri dan dirinya termasuk penyelamat yang menjadi korban.

Ini bukan sesuatu hadapan yang baik untuknya.

Langkahnya tampak gontai berjalan masuk kedalam apartemennya miliknya setelah ia memesan minuman online kesukaan gadis muda itu, ia mendadak takut jika hasilnya akan berbeda dari hadapannya.

Pintu ruangannya terbuka menampilkan wajah penuh air mata dari perempuan yang ada di depannya sekarang ini.

“Pak…”

“Bagaimana hasilnya? Ekspresi kamu enggak bisa saya baca, jadi bagaimana?” tanya Geo panik.

Eva meluruh tangisannya semakin kencang setelah memberikan test pack yang ada di balik punggungnya itu. Udara disekitar Geo tampak menipis, dadanya berdebar sangat cepat.

Geo tidak tahu apa maksud dari benda di tangannya saat ini.

“Saya positif hamil Pak,”

To be continued…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status