Share

Kau Tak Bisa Membantahku

Malam itu, Camelia harus rela tertidur di sofa seraya memeluk tubuhnya. Ia tidak mungkin beranjak dari tempat duduk demi mencari kamar lain. Tetsu sendiri bangun lebih awal dari Camelia. Ia baru saja selesai membakar lemak di ruang gym yang bisa dilalui lewat kamarnya.

Tetsu cukup kaget melihat Camelia tidur di sini dengan posisi seperti semalam. Ia fikir Camelia bisa mengambil insiatif mencari ruang lain yang bisa ia gunakan untuk tidur. Tetsu jadi tersenyum miring.

"Bangunlah," ucapnya dengan suara barito. Camelia mengucek matanya. Sesaat ia kaget melihat Tetsu, namun detik kemudian ia sadar dengan kejadian semalam.

"Satu jam lagi kita akan bersiap pergi. Dan kau, apa tidak ada niatan untuk mandi?" goda Tetsu. Camelia jadi menatap diri. Sesekali mencium aromanya. Apa Tetsu mau bilang kalau dirinya bau badan. Tetapi Camelia tidak merasakan. Camelia mencibik sambil menatap Tetsu jutek.

Lagi-lagi Testu menggeleng. Perbuatan mencium ketiak di depan orang sama sekali tidak sopan. Apa Camelia tidak tahu itu.

"Sudahlah, cepat mandi. Kamar itu bisa kau gunakan. Di dalamnya juga ada gaun yang bisa kau pakai." Tangannya menunjuk kamar di sebelah kamarnya. Camelia bangun, ia gak mau berdebat dengan majikannya itu.

Sampai di sana. Ia terkejut. Matanya menatap kamar yang terlihat begitu mewah. Mungkin bukan hanya kamar ini, tetapi seluruh isinya. Dan karena siang. Ia jadi bisa melihat dengan lebih jelas.

"Dira pasti senang tinggal di sini," gumamnya. Hanya Dira yang terus ia fikirkan.

Camelia menuju kamar mandi. Terdapat bathtube berwarna merah darah di tengah ruangan. Di sampingnya ada beberapa kelopak mawar segar terlihat baru saja disiapkan. Camelia menduga, unit Tetsu sering dibersihkan oleh petugas. Kali ini ia tidak takjud. Bukankah itu normal untuk ukuran pemilik tempat seluas ini. Ia memasukkan beberapa helaian mawar. Juga membubuhkan aromaterapi sebelum menyeburkan dirinya ke dalam sana. Entah, sudah berapa lama ia tidak merasakan kenikmatan ini. Mungkin semenjak dirinya menikah dengan Derdy. Dulu Camelia adalah anak dari pengusaha cukup sukses. Namun, keinginannya menikah dengan Derdy yang membuatnya harus angkat kaki dari rumahnya. Mungkin namanya juga sudah tercoreng dari daftar keluarga. Apalagi terakhir Camelia mendapatkan kabar jika ayahnya sudah meninggal.

Sedih.., mungkin lebih dari itu. Tepatnya perasaan bersalah karena sudah membangkang terus bergumul di dadanya.

"Papa..," Camelia terpejam. Satu bulir air mata berhasil lolos dari kelopaknya. Seandainya beliau masih ada. Ia akan memohon ampun dan menceritakan kelakuan Derdy padanya. Perbuatan menyiakan anak yang dulu paling manja ke ayahnya.

Namun.., saat ini ia telah mengambil jalan hidupnya sendiri. Camelia rasa ia harus kuat meraih kembali sisa kebahagiaan bersama buah hatinya, Dira.

Sewaktu ia terus larut dalam kisah masa lalunya. Tetsu mengetuk pintu. Pria itu jadi tidak sabaran.

Waktu satu jam yang diberikan ke Camelia hampir saja berakhir. Tapi Camelia tidak kunjung keluar. Mungkin karena jarak daun pintu dengan kamar mandi agak jauh. Camelia tidak mendengar ketukan Tetsu.

"Hah, kemana wanita itu!" Ia masuk. Niatnya adalah mengetuk pintu kamar mandi. Tapi ternyata Camelia tidak menutupnya. Ia takut terkunci di dalam. Camelia trauma untuk itu. Dulu Derdy pernah mengunci dirinya di kamar mandi.

Tetsu terdiam di ambang pintu. Menatap Camelia yang masih hanyut dalam buaian aromaterapi. Kepalanya mendongak amat nikmat. Dan pemandangan itu membuat tatapan Tetsu memanas. Sebenarnya apa specialnya Camelia. Bukankah semua wanita sama saja.

Ia bahkan bisa mendapatkan seorang model untuk menemaninya. Tetapi baru saja melihat leher yang di dongakkan. Ia sudah salah tingkah. Sampai Tetsu mengetuk pintu lagi.

"Hah!" Camelia masuk ke dalam air. Hanya sebentar ia keluar lagi. Wajahnya ia raup dengan kasar. Camelia mau memarahi Tetsu yang dinilainya tidak sopan

"Apa yang anda lakukan di sana?" jerit Camelia sembari menutup tubuhnya dengan tangan yang disilangkan. Tetsu menyeritkan alis. Ia gak suka sama sikap Camelia.

"Aku sudah memperingatimu untuk bersiap dalam waktu satu jam," kata Tetsu seraya menggulung tangan di dada.

"Dan sebentar lagi satu jam akan berakhir. Jadi cepat keluar dari sana!" lanjutnya otoriter. Camelia mengerti tapi ia terus menatap Tetsu berharap pria itu berinsiatif untuk keluar. Selang beberapa detik. Tetsu tetap di sana berdiri dengan gagahnya.

"Tuan, saya ingin keluar dari sini. Jadi bisakah anda memberikan saya privasi!"

Ancamannya hanya ditertawakan Tetsu. Privasi, tolong jangan konyol. Yang ada.., ia kembali tertidur di bathtube

"Aku akan memastikan sendiri jika kau sudah bersiap-siap!" tekan Tetsu, yang artinya ia tidak mau mengalah dari Camelia.

Oh, seorang Tetsu tidak mau di setir oleh siapapun. Hanya dirinya yang boleh mengatur.

"Cepat. Atau aku akan menelpon Eugine agar menjual anakmu," Tetsu merogoh kantong. Mendengarnya membuat Camelia meradang.

"Jangan lakukan apapun padanya." Camelia tidak punya pilihan lain. Ia bangun sembari menutup mata.

Ia tidak tahu, apa Tetsu melihatnya keluar dari bathtube. Yang jelas, Camelia masih berusaha menutupi aset berharganya dengan tangan.

Ia berjalan cepat dan mengambil bathrobe tanpa mengeringkan lebih dulu. Rambutnya yang panjang hanya ia ke sampingkan. Camelia mencoba menengok ke daun pintu. Ternyata tak ada pria itu lagi.

"Ahk, syukurlah..," gumamnya. Tak tahu kapan Tetsu pergi. Tapi ia tidak peduli untuk itu.

"Dasar mesum," runtuk Camelia sudah ada di ruang kamar. Ia melihat ada kotak di ranjang. Mungkin itu yang Tetsu maksud. Perlahan Camelia mengintip.

"Hah!" Camelia tidak percaya diminta memakai gaun kekurangan bahan di sana sini. Bagian dadanya amat rendah. Sedang di bagian pahanya juga begitu pendek. Jangan lupakan ukurannya yang press di tubuh juga celah bolong di salah satu pinggul.

"Dia mau aku pakai ini?" Camelia meremas gaun hitam itu.

Akhirnya Camelia keluar dengan bajunya yang tadi. Ia tidak peduli jika Tetsu marah kepadanya.

"Aku sudah siap," Camelia mengatensi Tetsu yang sedang menelpon. Pria itu melirik kearahnya.

"Nanti aku telepon lagi." Ia menghentikkan obrolan di telepon

"Kau sedang menelpon pengasuh Dira?" duga Camelia. Tak menjawab, Tetsu malah mencekal lengan atasnya.

"Aku tidak memintamu keluar dengan baju itu lagi," desisnya kuat. Sembari terus menarik Camelia masuk.

"Lepaskan. Kau belum menjawab. Apa benar, barusan kau menelpon orang suruhanmu itu. Bagaimana keadaan Dira?"

Camelia sempat mendengar Tetsu mengatakan 'anak itu' ketika ia sampai di ruang tengah. Anak itu yang ia maksud pasti Dira.

Tetsu malah melempar tubuh Camelia ke kasur. Pertama, ia tidak suka dibantah. Kedua ia tidak ingin orang menguping pembicarannya. Dan ketiga, lagi-lagi Camelia tidak mengindahkan isi perintah. Apa itu karena dirinya yang terlalu lunak dengan Camelia

"Seharusnya sejak awal aku keras padamu!" seringai Tetsu sambil membuka dasi di leher. Camelia berusaha merayap mundur dengan bantuan sikut tangannya. Sayangnya karena itu juga ia semakin berada di tengah ranjang.

"Kau mungkin tidak tahu siapa aku." Ancaman itu nyata. Tetsu ingin memberikan pelajaran pada Camelia. Dan sebenarnya ia belum bisa melupakan siluet tubuh Camelia yang baru saja keluar dari dalam bathtube. Buah dadanya yang menggantung indah itu begitu menyita perhatian.

Tetsu fikir, ia bisa langsung menangkup salah satunya di telapaknya yang besar. Ahk, rasanya pasti menyenangkan.

"Anda mau apa?" Camelia memasang wajah takut. Bagaimanapun ia seorang wanita. Sekuat apapun ia melawan. Tenaganya pasti lebih kecil dari tenaga Tetsu.

Tetsu malah menomprok tubuhnya. Membuat Camelia berada di bawah kungkungannya. Matanya tersenyum menakutkan.

"Akan aku jelaskan siapa diriku. Setelah ini aku yakin kau tidak akan bisa lagi membantah!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status