Share

Membuat Perjanjian Dengan Iblis.

Berkerja sama dengan Tetsu sama saja seperti sedang mengantarkan jiwa kepada iblis. Ia tidak akan melepaskan mangsa sebelum semua keinginannya terlaksana.

Camelia sampai di lantai 17 yang seluruhnya milik Tetsu. artinya, jika ia berteriak minta tolong pun tak akan ada orang yang datang menolongnya.

"Silahkan, Nona!" Eugine membukakan pintu seraya mempersilahkan Camelia masuk. Habis itu, ia meninggalkan Camelia sendiri.

Suasana unit apartemennya yang sepi juga temarang semakin membuat Camelia bergidik beberapa kali.

Bagi Camelia. Tetsu memiliki aura misterius begitu kuat. Camelia rasa, tak ada manusia yang bisa mengambil hatinya. Ia begitu dingin nyaris tak terjamaah.

Camelia memindai keadaan. Tidak ada satu pun orang di sini setelah Eugine meninggalkannya dan memintanya menunggu Tuan Tetsu di dalam. Karena tak ada pilihan, akhirnya Camelia melangkahkan kaki ke dalam. Suasananya hampir mirip dengan di luar unit. Gelap juga semeriyak hawa dingin menusuk kalbu.

Camelia melirik jam. Menunggu adalah aktifitas amat menyebalkan. Baru saja jarum jam berputar 15 kali yang artinya ia duduk di sofa baru 15 menit. Tapi mengapa rasanya seperti berjam-jam. Camelia berdecak, ia juga memutar bola matanya malas. Orang kaya seenaknya saja buat peraturan.

"Pengusaha tapi ngaret," gumamnya saking kesal. Mendapat balasan tawa menyeramkan dari Tetsu. Sebuah tawa yang lebih mirip ancaman ketika sampai telinga Camelia. Langkahnya yang tegas membuat ciut perasaan.

Camelia menelan ludahnya spontan. Ia juga berujar lirih "Maaf, saya tidak tahu anda sudah sampai." Ucapannya tidak mendapat jawaban. Bahkan Tetsu tidak menggubris, tatapannya masih sama. Dingin dan menusuk.

"Langsung saja. Mulai besok. Sekitar satu bulan ke depan. Saya akan mengitari lautan Asia dengan Kapal Pesiar Royal Queen. Dan saya ingin kamu menemani saya." Tetsu tidak pernah segan mengatakan inginnya. Seakan semua yang ada di dunia ini bisa ia kendalikan.

"Kenapa saya?" Camelia juga tidak memberi ruang dirinya memikirkan tawaran Tetsu. Lagipula pertanyaan itu memang sangat memenuhi benaknya sejak awal. Kenapa dia. Apa yang lelaki itu inginkan dari ibu beranak satu.

"Saya memilih kamu. Karena kamulah wanita terakhir yang berinteraksi dengan Kaoru." Tetsu melempar foto Kaoru. Camelia cukup mengenalnya sebagai si penabrak. Diambilnya foto itu dengan alis menyerit. Belum paham maksud Tetsu.

"Saya bahkan tidak mengenalnya?" gumam Camelia. Jadi karena ini alasannya. Bukankah semua orang pun bisa terkena musibah seperti yang terjadi padanya malam itu. Dan karena ini anaknya disandera. Konyol!

"Saya tahu. Saya juga tahu kalau suamimu menyiksamu," ungkap Tetsu. Ia tersenyum miring. Perbuatan amat meremehkan Camelia. Camelia tidak suka orang asing membahas itu dengan santai. Rumah tangganya tidak sesimple itu. Banyak lika-liku yang membuat Derdy jadi berubah.

"Itu bukan urusan anda," sahut Camelia geram. Ditanggapi gelengan dari Tetsu. Ia juga tidak ingin ikut campur... hanya, keadaan Camelia kebetulan menguntungkannya.

Tetsu bangun, berjalan kearah Camelia dengan gagahnya. Ketika sampai di depan Camelia. Wanita itu baru sadar, sejak tadi berbicara dengan pria berbusana bathrobe. Cahaya gelap disisi Tetsu menjadikan Camelia tidak bisa melihat secara utuh. Tapi kini berbeda lagi. Dari balik bathrobe-nya nampak dada bidang dilengkapi otot abs di kulit seputih salju.

Seharusnya ia merundukkan pandangan. Tapi entah mengapa Camelia tidak bisa melakukannya. Aroma Tetsu seakan menghipnotis Camelia untuk tidak bergerak. Apalagi pria itu mengurungnya di sofa dengan meletakkan tangan di sisi sofa. Wajahnya mendekat untuk berbisik.

"Aku pun malas ikut campur. Sayangnya, keadaanmu menguntungkan ku untuk menekanmu," seringainya. Mata hazelnya memendar Camelia yang risih.

"Kau juga pasti tidak suka kan diperlakukan seperti itu terus dengan suamimu. Maka, aku bersedia membebaskanmu darinya. Asal, kau mau mengikuti perintah!" Camelia terperangah. Mengapa tawaran Tetsu sama persis seperti keinginannya. Ia bahkan merasa Tetsu bisa membaca hatinya.

"A-aku tidak pernah bilang begitu." Camelia mengelak. Bagaimanapun, Derdy adalah suaminya. Ia juga merasa punya salah kepada Derdy. Jadi, pernyataan berharap menyingkirkan Derdy juga sangat bertolak belakang dengan nalurinya.

"Tapi semua itu terlihat dari matamu," ucap Tetsu. Tidak perlu mengijabarkan secara gamblang. Setahunya, wanita memang mahluk lemah tapi akan sangat kuat ketika disakiti dan dikecewakan. Derdy telah melakukan keduanya. Masih adakah cinta di hati Camelia untuk suaminya?

Demi melancarkan tawaran. Ia mengambil foto lain. Kumpulan foto yang menunjukkan Derdy dan para gadis sedang bermesraan di bar murahan.

Ketika melihatnya saja, Tetsu dibuat geli. Gimana bisa, ia masih mencari ikan asin di luaran. Tidak bisakah ia menilai jika istrinya sangat cantik. Ternyata pria itu punya selera rendah, benak Tetsu mentertawai hubungan Camelia dan Derdy.

"Apa ini?" Camelia menerima beberapa foto itu takut-takut. Matanya memanas membuat lelehan air matanya jatuh begitu saja. Di foto pertama, nampak Derdy menggandeng dua wanita sekaligus. Di foto lain, suaminya sedang berpagut mesra dengan wanita yang entah siapa. Camelia tidak mengenalnya. Bibirnya bergetar.., ia tahu Derdy sudah tidak setia. Tapi saat bukti itu ada di depan mata. Camelia begitu marah.

"Maksudmu apa memberikan foto ini?" raungnya seraya meremas hasil foto. Tetsu terlalu acuh tak acuh dengan reaksi Camelia. Terserah mau ia apakan. Dibakar pun bukan urusannya. Tapi ia mau Camelia bangkit dari permainan curang suaminya.

Masa lalu Tetsu yang membuatnya seperti itu. Ia harus merasakan sakitnya patah hati ditinggal orangtua sejak dini karena perceraian. Keluarganya tidak pernah lagi utuh semenjak Papinya bermain serong. Dan mirisnya sang ibu malah terus memaafkan.

Berniat dengan begitu kebahagiaan menjadi keluarga utuh sesuatu saat bisa mereka gapai kembali. Nyatanya, semua itu hanya angan dan tak pernah terwujud.

Justru karena ibunya memilih tidak bercerai membuat Tetsu kecil semakin banyak merasakan patah hati. Melihat ibu-orang yang ia cintai menderita sedang ia sebagai anak tidak bisa melakukan apapun, Tetsu tumbuh dengan kebencian. Ia bahkan tidak percaya akan cinta. Terakhir adik yang sangat ia jaga harus dinodai paksa. Semua itu menambah tekad Tetsu menenggakkan keadilan versinya sendiri.

"Kau tidak berencana menyimpan lelaki tengik itu kan? Kau tidak akan memaafkannya kan?"

"Itu bukan urusanmu!" jawab Camelia lantang.

Kesal. Membuat Testu mengapit rahang Camelia di antara kedua jarinya.

"Bicara yang sopan padaku. Atau aku akan merobek mulutmu!" Ia tidak segan melakukannya. Tetsu merasa Camelia sudah menyiakan kebaikannya.

Camelia tidak gentar. Ia masih berusaha bicara kepada Tetsu

"Sebenarnya ap.., apa yang kau inginkan?" tuturnya meski terbata. Tetsu melempar pipi Camelia yang tadi ia kaitkan di sela jemari. Ia juga berbalik membelakangi Camelia.

"Bagus. Seharusnya sejak awal kamu pasrah. Seperti yang aku bilang. Kamu cukup menjalankan misi balas dendamku. Dan aku akan membebaskan anak juga temanmu."

"Apa misi itu. Ahk, bukan.., apapun misinya aku akan menjalankan!" Camelia bertekad. Tetsu jadi senang mengenal Camelia. Tadinya ia fikir, Camelia akan gemetar ketika berhadapan dengannya. Ternyata ia tidak selemah itu.

"Bagus. Aku suka semangatmu," pujinya. Namun Camelia mengutarakan alasan.

"Memangnya kau memberikan aku pilihan dan waktu sampai aku bisa berfikir?"

Bukankah Tetsu bilang, mulai besok ia mulai berlayar. Dan Camelia sudah ada di sini. Tidak mungkin ia bisa kabur. Kalaupun kabur, gimana nasib Dira.

Testu malah menyukai kalimat sarkas itu. Ia memang tidak mau memberikan Camelia pilihan.

"Bersiaplah. Mulai besok kita akan mengarungi lautan asia dengan kapal pesiar termegah." Tetsu hanya mengucapkan itu tanpa berbalik kearah Camelia. Lantas sosoknya hilang tertelan dibalik pekatnya malam tanpa pencahayaan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status