Share

Chapter 4

Luicera berjalan memasuki ruangan kamarnya, dirinya mendekati cermin untuk melepas beberapa perhiasan yang melekat di tubuhnya. Luicera berjalan ke ruangan khusus untuk perhiasan, dengan memasukkan beberapa password menuju ruangannya, sudah ada beberapa pajangan mewah dengan banyak perhiasan disana. Ia memang sengaja mengoleksinya, Luicera berjalan menuju salah satu kotak yang masih kosong. Dengan menggunakan infra merah kotak tersebut terbuka secara otomatis.

"Kalung yang sangat cantik, kau selalu membahagiakanku dengan tak pernah melupakanku walaupun kau bekerja," ucapnya dengan menaruh kalung tersebut dengan menutupnya kembali dengan sentuhan infra merah jarinya disana.

Helaan napas Luicera terlihat ketika ia berjalan kembali menuju meja rias miliknya. Dengan membersihkan make up di wajahnya dirinya membuka laci, sudah ada undangan vvip platinum untuk Luicera.

Kau bisa bertemu dengan beberapa pengusaha lainnya. Pelajarilah bisnis lainnya, aku mencintaimu. Jeff Lincoln.

Luicera menutup undangan kembali dengan membersihkan make up dirinya. "Apa yang spesial dari pesta itu sehingga aku harus datang, pria itu banyak kejutannya," ucapnya kembali dengan memperhatikan tulisan dari kekasihnya.

Luicera membuka laci kedua dari meja riasnya, sudah ada visa dan passport serta fasilitas lainnya, "New York," jawabnya dengan tersenyum.

Pukul 20.00, Wilayah California U.S.A

Delon memeriksa leher dirinya di depan cermin, dengan menepuk-nepukkan cream di lehernya untuk menutup bekas ciuman dari Cera. dirinya tetap saja mengeluh, "Wanita itu menciptakan ruam merah di leherku, aku lupa menanyakan namanya. Aku penasaran wanita kesayangan Jeff Lincoln itu seperti apa," bisiknya dengan memeriksa lehernya dan menutupnya kembali dengan kerah kemejanya.

Zack berjalan memasuki ruangan kerja bersama William, langkah kakinya terhenti ketika melihat kakak pertamanya sudah kembali dari perjalanan bisnis Mexico. William hanya melirik lalu ia duduk di sofa, tanpa pikir panjang dirinya mengeluarkan sebuah kotak berisikan cincin. Ini adalah cincin untuk Kate sebelum ia berpisah, namun kini William kembali memikirkan Kate.

"Kupikir kakak akan kembali lusa," ucap William dengan sesekali melirik Delon. Delon masih menahan bibirnya dengan melihat kedua adiknya.

"Kalian kenapa masuk ke ruanganku?" Tanya Delon dengan masih salah tingkah, dirinya menutup lehernya dengan kerah kemeja supaya tidak terlihat oleh Zack dan juga William.

Zack tercengang disana, tak biasanya kakak pertamanya seperti itu. "Apa ada yang salah? Biasanya kita masuk ke ruanganmu tanpa izin," ucap Zack dengan memperhatikan gerak-gerik Delon yang salah tingkah.

Delon hanya berdehem disana, dirinya berjalan dengan menghampiri kedua adiknya. "Aku langsung kembali karena tidak enak badan, pria itu tak bisa membuatku beristirahat. Sampai saat ini ucapannya membuatku berpikir."

William hanya terkekeh dengan melirik ke kakak pertamanya, "Kau bertemu Jeff seorang diri?" Tanyanya dengan mengusap cincin untuk Kate yang kini berada di genggamannya.

Zack hanya melihat keduanya, dirinya menyela dengan melirik ke arah Delon. Ia sangat tahu bahwa kakak pertamanya tak suka di rendahkan, "Ehm ... kebetulan aku akan ke Brazil, setelah latihan di markas besar. Aku akan ke Brazil dan melamar Priscilla."

Delon hanya menyimak kedua adiknya karena masih memikirkan ucapan Jeff Lincoln akan beberapa wilayah di Mexico. Bagaimanapun keinginannya harus terwujud. "Pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Delon melihat William, memperhatikan William yang memasukkan cincin berlian di sebuah kotak kecil berpita warna biru.

"Sedikit lagi selesai, aku kepikiran Kate. Sepertinya dalam waktu dekat aku akan ke kediaman Keluarga Kate Nicole, aku tidak yakin dengan perpisahan ini. Aku tidak nyaman dengan perpisahannya, biasanya ia selalu memberikan semangat kepadaku jika aku dalam keadaan lelah setelah seusai bekerja dan sekarang ponsel ku hampir tak ada chat apapun darinya," jawab William dengan menunduk melihat cincin berlian. Delon memahami apa yang adiknya rasakan, kesibukan William hampir tak ada waktu untuk bersama dengan Kate.

"Aku akan ke kantor," jawab Delon dengan berjalan menuju meja kerjanya lalu ia memasukkan beberapa berkas pekerjaan ke dalam tas kerja miliknya.

Zack hanya melirik ke arah William, "Apa kau tidak melihat ada keanehan darinya?" Tanya Zack dengan menyikut pergelangan tangan William. William melirik ke arah Delon.

"Entahlah, tidak biasanya ia mendadak ingin ke kantor. Mungkin ada pembicaraan bersama Jeff Lincoln yang membuat hatinya terluka. Kau tahu sendiri wataknya seperti apa," William memasukkan kotak cincin untuk Kate kedalam jas miliknya dan berjalan menuju ruang kerjanya. Berbeda dengan Zack yang masih duduk sendirian dengan memperhatikan Delon.

"Apa kakak tidak ingin menanyakanku kapan aku kembali?" Tanya Zack dengan melihat Delon. Tidak biasanya kakaknya bersikap dingin seperti ini.

"Aku akan meneleponmu ketika helikoptermu mendarat. Aku terburu-buru," jawab Delon dengan keluar ruangan meninggalkan Zack.

"Perusahaan mereka juga perusahaanku, kenapa aku tidak tahu jika ada jadwal mendadak, apa mereka sengaja menghindar? Lebih baik aku bersiap ke Brazil, tumben Delon tidak menanyakan keadaan perusahaan di Brazil," jawab Zack dengan berjalan menuju ruangan kerjanya.

Mansion Mattheo sangat mewah dengan fasilitas untuk putra-putra kesayangan Daniel Mattheo, sebagai keluarga pembisnis tentu saja Daniel Mattheo membebaskan ketiga putranya untuk mengelola berbagai bisnis usaha, terutama Delon sebagai putra pertama kesayangannya, Daniel sangat tahu ketiga putranya tak ingin di protect sehingga ia mempercayakan ketiga putranya menggunakan fasilitas milik Keluarga Mattheo.

**

Langkah kaki Devo Van Marveen menuruni pesawat jet pribadi miliknya, tangannya terjulur dengan menggandeng wanita yang tak lain adalah istrinya Lunacia, dengan memakai jas dirinya menuruni jet pribadi miliknya. Sudah ada beberapa bodyguard yang menjaga Devo dan juga istrinya untuk menaiki mobil mewah.

"Kau yakin Jeff Lincoln ada di kediamannya?" Tanya Lunacia dengan melirik ke arah suaminya.

"Bukankah perjanjiannya sudah kau lihat," jawab Devo dengan membukakan pintu mobil untuk Lunacia. Senyuman sinis dari Lunacia terlihat dengan persiapannya bertemu dengan Jeff Lincoln.

"Kuharap kau tidak menghindariku dan suamiku lagi," jawab Lunacia dengan melirik ke wajah Devo Van Marveen. Mobil mewah itu melaju dengan dikawal enam mobil kepolisian mexico, dengan kecepatan penuh mobil mewah milik Devo Van Marveen berhenti disalah satu gedung.

Devo menuruni mobil mewah dengan membuka kacamata miliknya, dengan membenarkan jas miliknya dirinya berjalan membukakan pintu mobil untuk Lunacia. Pandangan mata Lunacia melirik gedung milik Jeff Lincoln dengan sinis. Tak lama dirinya berjalan sendirian memasuki gedung milik Jeff Lincoln.

Sudah ada wanita cantik berada di sisi Jeff Lincoln dengan memeluk Jeff Lincoln disana. Elvira merunduk dengan memainkan billiard disana, tubuh seksinya terlihat dengan Jeff Lincoln dengan meminum minuman alkohol sesekali. Elvira berjalan mendekati Jeff Lincoln dengan meraba dada bidangnya.

Senyuman sinis dari Lunacia terlihat dengan langkah kakinya mendekati Jeff Lincoln. "Bisa-bisanya kau bermesraan bersama wanita lain. Aku dan suamiku mengejarmu hingga ke Mexico hanya untuk menanyakannya. Lepaskan tanganmu itu bersama wanita lain," ucap Lunacia dengan menyilangkan tangannya lalu ia menatap sinis Jeff Lincoln.

"Kau persis sekali mirip Luicera, tidak bisa melihatku bersama wanita lain. Ia terlalu sensitif," Jawab Jeff Lincoln dengan memegang telinga kanan miliknya ketika Lunacia membentaknya.

Lunacia hanya tertohok disana dengan wajah sinis, "Dimana flashdisk ku, kau mencurinya kan? Kau ingin menghancurkan perusahaan suamiku rupanya."

Lunacia berjalan mendekati Jeff Lincoln. Sebelum Jeff Lincoln bersmaa Luicera ia menjalin kasih bersama Lunacia. Tatapan sinis dari Lunacia terlihat dengan topi yang ia kenakan memperlihatkan kedua matanya.

Jeff Lincoln membenarkan coat bulu miliknya setelah Lunacia membahas Devo Van Marven, "Kau yang menginginkan menikah dengannya. Sudah kubilang aku tidak mengambil flashdisk nya. Suaramu itu sangat cerewet sehingga membuatku penging."

Lunacia menendang kaki Jeff Lincoln dengan heels miliknya. "Aku mengejarmu hingga Mexico. Cepat katakan dimana flashdisknya? Cepat katakan, kau mantan yang mengesalkan. Bahkan suamiku mengizinkanku bertemu denganmu. Kau benar-benar mengesalkan. Katakan dimana flashdisk ku, kau itu licik memangnya aku tidak tahu," gertak Lunacia dengan melihat Jeff Lincoln.

Jeff memegang dagu mantan kekasihnya tersebut dengan tatapan sinis, "Sudah kukatakan padamu aku tak mengambilnya. Pertemuan itu hanya pertemuan para pengusaha, untuk apa aku mengambil flashdisk berisikan pekerjaanmu. Perusahaanku sudah banyak bahkan aku bisa membeli pulau. Katakan saja kau merindukanku, salahmu yang memilih seorang Devo Van Marveen."

"Sepertinya kau memegang wajah istriku, kau tahu kan dia sekarang milikku. Jeff Lincoln, jadi lepaskan tanganmu dari wajah istriku," ucap Devo Van Marveen dengan menepis tangan kekar milik Jeff Lincoln lewat tangan kanan miliknya.

Lunacia berjalan mendekati wanita seksi yang duduk dekat dengan Jeff Lincoln ketika ia datang, "Hei nona ... jangan pernah mencintainya, dia playboy. Setelahmu pasti akan banyak wanita lain yang ia pacari, cintai saja uangnya. Uangnya sangat banyak bahkan ia sangat royal, lagipula ada wanita yang sangat ia cintai dan dia menunggunya, tanya saja kepadanya."

Wanita tersebut hanya tersenyum sinis ketika melihat Lunacia, putri dari pengusaha sukses di Mexico, Elvira. Rambut panjangnya menutupi paha dan juga belahan dadanya. Dengan berjalan mendekati Lunacia dirinya tersenyum sinis, "Kau tenang saja, lagipula banyak pria yang mencintaiku. Aku tidak akan membahas wataknya bagaimanapun aku sedang menikmati hubungan ini sekarang bersamanya."

Lunacia menatapnya dengan tersenyum. Mata sinisnya terlihat dengan dirinya berbalik berjalan mendekati suaminya, "Sepertinya kita buang-buang waktu. Kau tahu kan waktu kita tidak akan bermain-main hanya untuk melihat Jeff Lincoln yang playboy ini bermesraan sama wanita lain. Sangat miris, aku berharap Luicera secepatnya berpisah denganmu, ingat ucapanku ini Jeff, kita akan bertemu lagi di New York." bisik Lunacia dengan menggandeng suaminya Devo Van Marveen menuju mobil mewah. Sudah ada beberapa kepolisian Mexico yang menjaga pasangan tersebut. Lunacia terlihat kesal setelah mendengar ucapan mantan kekasihnya tersebut. "Bahkan kita akan bertemu saja dia bersama wanita lain, beruntung hidupku lepas dari playboy sepertinya. Jika aku melihatmu bersama wanita lain seperti itu aku juga akan pergi dari hidupmu. Ingat itu Devo Van Marveen," Lunacia memasuki mobil setelah Devo membukakan pintu mobil untuknya.

Devo berdehem disana setelah mendengar omelan istrinya, tak lama dirinya memasuki mobil mewah untuk menuju hotel mewah. Dengan dikawal beberapa mobil kepolisian Mexico, mobil mewah milik Devo berhenti di hotel mewah di Mexico. "Kita akan menginap semalam, kembali ke New York besok pagi."

Lunacia tak mendengarkan ucapan suaminya. Dirinya menuruni mobil mewah dengan berjalan memasuki hotel mewah tersebut, "Kau sangat lama, menuruni mobil mewah mu sangat lama. Besok-besok belilah mobil mewah yang agak luas, kau tahu kan maksudku. Mobil itu terlalu sempit, percuma kau kaya raya tapi tak memodifikasi mobilnya menjadi lebih luas sedikit."

Devo Van Marveen adalah putra kesayangan Aiden Marveen seorang pejabat dan juga pengusaha paling terkaya di Amerika Serikat, keamanan untuk keluarga Marveen adalah hal utama bagi Aiden Marveen karena ia sangat menyayangi keluarganya. Keluarga Marveen adalah keluarga paling terkaya ketiga setelah Keluarga Keluarga Lincoln, Mattheo dan juga Nicole.

Beberapa kepolisian Mexico menjaga ketat hotel tempat Devo Van Marveen menginap. Lunacia memasuki ruangan platinum, ini adalah hotel kepemilikan keluarga Marveen yang berada di Mexico. Sebagai menantu kesayangan dari Aiden Marveen, Lunacia memang selalu memanjakan Devo Van Marveen.

"Apa kau sudah memeriksa identitas dari Luicera," ucapnya dengan mengambil segelas wine setelah asistantnya menuangkannya di gelas kaca. Tatapan Lunacia tak terhenti dengan memandangi pemandangan Mexico dimalam hari.

"Apa itu sangat penting? Kau mengejar Jeff hingga Mexico. Mulai besok keinginanmu jangan berlebihan," ucap Devo dengan duduk di sofa, memperhatikan istrinya yang masih berdiri memandangi pemandangan Mexico.

Lunacia berbalik dengan berjalan menuju suaminya. Dirinya duduk di pangkuan Devo Van Marveen, "Pemandangan disini sangat indah, kau tahu kan aku ingin sekali identitas Luicera." Bisiknya dengan menggigit telinga Devo Van Marveen dengan lembut.

"Keinginanmu selalu aneh-aneh, tapi jika kau meminta keinginan kepada ayahku pasti akan selalu di kabulkan, mungkin saja."

Lunacia mencium bibir suaminya, "Kau cemburu rupanya kepada istrimu."

Devo mengangkat tangannya, ini adalah tanda untuk asistantnya keluar dari ruangan bahkan ketika beberapa bodyguard menunggu mereka berdua di luar ruangan. Beberapa bodyguard tersebut keluar dari ruangan setelah gerakan tangan Devo Van Marveen memberikan kodenya.

Lunacia masih mencium bibir suaminya , gerakan tangannya membuka kancing kemeja satu persatu disana. Devo hanya menerima perlakuan istrinya dengan pasrah, tak lama dirinya menggendong Lunacia dengan menaruh Lunacia ke atas ranjang. Tangannya meraba dari ujung kaki hingga pangkal paha, senyuman sinis Lunacia terlihat ketika suaminya menyentuhnya dengan mesra.

Suara desahan terdengar hingga beberapa jam, Lunacia melihat suaminya yang kini tertidur pulas seusai berhubungan. Dengan cepat dirinya beranjak dari ranjang dengan hanya mengenakan busana tidur tipis, dirinya menuangkan segelas wine disana dengan membuka jendela balkon, dari atas gedung ia melihat pemandangan malam Kota Mexico, pemandangan indah ini sudah sangat lama ia inginkan dan baru sekarang keinginannya di kabulkan suaminya untuk berlibur di Mexico.

"Dasar bajingan, aku mengejarmu hingga Mexico dan kau bicara tidak tahu dimana flashdisk ku. Lihat saja aku akan mengetahui identitas Luicera secepatnya," ucap Lunacia dengan meneguk wine kembali. Ia masih ingat pembicaraan akan ayahnya, Louise Archer.

"Ayah mempercayakan perusahaan padaku? Sungguh lucu. Putrimu ini hanya tau tentang belanja dan travelling yang terpenting selalu senang-senang. Aku tidak mau mengurusnya, terlalu banyak berpikir bisa membuat kulitku tidak terawat," ketus Lunacia dengan wajah manjanya. Tentu saja Louise Archer tidak peduli akan perkataan putrinya.

"Kau putri seorang pengusaha dan tidak pantas berbicara seperti itu, apa ucapanmu pantas berbicara kepada ayahmu seperti ini?" Archer Louise memegang segelas bir era 90'an di genggamannya. Tatapannya tajam dengan melirik putrinya yang memakai dress seksi dengan menghela pasrah akan ucapan ayahnya. Melihat ucapan putrinya dirinya menghentikan meneguk segelas alkohol dan menaruhnya di atas nakas.

"Putrimu inginnya hidup senang-senang, lagipula aku berpisah dari Jeff Lincoln. Sekarang aku dengan Devo Van Marveen, lagipula ayah mertua selalu memanjakanku. Kenapa ayah ngotot ingin aku memimpin perusahaan. Apa jadinya jika aku yang duduk di kursi milik ayah itu," ketus Lunacia dengan memainkan ponselnya yang terbungkus tempat bulu kelinci berwarna merah muda.

"Ayah sudah memberikan kesempatan untukmu. Kau putri seorang pengusaha, ayah tidak ingin kau lepas dari suamimu dan tak menjadi apa-apa. Pelajari dunia usaha, jangan mempermalukan ayahmu. Di sampingmu ada laci dan ada brankas. Kau mengetahui passwordnya, ambil salahsatu flashdisk, itu adalah rahasia perusahaan jangan sampai hilang." Ucap suara berat Louise Archer dengan beranjak dari kursi kerjanya. Tubuh tinggi tegap itu terlihat maskulin dengan rambut cokelat serta bola mata berwarna biru terlebih dengan suara menegasnya ketika ia berbicara bersama putrinya tersebut.

Louise Archer meninggalkan Lunacia di ruangannya. Dirinya membenarkan jas dan juga dasi untuk bertemu beberapa rekan bisnis lainnya. Lunacia menghela napas dengan melihat dan mengambil flashdisk dari laci brankas. Tak lama panggilan dari suaminya yang saat ini bertemu dengan Jeff Lincoln pun terdengar di ponselnya.

Lunacia mendengus kesal dengan membanting gelas kaca yang ia genggam, hingga tumpahan wine terlihat di atas lantai marmer. "Dan sekarang flashdisk ku tidak ada. Dasar sialan! Lihat saja aku akan mencari tahu identitas permata kesayanganmu itu Jeff Lincoln."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status