Accueil / Romansa / Perjalanan Cinta dan Harapan / BAB 6 - Langit Pagi dan Nama Itu

Share

BAB 6 - Langit Pagi dan Nama Itu

Auteur: Kahfi Riza
last update Dernière mise à jour: 2025-11-02 10:26:15

Keesokan harinya, El datang ke sekolah lebih awal. Udara pagi masih terasa dingin, embun menempel di daun-daun sekitar halaman sekolah. Ia berdiri di depan gerbang SMA Nusantara Tangerang, menatap bangunan itu dengan perasaan yang aneh, campuran antara semangat dan rasa penasaran.

Masih terlintas senyum Tiara di bus kemarin sore.

Entah kenapa, bayangan itu terus mengganggunya.

“Ah, kenapa juga mikirin orang yang bahkan belum kenal,” gumam El pelan sambil tersenyum tipis.

Ia berjalan ke ruang 7. Kelas masih sepi. Ia duduk di bangkunya, menyalakan ponsel dan memutar playlist favoritnya, lagu-lagu yang biasa ia dengar saat butuh ketenangan. Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki mulai terdengar. Satu per satu siswa baru masuk, membawa tas dan wajah-wajah canggung. El baru sadar kalau ruangan mulai ramai saat suara ketawa pelan terdengar dari pojok kelas.

Tak lama, pintu terbuka. Dua orang berseragam OSIS masuk. Salah satunya El kenal, Bagas, ketua OSIS yang kemarin membantunya. Di sampingnya berdiri seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya, berperawakan tinggi, sedikit lebih kalem, namun matanya tajam dan berwibawa.

“Selamat pagi semuanya!” sapa Bagas dengan suara lantang.

“Pagi, Kak!” sahut beberapa siswa serempak, meski masih setengah malu.

Bagas tersenyum, menepuk pundak temannya.

“Perkenalkan, gue Bagas, ketua OSIS. Ini temen gue, Andra, ketua divisi bagian akademik dan prestasi siswa. Hari ini MPLS akan dilakukan di kelas masing-masing, jadi kalian bakal dapet banyak materi dari guru-guru nanti.”

Andra menambahkan dengan nada ringan, “Tapi sebelum itu, kayaknya asik kalau kita saling kenalan dulu, ya? Masa satu ruangan nggak saling tahu namanya.”

Kelas pun mendadak hening. Tak ada satu pun yang angkat tangan.

Bagas tertawa kecil. “Hahaha, biasa nih... penyakit anak baru. Grogi.”

Ia lalu menunjuk barisan paling depan, meminta siswa memperkenalkan diri satu per satu.

Satu demi satu berdiri, memperkenalkan nama, hobi, dan cita-cita. Ada yang ingin jadi dokter, polisi, arsitek, bahkan ada yang bilang ingin jadi ketua DPR, membuat seisi kelas tertawa.

Hingga akhirnya, giliran El.

Ia berdiri perlahan, menatap seluruh teman-temannya dengan senyum tipis.

“Halo, saya Zarael Narendra, bisa dipanggil El. Cita-cita saya jadi pilot... dan impian terbesar saya adalah bisa menerbangkan pesawat di luar negeri.”

Seketika ruangan terasa sedikit lebih hening.

Bagas menatapnya kagum, Andra mengangguk pelan. Beberapa siswa tampak saling berbisik kagum, bahkan seorang gadis di deretan tengah, Rafa terlihat menatapnya sedikit lebih lama dari yang lain.

Rafa menghela napas pelan, entah mengapa ada rasa kagum yang sulit dijelaskan. Bukan hanya karena ucapan El yang penuh percaya diri, tapi juga karena keberanian yang ia tunjukkan kemarin saat mengaku terlambat.

Saat El duduk kembali, Andra menepuk pundaknya. “Pilot, ya? Gokil juga lo, bro. Jarang-jarang anak baru punya cita-cita setinggi itu.”

El tersenyum kecil. “Hehe, ya, semoga aja bisa kesampaian.”

Kelas pun kembali ramai dengan perkenalan berikutnya. Beberapa siswa mulai saling tertawa, mulai membuka diri. Namun El, di tengah hiruk-pikuk itu, masih sesekali melirik ke arah pintu, seolah menunggu seseorang masuk.

Dan benar saja.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka. Seorang siswi dengan rambut terurai perlahan masuk, langkahnya ragu, wajahnya sedikit panik karena telat.

Tiara.

Ia menunduk sopan dan meminta izin pada Bagas, “Maaf kak, tadi salah kelas, ternyata beda hari beda ruangan.”

Bagas mengangguk santai. “Gapapa, sini aja. Duduk di kursi belakang, ya.”

El terpaku. Hatinya berdebar pelan, bukan karena kaget, tapi karena tak menyangka gadis itu ternyata seruangan hari ini dengannya.

Ia mencoba terlihat biasa, tapi jemarinya tanpa sadar mengetuk meja pelan, berulang kali.

Bagas melanjutkan acara dengan guyonan kecil, dan suasana kelas kembali cair. Namun pikiran El melayang ke satu hal yang kini menempel kuat di kepalanya,

Nama itu.

Nama yang sebentar lagi akan ia dengar dari gadis yang membuat hatinya bergetar sejak kemarin.

Dan saat giliran Tiara berdiri untuk memperkenalkan diri, seluruh ruangan seolah terdiam sesaat.

“Halo semuanya, aku Tiara Amira.”

Ia tersenyum singkat.

El menatapnya, dan di kepalanya hanya satu hal yang terlintas

“Nama yang indah…”

Saat Tiara hendak mencari tempat duduk, Rafa melambaikan tangan kecil. “Kamu duduk di belakangku aja, masih kosong kok,” katanya dengan senyum ramah.

Tiara tersenyum lembut. “Terima kasih, ya.”

Ia duduk di kursi belakang Rafa, tepat di diagonal dengan El. Dari tempatnya, El bisa melihat Tiara dengan jelas, rambutnya berayun pelan saat ia menunduk membuka buku.

Dan tanpa mereka sadari, di bawah langit pagi yang mulai terang, sebuah pertemanan kecil mulai tumbuh.

Rafa sesekali menoleh ke belakang untuk berbicara dengan Tiara, dan El memperhatikan dari kejauhan, tak banyak bicara, tapi dalam hatinya muncul rasa hangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Saat bel berbunyi, Bagas menutup kegiatan dengan senyum lebar.

“Oke, itu aja untuk pagi ini. Semoga kalian makin akrab, ya! Karena di sinilah perjalanan kalian di SMP dimulai.”

Semua siswa bersorak kecil, dan suasana kelas menjadi ramai. Namun di antara semua itu, ada tiga orang yang diam-diam terikat oleh takdir yang belum mereka mengerti, El, Rafa, dan Tiara.

Langit di luar jendela tampak biru sempurna. Dan di antara langit pagi itu, nama-nama mereka mulai tertulis pelan dalam cerita yang baru saja dimulai.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 8 - Diantara Gelap dan Hujan

    Rafa langsung memekik kecil sambil menutup telinganya. “Aduh, gue benci banget sama mati lampu!”Tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegarTiara, yang duduk di kursinya, langsung refle menutup mata dan menunduk, tangannya menutup kedua telinga rapat-rapat.El melihatnya sebentar, agak heran. “Lo takut petir ya?” tanyanya lembut.Tiara mengangguk pelan tanpa membuka mata.Faqih yang melihat suasana itu malah tertawa kecil. “Wah, kesempatan bagus nih buat ngetes nyali!”Rafa langsung melotot. “Faqih! Jangan aneh-aneh ya!”Faqih pura-pura menunduk, menahan tawa. “Yaelah, baru mati lampu doang, bukan dipanggil arwah gentayangan…”Petir kembali menyambar, kali ini lebih keras — BLAAR!Tiara langsung memekik kecil dan semakin menutup telinganya, sementara Rafa spontan menutup wajahnya dengan buku.

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 7 - Suara Tawa di Tengah Istirahat

    Setelah bel istirahat berbunyi, satu per satu siswa keluar dari kelas, sebagian menuju kantin, sebagian lagi ke lapangan untuk melihat siswa lain bermain basket. Tak lama, ruangan kelas menjadi jauh lebih sepi.Hanya tersisa El, Rafa, dan Tiara. Rafa dan Tiara duduk bersebelahan di barisan tengah, tampak serius membicarakan sesuatu, entah soal hobi atau sekadar hal kecil seperti warna seragam yang mereka pakai. Suara mereka pelan, namun tawa kecil sesekali pecah di antara percakapan itu.El duduk di kursinya dekat jendela, memainkan ujung pulpen sambil melirik sekilas ke arah mereka. Dalam hati, ia tersenyum tipis. Entah kenapa, suasana sederhana seperti ini terasa menyenangkan.Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya dari belakang.“Sendirian aja, bro?”El menoleh. Seorang siswa laki-laki berambut sedikit berantakan menatapnya sambil tersenyum lebar. Wajahnya terlihat ramah dan santai.“Engga,” jawab El pelan. “Kan itu… ada anak cewe juga lagi ngobrol.”Anak itu tertawa kecil.“Gue Faqi

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 6 - Langit Pagi dan Nama Itu

    Keesokan harinya, El datang ke sekolah lebih awal. Udara pagi masih terasa dingin, embun menempel di daun-daun sekitar halaman sekolah. Ia berdiri di depan gerbang SMA Nusantara Tangerang, menatap bangunan itu dengan perasaan yang aneh, campuran antara semangat dan rasa penasaran.Masih terlintas senyum Tiara di bus kemarin sore.Entah kenapa, bayangan itu terus mengganggunya.“Ah, kenapa juga mikirin orang yang bahkan belum kenal,” gumam El pelan sambil tersenyum tipis.Ia berjalan ke ruang 7. Kelas masih sepi. Ia duduk di bangkunya, menyalakan ponsel dan memutar playlist favoritnya, lagu-lagu yang biasa ia dengar saat butuh ketenangan. Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki mulai terdengar. Satu per satu siswa baru masuk, membawa tas dan wajah-wajah canggung. El baru sadar kalau ruangan mulai ramai saat suara ketawa pelan terdengar dari pojok kelas.Tak lama, pintu terbuka. Dua orang berseragam OSIS masuk. Salah satunya El kenal, Bagas, ketua OSIS yang kemarin membantunya. Di s

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 5 - Di Bawah Senja yang Sama

    Bel pulang akhirnya berbunyi, menggema di seluruh penjuru sekolah. Suara itu bagai tanda lega bagi El. Ia menatap langit, menghela napas panjang. Hari pertama… akhirnya selesai juga, batinnya. Meski lelah, ada rasa puas dalam dirinya, ia berhasil melewati hari penuh kejutan, dari hampir terlambat, sampai momen yang tak terduga di aula tadi.Namun, di balik rasa lega itu, pikirannya masih saja tertuju pada satu hal, atau lebih tepatnya satu orang. Gadis yang tadi berdiri di sampingnya di lapangan. Tatapan mata yang sekilas bertemu membuat dadanya berdegup dengan irama aneh yang bahkan belum ia mengerti.Osis pun mempersilahkan para siswa baru untuk pulang dan bersiap untuk MPLS hari kedua besok, El kemudian merapikan buku dan tasnya. Dalam hatinya, SMA Nusantara terasa tenang di bawah cahaya sore. Ia berjalan perlahan menuju gerbang, melewari barisan pot bunga yang masih disiram penjaga sekolah. Aroma tanah basah berpadu dengan angin senja yang lembut membuat langkahnya terasa ringan.

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 4 - Langkah Pertama

    Suasana aula mulai sepi. Satu per satu siswa baru beranjak keluar, mengikuti arahan panitia OSIS yang sudah menunggu di luar. Namun El tetap duduk di kursinya, sesuai instruksi yang baru saja disampaikan lewat pengeras suara. Beberapa siswa yang lewat menatapnya penasaran, ada juga yang sempat berbisik, “Eh, itu yang tadi maju, kan?”El hanya tersenyum kecil, mencoba bersikap biasa meski jantungnya masih berdebar sejak tadi. Tak lama kemudian, Bu Ratna muncul dari arah panggung, langkahnya tenang, membawa map berwarna cokelat.“Ah, ini dia si jujur kita,” ucapnya sambil tersenyum hangat.El berdiri cepat. “Iya, Bu… ada yang mau Ibu sampaikan?”Bu Ratna terkekeh pelan. “Hehe, santai aja, El. Ibu cuma mau bilang, kamu keren. Biasanya kalau Ibu tanya begitu, nggak ada yang mau ngaku. Eh, kamu malah langsung angkat tangan. Hebat, lho. Padahal sebenernya Ibu nggak mengarah ke kamu tadi.”El menatap heran. “Lho? Serius, Bu?”“Iya,” jawab Bu Ratna sambil tertawa kecil. “Tapi kamu ngaku dulua

  • Perjalanan Cinta dan Harapan   BAB 3 - Keberanian Yang Tak Terduga

    Aula SMA Nusantara terasa sesak oleh ratusan siswa baru yang berjejer rapi di kursi-kursi plastik biru. Pendingin ruangan belum sepenuhnya terasa, sehingga aroma seragam baru, parfum ringan, dan keringat bercampur menjadi satu. Di panggung depan, spanduk besar bertuliskan “Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah SMA Nusantara Tangerang” membentang lebar, dihiasi logo sekolah di tengahnya.El duduk di deretan tengah, bersama beberapa teman seruangannya. Pandangannya sesekali berkeliling, mencari sosok yang tadi sempat duduk di sebelahnya di lapangan. Tiara.Namun lautan kepala siswa di aula itu membuatnya sulit melihat ke mana pun tanpa kehilangan arah. Ia menarik napas, berusaha fokus pada suasana yang mulai tenang.“Perhatian kepada seluruh siswa baru,” terdengar suara dari pengeras, “acara selanjutnya adalah Pengenalan Tata Tertib Sekolah yang akan disampaikan langsung oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Ibu Ratna Pramudita.”Seisi aula bertepuk tangan sopan ketika seorang wanita

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status