"Semua syair yang terucap dari prasasti batu adalah karunia Dewa. Dan Dewa telah mendatangkan seseorang yang berjiwa kesatria dan berjiwa baik kepadaku... Apakah masih ada hadiah terbaik selain diriku, Pendekar?" tanya Iyana membuat Jaka Geni terhenyak beberapa saat. Lalu senyumnya yang serba salah tersungging. Entah harus bagaimana dia menyikapi ungkapan hati gadis yang ada di hadapannya. "Aah, tuan putri terlalu pintar dalam bercanda..." ucap Jaka Geni sambil tersenyum. Sorot mata Iyana Tunggadewi berubah menjadi tajam. Tak ada senyuman sama sekali, yang terlihat hanyalah keseriusan. "Dalam hidupku selama ini, aku hampir tidak pernah bercanda kepada siapapun. Bagaimana pendekar beranggapan isi hati ini sebagai candaan?" tanya Iyana dengan wajah merah. Ada kilatan merah dari matanya yang hitam. Jaka Geni terkejut melihat perubahan yang tiba-tiba pada sorot mata gadis itu. Jaka segera rapatkan kedua tangannya dan membungku
Jaka melangkahkan kakinya di sebuah taman yang luas. Banyak tanaman indah dengan bunga merah dan kuning bermekaran. Dia menyusuri jalan kecil yang menanjak terbuat dari batu hitam. Jalan itu batu undakan yang panjang mengarah ke atas bukit. Di sepanjang jalan kecil itu, banyak patung batu berukuran sedang berwujud Buta tengah membawa gada di bahu kirinya. Setiap undakan, selalu ada sepasang patung saling berhadapan menghadap ke jalan. Jaka Geni sedikit ngeri melihat wujud patung dengan mata melotot besar, hidung besar dan taring besar mencuat ke bawah dan ke atas dari sela bibirnya. Setiap Jaka Geni melangkahkan kaki, mata patung itu seperti melihat dan mengawasi langkah kakinya. Jaka merasakan tatapan mata itu. Namun dia tetap melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan patung-patung tersebut. Tanpa Jaka sadari, semua patung dari undakan paling bawah hingga yang berada tepat di belakang dirinya, semua kepala patung itu menoleh ke arahnya.
Raja Jagat Lelembut menepuk jidatnya beberapa kali. Dia masih tidak percaya dengan ucapan pemuda yang saat ini berada dihadapannya. "Kau benar-benar menikahi Ratu Ambarwati!? Bagaimana kau bisa menikahi wanita yang menjadi rebutan para Raja itu anak muda!?" tanya Raja Jagat penasaran sekaligus geram. Karena dia pernah mempunyai niat kepada Ratu Ambarwati, namun di tolak karena dia terlalu tua untuk Ratu tersebut. Ditambah Ratu mengharapkan orang yang bisa menyembuhkan kutukan abadi yang melekat pada dirinya dan juga rakyatnya. Banyak Raja dan pangeran dari dunia gaib mencoba peruntungan meminang Ratu yang di kabarkan tercantik di alam batas. Namun semua gagal dan pulang dengan kekecewaan. Jaka Geni menceritakan sebagian tentang bagaimana dia bisa menjadi pendamping Ratu Ambarwati. Raja Jagat Lelembut geleng-geleng kepala seolah tak percaya dengan ucapan Jaka Geni sang Pendekar Tangan Gledek. "Aku hampir saja tak percaya dengan semua uca
Keesokan harinya Jaka Geni menghadap Raja Jagat Lelembut di keraton kerajaan di temani Tribuana Mahadewi. Pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan beberapa waktu yang lalu. Dimana kali ini Jaka Geni disambut dengan baik. Raja Jagat tersenyum di atas singgasananya. Kali ini jarak antara singgasana Raja dengan petinggi Kerajaan tidak terlalu jauh seperti sebelumnya. Itu karena Raja ingin berbicara banyak kepada Jaka Geni. Setelah basa basi sejenak, Raja mulai membuka pembicaraan. "Keberadaan Mahkota Dewa itu sangat jauh nak Jaka," ucap Raja Jagat dengan wujud demit nya yang besar dan seram. "Sejauh apa Raja?" tanya Jaka penasaran. "Jauh sekali, mungkin kau akan memakan waktu dua belas purnama untuk sampai ke tempat itu." ucap Raja Jagat membuat Jaka tersentak kaget. Para petinggi termasuk Dua Kalan tertawa melihat tanggapan Jaka Geni yang dirasa terlihat lucu itu. "Bagaimana bisa jaraknya sejauh itu!?" tanya Jaka tak
Raja Jagat Lelembut bersama putrinya dan para petinggi Kerajaan naik ke atas panggung. Wujud mereka semua layaknya manusia pada umumnya. Wujud Raja Jagat terlihat seperti orang tua berbadan bungkuk. Umurnya memang sudah sangat tua. Dia bahkan telah banyak melihat hal-hal yang terjadi pada tiga dunia. Jaka Geni membungkuk hormat. Matanya melirik ke arah Iyana Tunggadewi. Saat dia melirik ternyata mata gadis itu juga tengah menatap ke arahnya. Alhasil Jaka Geni merasa salah tingkah dibuatnya. "Hebat... Benar-benar hebat. Nak Jaka Geni, seumur hidupku baru kali ini ada manusia yang datang ke dalam kerajaan ku dan menunjukan kehebatannya. Kau telah membunuh seorang penghianat yang paling sakti di Jagat Lelembut ini. Kami semua sangat bangga kepadamu." ucap Raja Jagat sambil berusaha menahan tubuhnya yang terlalu membungkuk. Jaka Geni mencoba membantunya agar tidak terjatuh orang sepuh tersebut. "Kenapa Raja Jagat menggunakan tubuh tua renta s
Prada Abang melompat ke arah Jaka Geni. Kali ini Jaka Geni harus putar otak untuk bisa mengalahkan makhluk kuat seperti Prada Abang. Dengan cepat Jaka menangkis serangan tangan Prada Abang dengan sikunya. Tangan kiri makhluk itu menyambar ke arah perut Jaka Geni. Cakar itu sangat cepat hingga Jaka Geni tak mampu untuk cepat menangkis. Tangannya telat! Namun saat lima cakar Prada Abang akan membobol perutnya, cakar makhluk alam gaib itu mengepal sehingga tinjunya yang menghantam perut sang pendekar! Jaka Geni berseru keras saat tubuhnya terpental oleh hantaman tinju Prada Abang. Semua penonton terdiam. Iyana Tunggadewi tersenyum. Entah dia lebih suka Jaka kalah atau dia menginginkan apa yang banyak orang inginkan. Jika Jaka Geni menang, dia harus bersujud di kaki manusia itu. Namun jika Prada Abang yang menang, itu berarti tak ada satu orang pun yang bisa membunuhnya. Jika Raja Jagat Lelembut mangkat, itu artinya makhluk itu terlepas dari kutukan yang menempel di darahnya! Andai