LOGINMata Jaka Geni terbuka. Telinganya yang sudah terlatih mendengar satu gerakan. Dia menoleh ke arah Chang Yun yang masih terlelap. Jaka menutup tubuh Chang Yun yang terbuka. Kemudian dia memakai pakaiannya. "Apakah orang Serikat Teratai Biru lagi? cepat sekali mereka melacak keberadaan ku," batin Jaka Geni. Perlahan Jaka menggeser tubuhnya dan menuju ke arah pintu yang terbuat dari anyaman bambu. Dengan tanpa suara Jaka membuka pintu tersebut. Kepalanya nongol untuk melihat ke bawah. Matanya berkilat hijau saat dia merapal ilmu Segoro Gaib. Pemuda itu tersenyum. Dia melihat ada beberapa orang mendekam di semak yang ada di seberang sungai. Dan ada lagi dua orang lainnya yang sudah berada tak jauh dari pohon dimana gubuknya berada. "Sepertinya kalian mencari mati datang ke sini, aku akan menuntun kalian mereka menemui pencabut nyawa," ucap Jaka dalam hati. Jaka mengambil dua baru kecil yang dia bawa ke atas. Biasanya Jaka melempar burung di pagi hari dari atas pohon itu. Tapi kali i
Setelah berhari-hari berlatih di hutan Yao Chang, akhirnya Chang Yun berhasil menguasai kekuatan petir tahap ke tujuh. Itu artinya dia siap mendalami pelatihan yang lebih keras lagi. Yaitu berlatih Ajian Gledek Sambar Nyawa. Jaka Geni bangga dengan pencapaian Chang Yun yang menurutnya luar biasa. Padahal dia sendiri butuh beberapa tahun membangkitkan kekuatan petir yang dari awal sudah ada di dalam tubuhnya. Eyang Mahameru hanya menuntun nya untuk membangkitkan kekuatan tersebut. Dan setelah bangkit pun Jaka harus berjuang meningkatkan kekuatannya. Namun latihannya sedikit terhambat karena adanya kekuatan api hijau yang ada di dalam tubuhnya. Dua kekuatan itu sedikit berbenturan yang membuatnya sulit berkembang. Namun akhirnya berkat sang Mahaguru, dia berhasil menguasai dua kekuatan yang saat ini dia jadikan andalan saat bertarung. Gurunya pun mempunyai dua kekuatan yang sama. Hanya saja, Eyang Mahameru harus berlatih keras seperti Chang Yun. Karena pada dasarnya mereka tak memil
Para prajurit itu semakin naik ke atas bukit. Utari Dewi baru merasakan hawa kehadirannya setelah jarak mereka cukup dekat. "Celaka!" seru gadis itu dalam hati. Dia segera memakai pakaiannya lalu melesat kembali ke dalam hutan. Para prajurit pun sampai di tempat Utari mandi tadi. Mereka celingukan setelah melihat jejak air di sekitar pinggiran sungai. "Apakah ada hewan yang baru saja mandi?" tanya salah satu di antara mereka. "Jejak kaki ini seperti kaki manusia. Hewan apa yang mempunyai jejak seperti ini?" tanya yang lain menyahuti. Mereka pun saling berpandangan. Lalu sama-sama mengangguk dan berjalan mengikuti jejak kaki tersebut. Utari Dewi berhenti berlari di sebuah tempat. Dia melihat semak belukar tak jauh dari nya. Dengan cepat Utari menyibak semak itu dan masuk. Tanpa dia sangka, dia melihat sebuah goa di balik semak-semak. Dengan perasaan ragu Utari pun masuk ke dalam goa tersebut. Para prajurit Istana Luoyang kehilangan jejak Utari. Mereka celingukan di tempat yan
Yang Sian Kan yang belum pernah melihat jurus Li Shimin yang bernama Bayangan Ganda, tidak menyadari apa yang akan terjadi. Saat Yang Sian Kan menyerang dengan kekuatan Roda Api miliknya, Li Shimin melompat ke udara. Lalu dengan teriakan keras tubuhnya melesat bagaikan anak panah ke arah Yang Sian Kan. Tubuhnya di selimuti petir biru. Tanpa rasa takut, Yang Sian langsung mengerahkan pukulan sakti miliknya ke arah Li Shimin. Roda Api besar melesat ke arah Li Shimin.Namun pemuda itu berhasil berkelit dengan cepat meski tengah melesat di udara. Yang Sian Kan terkejut melihat gerakan Li Shimin yang sangat aneh itu. Namun dia terlalu terpaku pada gerakan Li Shimin hingga tanpa dia sadari, putra kedua Li Yuan itu telah berada tepat di hadapannya dengan jurus Bayangan Ganda. Li Shimin menghantam ke depan dengan tangan kirinya. Saat itulah, Yang Sian Kan terkejut. Dia melihat betapa banyaknya tangan Li Shimin yang mengarah kepadanya. Semua tangan itu berselimut api merah dan petir biru.
Yang Sian Kan tertawa keras melihat tinju Li Shimin yang terkepal. "Kenapa kita tidak selesaikan permasalahan kita dengan adu kekuatan?" tanya Yang Sian Kan sambil memutar badan dan menatap tajam ke arah Li Shimin."Baiklah, tapi apakah mereka akan ikut campur?" tanya Li Shimin sambil menunjuk ke arah prajurit wanita Yang Sian Kan. "Kita bukan anak kecil, dan mereka tidak ada urusan dengan kita. Mereka bisa menonton siapa yang terkuat di antara kita. Bagaimana? Kau siap Shimin?" tanya Yang Sian Kan sambil melemaskan otot-otot tangannya. "Baiklah, aku akan menuruti mau mu. Aku juga penasaran, sekuat apa dirimu sekarang, Yang Sian." kata Li Shimin. Yang Sian Kan melepas jubah besarnya. Kini terpampang tubuh berotot Yang Sian Kan yang membuat wanita jatuh hati kepadanya. "Lihat serangan!" ucap Yang Sian lalu melesat ke arah Li Shimin. Gerakannya sangat halus dan ringan. Li Shimin harus berhati-hati dengan setiap serangan Yang Sian Kan. Dia tahu, setiap serangan lawannya itu bisa sa
Ratusan pasukan Li Shimin menyusuri hutan kecil kota Jinan. Mereka menemukan beberapa mayat anggota Serikat Teratai Biru di hutan tersebut. Di tempat Jaka Geni bertarung melawan Putri Song Hua, Li Shimin berhenti. Dia menyelidiki tempat yang sudah porak poranda tersebut. "Bekas pertarungan besar, melihat dari banyaknya pepohonan yang tumbang dan hancur, ini pasti pertarungan antar ranah Langit. Kata penduduk, awan gelap itu muncul di kawasan ini..." batin Li Shimin. Dia melihat sebuah kolam yang masih membeku menjadi es. Matanya menyipit. Dia pandangi sekelilingnya. Ada beberapa pohon yang gosong bekas terbakar. "Apakah ini dua elemen yang berbeda? Sangat menarik, api dan es." pikir Li Shimin. Dia mengambil satu pecahan es yang sudah hampir meleleh tersebut. "Aku yakin pertarungan ini terjadi dua hari yang lalu, bagaimana es ini masih membeku? Benar-benar aneh... Apakah ada es yang sekuat ini?" ucap Li Shimin dalam hati sambil terus mengamati sekitar. Para prajurit yang berpenca







