Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 231.Rahasia Utari Dewi (3)

Share

231.Rahasia Utari Dewi (3)

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-10-23 09:47:08

"Jadi karena hal itulah kau di asing kan di bukit tersebut?" tanya Jaka Geni.

Gadis itu mengangguk. Dia membalikkan api kayu api unggun agar tidak padam.

"Meski aku terlahir dari Batu Kristal Jiwa, tapi aku mempunyai semua perasaan manusia. Hanya saja, ada satu yang membuatku penasaran selama aku hidup. Dan itu baru pertama kalinya aku melihat." ucap Utari Dewi.

"Apa yang bisa membuat dirimu penasaran? Bukan penasaran dengan rasa daging manusia kan?" tanya Jaka membuat Utari tertawa kecil.

"Tidak lah, ada-ada saja! Aku juga sebenarnya tidak suka daging. Hanya sesekali memakannya. Itu pun sedikit." tukas Utari dengan wajah cemberut namun hanya berpura-pura marah saja.

"Lalu, apa sebenarnya yang membuat kamu penasaran?" tanya Jaka.

"Itu... Emmm... Itu saat aku merawat dirimu. Ada satu bagian tubuhmu yang bergerak sendiri saat aku sibuk membersihkan tubuhmu. Awalnya aku sedikit curiga, kamu masih tidak sadar, tapi tubuh kecilmu itu berdiri tegak. Aku penasaran itu apa. Apakah dia s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   247.Istana Laut Utara

    "Bagaimana anak muda, apakah kau setuju menjadi pengikut ku selama tiga tahun?" tanya Nyai Lanjar sambil tersenyum menampakkan kecantikan yang luar biasa. "Tunggu dulu Nyai, apakah sebenarnya kau mempunyai hubungan dengan Ratu Laut Selatan?" tanya Jaka Geni yang masih penasaran. Wanita itu menghela nafas panjang. "Aku adalah abdi Kanjeng Ratu Laut Selatan. Di kerajaan laut, dia adalah Ratu terkuat dengan banyak abdi di seluruh lautan. Aku hanyalah salah satunya, apakah kau sudah puasa dengan jawaban itu?" tanya Nyai Lanjar masih dengan keadaan duduk bersimpuh di hadapan Jaka. Pemuda itu terdiam beberapa saat. "Tahukah Nyai, mata hijau ini aku dapat dari siapa?" tanya Jaka Geni. Mata Nyai Lanjar menatap tajam. Lalu sejurus kemudian dia tersenyum. "Mata itu adalah milik Blorong, Panglima Perang Ratu Laut Selatan. Itu sebabnya aku penasaran dengan mata hijau milikmu. Berkat itu kau bisa melihat semua makhluk yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa." kata Nyai Lanjar. "Benar N

  • Perjalanan Sang Batara   246.Siluman Laut Utara

    Kapal besar itu mulai berlayar meninggalkan dermaga besar kerajaan Telaga Mulya. Angin berhembus cukup kencang. Bendera perdagangan di kibarkan menjulang tinggi di atas tiang. Jaka Geni dan Utari Dewi duduk di geladak kapal. Di sana ada Ki Wongso dan beberapa pendekar dari rombongan lain juga. Orang tua yang di kelilingi para pendekar muda itu akan bercerita tentang sebuah cerita turun temurun dari para pedagang antar negara. "Di laut utara ini konon ada satu ekor makhluk yang kita sebut sebagai Siluman Laut Utara. Wujudnya adalah seekor ular raksasa. Bahkan kepalanya saja sebesar kapal ini!" kata Ki Wongso mulai bercerita. Semua yang mendengar takjub jika benar kepala Ular itu sebesar kapal yang mereka tumpangi itu. "Apakah Ki Wongso pernah melihat siluman itu Ki?" tanya salah satu Pendekar dari Pandan Arang. Ki Wongso tersenyum. "Pernah sekali. Apakah kalian mau mendengar cerita dariku ini? Ini cerita lama ku saat mengawal rom

  • Perjalanan Sang Batara   245.Darmaga Talaga Mulya

    Dua hari rombongan Ki Wongso menginap di desa kecil itu dan tidak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka ke Telaga Mulya. Namun mereka harus melewati kerajaan Banyu Biru selama beberapa hari ke depan sebelum akhirnya bisa sampai perbatasan. Jaka Geni telah sembuh dari lukanya. Selama dua hari itu dia giat berlatih dengan guru barunya, Utari Dewi. Ki Wongso juga terkadang ikut memberikan beberapa jurus. Namun sayangnya, Jaka belum bisa menggunakan ajian sakti. Tenaga dalamnya masih sangat tipis. Mempertahankan pedang dalam genggaman selama pertarungan saja sudah cukup sulit bagi Jaka. Mengingat beberapa hari yang lalu lawannya adalah para pendekar dengan tenaga dalam cukup tinggi. Namun sedikit demi sedikit Jaka bisa meningkatkan tenaga dalamnya. Latihan yang Utari ajarkan cukup membuat perkembangan pada Jaka Geni. Meski nadi yang mengunci tenaga dalamnya masih terkunci, Jaka kini lebih bisa menguasai jurus yang lumayan mematikan. Kerajaan Ban

  • Perjalanan Sang Batara   244.Mengalahkan Begal Jalak Biru

    Malam semakin larut, pertarungan pun masih terus berlanjut. Ki Wongso melesat di samping Jalak Biru lalu menghantam dengan ajian Geger Gunung Slamet. Jalak Biru merasakan ada pergerakan di sebelah kiri nya. Namun dia terlambat, pukulan Ki Wongso telah bersarang di rahang nya. Tubuh Jalak Biru terpental hingga beberapa tombak dengan kepala muntir terbalik ke atas. Tubuhnya menghantam tanah dengan keras. Dua ketua yang melihat Jalak Biru terkena pukulan telak segera meninggalkan pertarungan mereka lalu menyerbu ke arah Ki Wongso. Waringin dan Jati Wangon menerjang penuh amarah setelah melihat kematian Jalak Biru yang mengenaskan. Ki Wongso tidak sendiri, di bantu para pendekar dia mengepung dua ketua itu. Pertarungan pun terjadi. Meski di kepung banyak pendekar namun Jati Wangon dan Waringin masih bisa menahan serangan. Sementara itu Projo mati-matian bertahan dari serangan Utari Dewi yang semakin di tahan semakin cepat gadis itu menyerang. "Sialan... Bagaimana aku lepas dari gadi

  • Perjalanan Sang Batara   243.Utari Dewi Mengamuk

    Pucung melihat perubahan mata pada Utari Dewi. Selain takjub, dia merasa merinding juga. "Apakah mata dia sakit? Bagaimana bisa warnanya berubah seperti itu?" batin Pucung sambil mengamati perubahan mata si gadis. Tanpa banyak bicara, Utari Dewi langsung melesat dengan sangat cepat! Bahkan Jaka Geni melihat gadis itu seolah menghilang. Karena dia melihat dengan mata biasa, berbeda dengan Pucung yang takjub dengan kecepatan Utari. Saat berjarak satu tombak, tiba-tiba Utari lenyap dari pandangan Pucung. Lelaki itu terkejut setengah mati. "Lenyap!? Bagaimana bisa!?" teriak Pucung kebingungan. Saat itulah dari sisi kiri tangan Utari Dewi bergerak menghantam. Tanpa melihat, Pucung yang merasa ada hembusan angin langsung bergerak cepat menebas ke arah kiri. Utari menarik kembali tangan nya. Hampir saja tangan kanannya terpotong oleh pedang Pucung. Dengan gerak cepat, Utari merunduk lalu kakinya menyambar kaki kanan Pucung. Krak! Terdengar tulang patah setelah kaki kiri Utari menya

  • Perjalanan Sang Batara   242.Pertarungan Di Tengah Malam

    Rombongan Ki Wongso bergerak perlahan di hutan yang gelap. Jaka Geni membuka matanya perlahan saat roda kayu itu menginjak batu kecil dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Di sebelahnya Utari Dewi masih memeluk dirinya dengan kepala bersandar di dadanya. Jaka Geni tersenyum melihat gadis itu terlihat sangat nyenyak. Jaka meletakkan kepala gadis itu di kursi dengan bantalan empuk. Lalu dia berjalan ke depan sambil membungkuk. Jaka duduk di sebelah kusir kereta. "Ki sanak, apakah kita tidak menginap di jalan terlebih dahulu. Sepertinya para kusir sudah kelelahan," ucap Jaka mengawali pembicaraan. "Masih di tengah hutan den, nanti kita akan istirahat setelah melewati hutan dan menemukan perkampungan. Jika kita menginap di sini sangat rawan den," jawab kusir tersebut. Jaka menganggukkan kepala lalu berdiam diri. Pandangan matanya menyapu ke segala penjuru. Semuanya terlihat gelap dan mencekam. Lampu obor di kanan dan kiri kereta bergoyang-goyang tertiup angin. Rombongan panjang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status