 LOGIN
LOGIN
Jaka Geni mempersiapkan tenaga dalamnya di tangan kanannya. Dan juga satu lagi di kaki kirinya. Sura Jali melesat ke arah Jaka Geni dengan tatapan mata dingin. Wujudnya sedikit seram setelah empat tangannya muncul di punggung siluman itu. "Tangan itu, aku harus menghindarinya..." batin Jaka Geni. Tangan kiri Sura Jali menghantam ke arah batok kepala Jaka Geni. Dengan cepat Jaka Geni memiringkan tubuh ke kanan hingga pukulan itu pun meleset. Lalu kaki kiri Jaka yang sudah di penuhi tenaga dalam menendang ke arah dada. Sura Jali menatap dengan pandangan kaget. Namun dia gunakan tangan kanan untuk menangkis. Buk! Kaki Jaka Geni menghantam lengan kiri Sura Jali. Tubuh siluman itu oleng ke kiri dimana tangan kanan Jaka Geni telah siap dengan tinjunya yang dipenuhi tenaga dalam. Tangan Jaka Geni melesat menuju rusuk kiri Sura Jali. Sedikit lagi mengenai tubuh lawan, tiba-tiba Sura Jali sedikit membelokkan tubuhnya ke kanan sehingga yang ada di depan Jaka Geni saat ini adalah punggun
Jaka Geni bertarung tanpa henti dengan para siluman di hutan batu. Entah sudah berapa ratus siluman yang berhasil dia kalahkan. Yang membuat Jaka semakin bersemangat adalah setelah dia bisa mengalahkan siluman, ada sesuatu di dalam tubuhnya yang meningkat. Dari segi jurus dan kecepatan, Jaka sudah meningkat pesat. Tenaga dalam mulai terlahir kembali. Terbentuk dengan kekuatan baru. Meski belum sempurna. Para Siluman itu adalah siluman yang tengah menjalani hukuman di hutan batu. Mereka adalah siluman kelas bawah. Dan Jaka Geni bisa mengalahkan mereka dengan mudah. "Aku merasa kekuatanku meningkat sangat cepat!" batin Jaka. Dia merasakan kekuatan serangnya hampir sama dengan saat dia turun gunung pertama kali. Itu sudah cukup untuk bertarung melawan Pendekar sekelas Ki Damar. Namun Jaka Geni tidak cukup puas dengan itu. Dia ingin terus melatih tubuhnya sampai pada batasnya.~Hari ke sepuluh Jaka berlatih, ada satu kemajuan ya
Nyai Lanjar membawa Jaka Geni menuju sebuah tempat yang terlihat seperti hutan batu. Batu-batu menjulang tinggi di kawasan itu. "Ini tempatmu berlatih. Tenang saja, meski lama di dunia ini, di dunia nyata sana hanyalah sebentar. Sebagai perbandingan, kamu berlatih di sini selama sepuluh hari, di dunia nyata sana kamu hanya berlatih selama satu hari." kata Nyai Lanjar. Jaka Geni menatap takjub. Dia kagum dengan semua yang ada di kerajaan Nyai Lanjar. "Kamu begitu baik padaku, kelak aku akan menolong rakyatmu Nyai," kata Jaka Geni membuat wajah Nyai Lanjar memerah. "Jaka, aku... Aku mau memberimu sesuatu," ucap Nyai Lanjar sedikit ragu. Jaka Geni menatapnya sesaat. "Apa yang mau kau berikan padaku?" tanyanya. "Tapi, ah sudahlah. Lain kali saja," kata Nyai Lanjar. Jaka langsung menggenggam jari Nyai Lanjar. "Katakan saja Nyai, sepertinya kamu malu untuk mengatakan nya. Aku tidak akan membuatmu mal
Mata Nyai Lanjar menatap Jaka Geni dengan tatapan aneh. "Bagaimana kau tahu tentang istana Ratu Ambarwati? Apakah kau pernah di sana?" tanya Nyai Lanjar dengan wajah penuh selidik. Jaka Geni sedikit khawatir jika dia jujur kepada Nyai Lanjar tentang istrinya Ratu Ambarwati. Melihat tanggapan Nyai Lanjar yang seolah tidak suka mendengar nama Ratu Ambarwati membuat Jaka Geni berpikir untuk tidak menceritakan tentang siapa dan ada hubungan apa antara dia dan Ratu Ambarwati. "Aku pernah menyelamatkan Putri Kerajaan Sigaluh. Dia di culik oleh siluman Kampung Setan. Kebetulan sekali Kampung Setan itu adalah wilayah Kerajaan Wates." ujar Jaka mencoba untuk tidak menceritakan semua tentang Ratu Ambarwati. "Lalu, apa yang kau lakukan di Kampung Setan itu?" tanya Nyai Lanjar. "Aku menyelamatkan Putri, menghancurkan kampung laknat itu!" jawab Jaka penuh semangat. Nyai Lanjar tersenyum kecil. "Apakah kau tidak
"Bagaimana anak muda, apakah kau setuju menjadi pengikut ku selama tiga tahun?" tanya Nyai Lanjar sambil tersenyum menampakkan kecantikan yang luar biasa. "Tunggu dulu Nyai, apakah sebenarnya kau mempunyai hubungan dengan Ratu Laut Selatan?" tanya Jaka Geni yang masih penasaran. Wanita itu menghela nafas panjang. "Aku adalah abdi Kanjeng Ratu Laut Selatan. Di kerajaan laut, dia adalah Ratu terkuat dengan banyak abdi di seluruh lautan. Aku hanyalah salah satunya, apakah kau sudah puasa dengan jawaban itu?" tanya Nyai Lanjar masih dengan keadaan duduk bersimpuh di hadapan Jaka. Pemuda itu terdiam beberapa saat. "Tahukah Nyai, mata hijau ini aku dapat dari siapa?" tanya Jaka Geni. Mata Nyai Lanjar menatap tajam. Lalu sejurus kemudian dia tersenyum. "Mata itu adalah milik Blorong, Panglima Perang Ratu Laut Selatan. Itu sebabnya aku penasaran dengan mata hijau milikmu. Berkat itu kau bisa melihat semua makhluk yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa." kata Nyai Lanjar. "Benar N
Kapal besar itu mulai berlayar meninggalkan dermaga besar kerajaan Telaga Mulya. Angin berhembus cukup kencang. Bendera perdagangan di kibarkan menjulang tinggi di atas tiang. Jaka Geni dan Utari Dewi duduk di geladak kapal. Di sana ada Ki Wongso dan beberapa pendekar dari rombongan lain juga. Orang tua yang di kelilingi para pendekar muda itu akan bercerita tentang sebuah cerita turun temurun dari para pedagang antar negara. "Di laut utara ini konon ada satu ekor makhluk yang kita sebut sebagai Siluman Laut Utara. Wujudnya adalah seekor ular raksasa. Bahkan kepalanya saja sebesar kapal ini!" kata Ki Wongso mulai bercerita. Semua yang mendengar takjub jika benar kepala Ular itu sebesar kapal yang mereka tumpangi itu. "Apakah Ki Wongso pernah melihat siluman itu Ki?" tanya salah satu Pendekar dari Pandan Arang. Ki Wongso tersenyum. "Pernah sekali. Apakah kalian mau mendengar cerita dariku ini? Ini cerita lama ku saat mengawal rom








