Accueil / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 29. Badai Asmara Maharani

Share

29. Badai Asmara Maharani

Auteur: Gibran
last update Dernière mise à jour: 2025-06-19 06:04:46

Perhatian! (Episode ini mengandung adegan dewasa!) bagi yang berumur di bawah 18+ di sarankan untuk tidak membacanya. Terimakasih.

Jaka menatap mata indah yang sangat menawan itu. Tidak diragukan lagi, gadis yang ada di depannya benar-benar sangat cantik. Julukan gadis tercantik di Kerajaan Sigaluh bukan sekedar isapan jempol belaka. Jaka melihatnya dengan mata kepalanya sendiri secara langsung. Dan sekarang ada di hadapannya, dengan jarak yang sangat dekat. Yang bahkan jika bibirnya monyong sedikit saja, bibir mereka sudah saling berciuman. Hidung keduanya saja sudah saling bersinggungan. Begitu dekat jarak mereka berdua. Hingga mereka bisa merasakan hembusan nafas dari orang di hadapannya.

Jantung keduanya berdebar keras laksana genderang perang yang ditabuh. Mereka saling memperhatikan dengan tatapan teduh. Jaka tersenyum. Sebuah senyum yang menyejukkan hati gadis cantik itu.

"Dari jarak sedekat ini, aku benar-benar mengakuinya, kau itu cantik
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   30 . Rahasia Yang Terkuak

    Pagi hari saat matahari menampakan sinarnya, sebuah kereta kuda berhenti di depan sebuah gubuk. Di belakang kereta berjajar sepuluh gadis cantik berpakaian biru transparan. Dari dalam kereta, turun seorang gadis cantik mengenakan pakaian warna merah menyala. Dengan anggun dia melangkah ke arah gubuk kayu. Seseorang pemuda gondrong berpakaian putih dengan ikat kepala warna biru muncul dari balik pintu gubuk. Disusul seorang gadis cantik jelita mengenakan pakaian serba putih di belakang pemuda tadi. Mereka tak lain adalah Jaka Geni dan Maharani. Di belakang mereka muncul seorang gadis lagi yang tak kalah cantik dengan semua wanita yang ada disitu. Dia adalah pelayan yang tinggal bersama Jaka dan Maharani. "Luh Nastiti," panggil gadis berpakaian merah yang tak lain adalah dayang Luh Rinjani. Dia adalah dayang yang kemarin menemui Jaka dan Maharani. Gadis yang dipanggil Luh Nastiti itu menghampiri Rinjani. Di depan Rinjani dia membungkuk hormat. "Apakah ben

  • Perjalanan Sang Batara   29. Badai Asmara Maharani

    Perhatian! (Episode ini mengandung adegan dewasa!) bagi yang berumur di bawah 18+ di sarankan untuk tidak membacanya. Terimakasih. Jaka menatap mata indah yang sangat menawan itu. Tidak diragukan lagi, gadis yang ada di depannya benar-benar sangat cantik. Julukan gadis tercantik di Kerajaan Sigaluh bukan sekedar isapan jempol belaka. Jaka melihatnya dengan mata kepalanya sendiri secara langsung. Dan sekarang ada di hadapannya, dengan jarak yang sangat dekat. Yang bahkan jika bibirnya monyong sedikit saja, bibir mereka sudah saling berciuman. Hidung keduanya saja sudah saling bersinggungan. Begitu dekat jarak mereka berdua. Hingga mereka bisa merasakan hembusan nafas dari orang di hadapannya. Jantung keduanya berdebar keras laksana genderang perang yang ditabuh. Mereka saling memperhatikan dengan tatapan teduh. Jaka tersenyum. Sebuah senyum yang menyejukkan hati gadis cantik itu. "Dari jarak sedekat ini, aku benar-benar mengakuinya, kau itu cantik

  • Perjalanan Sang Batara   28. Sandiwara

    Jaka Geni nyengir bingung mau menjawab apa. Sementara enam gadis cantik itu masih menunggu jawaban darinya. "Ini pekerjaan Maharani, sial...! Tapi tak apa kan, bohong..." batin Jaka lalu tersenyum pada enam gadis itu. Mata keenam gadis itu menatap tajam. "Aku memanglah suaminya, dia biasa memanggilku kakang dan aku memanggilnya adik. Bukankah wajar kan, nona Lih Rinjani?" kata Jaka dengan tersenyum lebar. "Kau tidak berbohong kan pendekar!?" tanya Luh Rinjani dengan pandangan mata penuh selidik. Jaka tertawa lebar, lalu menarik tangan Maharani hingga tubuh gadis itu berada di pelukannya. Mereka berdua saling tatap dengan wajah yang sangat dekat. Bahkan mereka bisa mendengar nafas mereka. Jaka tersenyum kecil. "Kau yang inginkan ini putri, jangan marah padaku..." bisik Jaka pelan. Maharani tidak paham apa yang Jaka katakan. Namun jantungnya seakan mau meledak saat bibir pemuda itu telah mendarat di bibirnya. Mereka berciuman dengan mesra. Mahar

  • Perjalanan Sang Batara   27. Kerajaan Wates

    Jaka Geni membuka matanya perlahan. Matanya menyipit saat sinar matahari menyapa wajahnya. Dengan perlahan dia bangun dari tidurnya. Matanya menyapu ke segala arah. Semuanya hijau dan terlihat indah. Terdengar gemericik air tak jauh darinya. Pemuda itu dengan perlahan melangkahkan kakinya menuju ke arah suara air. Sesampainya disana dia tertegun melihat seorang gadis cantik bak bidadari tengah mencuci pakaian. Jaka menatapnya tanpa berkedip. Baju putih si gadis terlihat basah oleh air sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Bahkan dadanya terlihat sangat jelas seolah gadis itu tak memakai pakaian sama sekali. "Siapa gadis ini...? Dia bukan tuan putri..." batin Jaka penasaran. Tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. "Kakang!" panggil seseorang dari belakang si pemuda. Jaka menoleh dan mendapati gadis cantik dan anggun yang tak lain adalah seseorang yang dia kenal, putri Maharani. Wajah cantiknya terlihat sumringah bahagi

  • Perjalanan Sang Batara   26. Dunia Alam Batas Terguncang

    Dalam keadaan yang sudah hampir pada batasnya, Jaka mundur dari pertarungan beberapa langkah dengan ilmu Kaki Awan. Nafasnya sedikit tersengal dan sesak. Sesaat matanya melihat ke arah Maharani yang masih terikat tanpa pakaian. Amarahnya seketika mendidih naik hingga ke ubun-ubun. Jaka cabut pedang besar yang ada di punggungnya. Pedang yang tak lain adalah Pedang Barong Ireng itu terlihat bersinar biru redup. Jaka kembali menyerang Laweni yang sedikit terkejut melihat pedang hitam itu. Namun dia segera menghindar dengan jungkir balik ke belakang beberapa langkah. Pedang itu menghantam tempat kosong. Kecepatan Laweni cukup menyulitkan Jaka yang berusaha sekuat tenaga sambil menyeimbangkan suhu tubuhnya dari hawa panas. Maharani terlihat cemas melihat keadaan Jaka yang sudah kelelahan. Namun Jaka masih membara. Puluhan jurus dia lancarkan. Tapi Laweni bisa mengimbangi setiap jurus milik Jaka. Bahkan, bisa meniru apa yang Jaka kerahkan. Hal ini

  • Perjalanan Sang Batara   25. Ritual Berdarah

    Jaka mempercepat langkahnya menyusuri jejak yang semakin terlihat samar. Hingga akhirnya jejak itu berhenti pada sebuah batu persegi berwarna hitam. Jaka memperhatikan batu itu dengan seksama. Beberapa kali dia coba memutarnya namun tak bergeming. Dia duduk sebentar sambil berpikir keras. Jelas sekali jejak itu berhenti di batu itu. Dia coba telusuri arah lain, tak ada jejak selain di dekat batu persegi itu."Ini aneh, batu persegi di tengah hutan...?" batin Jaka sambil terus memperhatikan batu itu. Sekilas Jaka melihat ada sebuah guratan di pinggir batu. Dengan cepat dia usap guratan yang penuh tanah itu. Pemuda itu terhenyak sesaat. Dibacanya satu tulisan sansekerta yang berbunyi, Wates Urip Pati.(Batas Hidup Mati).Jaka mengingat-ingat sebuah cerita yang Eyang Mahameru ceritakan. Sewaktu Eyang Mahameru berkelana di dunia persilatan, dia pernah menjumpai berbagai macam hal. Ada yang di luar nalar manusia, ada juga yang sama sekali tidak masuk akal. Eyang bercerit

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status