Jaka Geni berkelit dengan berguling kesamping kiri saat tendangan Bayan Taka menerjang kearahnya. Melihat tendangan nya mengenai tempat kosong, tubuh Bayan Taka berputar di udara satu kali, dan tangannya melepas pukulan tangan kosong ke arah Jaka Geni. Gelombang kekuatan melabrak tubuh Sang Pendekar dengan keras. Jaka Geni terpental cukup jauh hingga tubuhnya berguling beberapa kali di lantai batu. Dengan sedikit mengalirkan tenaga dalam Agni Maya, Jaka Geni bangkit berdiri. Namun tubuhnya oleng dan sempoyongan. Bayan Taka yang melihat Jaka lengah, segera berteriak menyuruh pasukan pemanah untuk memanahnya! Kali ini para prajurit kerajaan tidak sempat melindungi Jaka Geni karena mereka juga tengah disibukkan peperangan. Hanya para pemanah yang mencoba memanah para pemanah lawan hingga beberapa terbunuh. Namun, tetap saja masih adab ratusan pemanah yang telah siap memanah Jaka Geni yang masih sedikit sempoyongan. Ratusan pan
Sentana bersama Bayan Taka Penghianat Sigaluh memimpin serangan ke Gerbang Barat dimana yang berjaga di sana adalah Jaka Geni bersama dua ratus pasukan saja. Pasukan yang dibawa Sentana dan Bayan Taka hampir mencapai tiga ribu pasukan. Lini bagian sini lebih banyak dari pada yang lain. Karena seperti yang di duga Patih Sela Amarta, musuh akan menyerang dengan pasukan terbanyak di gerbang Barat karena sedikit penjaga di sana. Itu sebabnya di gerbang Utara pasukan berkuda kerajaan Sigaluh mencapai ribuan agar cepat mengalahkan musuh dan bergabung ke barat bersama Jaka Geni. Melihat lawan langsung menyerbu dengan tangga lalu menaikinya, Jaka Geni tak mau berlama-lama basa basi. Langsung saja dia kerahkan Ajian Gledek Membelah Langit bersama dua ajian Gledek lainnya. Yakni Gledek Sambar Nyawa dan Gledek Mengguncang Bumi. Para prajurit musuh yang tengah merangkak naik ke tembok seketika berhenti sesaat setelah melihat langit yang
Ribuan panah berapi menyambar para pasukan Karna yang berlari cepat. Mayat-mayat bergelimpangan dengan luka panah di berbagai bagian tubuh. Namun hujan panah itu tak menyurutkan serangan pasukan Karna. Mereka yang di pimpin Lawe Segara segera menaruh tangga di tembok untuk memanjat tembok tinggi tersebut. Namun pasukan pemanah yang ada di atas tembok segera memanah para prajurit musuh yang berusaha naik ke tembok. Namun karena saking banyaknya, tetap saja ada yang lolos naik ke atas. Pertempuran di atas tembok pun terjadi. Batu besar melayang masuk ke dalam tembok. Lesmana berteriak agar para pasukannya menghindar. Namun batu itu telah membabat puluhan prajurit wanita itu hingga yang terdengar hanyalah teriakan kematian. Tubuh mereka terpental dalam bentuk cerai berai. Lawe Segara berhenti di depan gerbang besar yang terbuat dari kayu berlapis granit dan baja. Sekuat apapun ajian, tak akan bisa menembus pintu tersebut. Dia mencabut kain kuning
Raja Rama memerintahkan ribuan pasukannya untuk menutup semua gerbang di istana. Total gerbang ada empat, yaitu Timur, Barat, Utara dan Selatan. Untuk mengantisipasi serangan diam-diam dari musuh, Raja meminta Patih Sela Amarta memerintahkan langsung pasukan pemburu untuk berjaga di dekat tembok yang rawan penyusup yaitu di tembok sebelah selatan. Dimana dibalik tembok tinggi itu adalah hutan Sigaluh. Sudah pasti musuh dengan ahli kecepatan akan naik melalui tembok ini mengingat penjagaannya yang sangat kurang. Sementara gerbang Selatan di jaga oleh Sesepuh Bara Yuda bersama ratusan prajurit tangguh yang sudah terlatih di medan perang. Sesepuh Bara Yuda sendiri adalah seorang pendekar sakti dari tempat yang jauh. Dia menjadi seorang sesepuh disitu karena Raja telah menganggapnya sebagai bapak sendiri. Panglima Surya Dhana bersama para perwira mengatur ribuan pasukan garis depan yang bertugas menjaga gerbang Timur, dimana gerbang itu adalah pintu utama menuju kerajaan.
Matahari telah menyinari bumi. Menerangi semua tempat yang semalam gelap tanpa cahaya. Gondo Sula dan Ki Brojo Mukti duduk di atas tumpukan ratusan mayat. Nafas mereka turun naik setelah bertarung hampir separuh malam. Semua musuh telah tewas di lembah itu. Hanya tersisa satu orang dari Gerombolan Iblis yang sengaja dibiarkan hidup. Namun dia dalam kondisi terikat. Dia masih pingsan. Bau anyir darah menyeruak dimana-mana. Darah benar-benar membanjiri tempat itu. Iblis Cantik yang masih nangkring di pohon menguap beberapa kali. Ki Brojo menatap wanita itu sebentar lalu menoleh ke arah Gondo Sula. "Siapakah kisanak ini?" tanya Ki Brojo. Gondo Sula tersenyum. Dia mengusap keringat yang membasahi kepalanya. "Aku Gondo Sula, orang memanggilku Si Cakar Iblis. Dia adalah Iblis Cantik atau nenek Sekar Wangi." kata Gondo. Ki Brojo menatap wanita yang masih tidur di atas dahan. Matanya teralihkan pada satu kantong hitam yang di gantu
Mata Gondo Sula tercekat melihat tubuh keris yang berwarna hijau tua itu. Dari dalam sarung keris tersebut muncul aura yang sangat aneh dan membuat sesak pernafasan. Seketika suasana tempat tersebut menjadi lebih dingin dan mencekam. Iblis Cantik mengangkat keris itu tinggi-tinggi. "Keris Batu Raden, aku meminta padamu, panggilkan siluman yang bisa menyembuhkan ajian Pengikat Arwah!" ucap Iblis Cantik dengan suara bergetar. Tangannya bergetar sesaat. Lalu dengan cepat wanita itu menggigit jarinya dan mengibaskan darahnya ke tubuh keris berwarna hijau terebut. Seketika setelah percikan darah itu menempel di badan keris, tiba-tiba sebuah asap putih muncul dari arah depan Iblis Cantik. Dan keluar sebuah kaki berwarna hitam legam dari asap itu. Kaki itu sangat besar. Hanya telapak nya saja sudah sebesar tubuh Gondo Sula! Melihat hal itu mata Gondo Sula tak bisa berkedip. Ini pertama kalinya dia melihat makhluk yang sangat seram seumur hidupnya. Ka