Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 57. Pendekar Topeng Emas

Share

57. Pendekar Topeng Emas

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-06-29 06:15:33

Lake Wera menatap tajam ke arah Jaka Geni yang terkejut didatangi oleh seseorang berbadan besar dengan golok merah besar di punggungnya.

Melihat rambut dan kumis orang itu Jaka menebak orang itu sudah tua.

"Pemuda, aku tanya padamu. Apakah kamu dengan dua wanita ini ada hubungan khusus!? Jawab dengan jujur!" hardik Lake Wera membuat semua pengunjung kedai tertuju padanya.

Jaka tersenyum.

"Kenapa aki bertanya seperti itu? Jelas-jelas dua gadis ini adalah orang penting dalam hidupku. Apakah ada yang salah aki?" tanya Jaka sambil tersenyum sedikit mengejek.

Lake Wera meradang seketika melihat senyum penghinaan itu. Para pengunjung yang melihat gelagat tidak baik segera berhamburan keluar. Termasuk si pemilik kedai.

Topeng Mas yang melihat para pengunjung kedai berhamburan panik, segera mendatangi kedai tersebut. Saat melihat Lake Wera yang tengah menatap marah ke arah Jaka, dia terkejut. Bukan terkejut pada Lake Wera yang marah ataupun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   246.Siluman Laut Utara

    Kapal besar itu mulai berlayar meninggalkan dermaga besar kerajaan Telaga Mulya. Angin berhembus cukup kencang. Bendera perdagangan di kibarkan menjulang tinggi di atas tiang. Jaka Geni dan Utari Dewi duduk di geladak kapal. Di sana ada Ki Wongso dan beberapa pendekar dari rombongan lain juga. Orang tua yang di kelilingi para pendekar muda itu akan bercerita tentang sebuah cerita turun temurun dari para pedagang antar negara. "Di laut utara ini konon ada satu ekor makhluk yang kita sebut sebagai Siluman Laut Utara. Wujudnya adalah seekor ular raksasa. Bahkan kepalanya saja sebesar kapal ini!" kata Ki Wongso mulai bercerita. Semua yang mendengar takjub jika benar kepala Ular itu sebesar kapal yang mereka tumpangi itu. "Apakah Ki Wongso pernah melihat siluman itu Ki?" tanya salah satu Pendekar dari Pandan Arang. Ki Wongso tersenyum. "Pernah sekali. Apakah kalian mau mendengar cerita dariku ini? Ini cerita lama ku saat mengawal rom

  • Perjalanan Sang Batara   245.Darmaga Talaga Mulya

    Dua hari rombongan Ki Wongso menginap di desa kecil itu dan tidak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka ke Telaga Mulya. Namun mereka harus melewati kerajaan Banyu Biru selama beberapa hari ke depan sebelum akhirnya bisa sampai perbatasan. Jaka Geni telah sembuh dari lukanya. Selama dua hari itu dia giat berlatih dengan guru barunya, Utari Dewi. Ki Wongso juga terkadang ikut memberikan beberapa jurus. Namun sayangnya, Jaka belum bisa menggunakan ajian sakti. Tenaga dalamnya masih sangat tipis. Mempertahankan pedang dalam genggaman selama pertarungan saja sudah cukup sulit bagi Jaka. Mengingat beberapa hari yang lalu lawannya adalah para pendekar dengan tenaga dalam cukup tinggi. Namun sedikit demi sedikit Jaka bisa meningkatkan tenaga dalamnya. Latihan yang Utari ajarkan cukup membuat perkembangan pada Jaka Geni. Meski nadi yang mengunci tenaga dalamnya masih terkunci, Jaka kini lebih bisa menguasai jurus yang lumayan mematikan. Kerajaan Ban

  • Perjalanan Sang Batara   244.Mengalahkan Begal Jalak Biru

    Malam semakin larut, pertarungan pun masih terus berlanjut. Ki Wongso melesat di samping Jalak Biru lalu menghantam dengan ajian Geger Gunung Slamet. Jalak Biru merasakan ada pergerakan di sebelah kiri nya. Namun dia terlambat, pukulan Ki Wongso telah bersarang di rahang nya. Tubuh Jalak Biru terpental hingga beberapa tombak dengan kepala muntir terbalik ke atas. Tubuhnya menghantam tanah dengan keras. Dua ketua yang melihat Jalak Biru terkena pukulan telak segera meninggalkan pertarungan mereka lalu menyerbu ke arah Ki Wongso. Waringin dan Jati Wangon menerjang penuh amarah setelah melihat kematian Jalak Biru yang mengenaskan. Ki Wongso tidak sendiri, di bantu para pendekar dia mengepung dua ketua itu. Pertarungan pun terjadi. Meski di kepung banyak pendekar namun Jati Wangon dan Waringin masih bisa menahan serangan. Sementara itu Projo mati-matian bertahan dari serangan Utari Dewi yang semakin di tahan semakin cepat gadis itu menyerang. "Sialan... Bagaimana aku lepas dari gadi

  • Perjalanan Sang Batara   243.Utari Dewi Mengamuk

    Pucung melihat perubahan mata pada Utari Dewi. Selain takjub, dia merasa merinding juga. "Apakah mata dia sakit? Bagaimana bisa warnanya berubah seperti itu?" batin Pucung sambil mengamati perubahan mata si gadis. Tanpa banyak bicara, Utari Dewi langsung melesat dengan sangat cepat! Bahkan Jaka Geni melihat gadis itu seolah menghilang. Karena dia melihat dengan mata biasa, berbeda dengan Pucung yang takjub dengan kecepatan Utari. Saat berjarak satu tombak, tiba-tiba Utari lenyap dari pandangan Pucung. Lelaki itu terkejut setengah mati. "Lenyap!? Bagaimana bisa!?" teriak Pucung kebingungan. Saat itulah dari sisi kiri tangan Utari Dewi bergerak menghantam. Tanpa melihat, Pucung yang merasa ada hembusan angin langsung bergerak cepat menebas ke arah kiri. Utari menarik kembali tangan nya. Hampir saja tangan kanannya terpotong oleh pedang Pucung. Dengan gerak cepat, Utari merunduk lalu kakinya menyambar kaki kanan Pucung. Krak! Terdengar tulang patah setelah kaki kiri Utari menya

  • Perjalanan Sang Batara   242.Pertarungan Di Tengah Malam

    Rombongan Ki Wongso bergerak perlahan di hutan yang gelap. Jaka Geni membuka matanya perlahan saat roda kayu itu menginjak batu kecil dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Di sebelahnya Utari Dewi masih memeluk dirinya dengan kepala bersandar di dadanya. Jaka Geni tersenyum melihat gadis itu terlihat sangat nyenyak. Jaka meletakkan kepala gadis itu di kursi dengan bantalan empuk. Lalu dia berjalan ke depan sambil membungkuk. Jaka duduk di sebelah kusir kereta. "Ki sanak, apakah kita tidak menginap di jalan terlebih dahulu. Sepertinya para kusir sudah kelelahan," ucap Jaka mengawali pembicaraan. "Masih di tengah hutan den, nanti kita akan istirahat setelah melewati hutan dan menemukan perkampungan. Jika kita menginap di sini sangat rawan den," jawab kusir tersebut. Jaka menganggukkan kepala lalu berdiam diri. Pandangan matanya menyapu ke segala penjuru. Semuanya terlihat gelap dan mencekam. Lampu obor di kanan dan kiri kereta bergoyang-goyang tertiup angin. Rombongan panjang

  • Perjalanan Sang Batara   241.Jalak Biru

    Sepulangnya dari kedai besar di sore hari, Jalak Biru langsung menuju kediamannya bersama puluhan begal anak buahnya. Sesampainya di sarang mereka, Jalak Biru duduk terdiam di kursi batu yang besar di dalam goa yang tak jauh dari kawasan perbatasan. Para kepala kelompok begal di panggil. Mereka ada lima orang. Saat terjadi perselisihan Jalak Biru dan Ki Wongso, lima orang ini berada di tempat lain. Begal Jalak Biru ini adalah salah satu kelompok begal yang lumayan besar di kerajaan Banyu Biru. Mereka suka menjarah para saudagar kaya yang melintasi perbatasan. Jalak Biru mempunyai lima tangan yang berpengaruh di gerombolan itu. Kelimanya itu adalah para begal tua yang sedari dulu mengikuti Jalak Biru. Nama Jalak Biru sendiri sebenarnya adalah nama ayah dari Jalak Biru yang sekarang. Dia menjadikan nama ayahnya yang sudah tewas di tangan Mahesa Birawa sebagai julukan dia sendiri. Sedangkan nama aslinya adalah Jalu Sastra Paningit. Seorang anak dari Jalak Biru hasil dari menghamili

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status