Share

5. Rumah Yang Aneh

Author: Nanda Safitri
last update Last Updated: 2025-04-21 12:11:10

Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.

Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?”

Deg

Satu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.

Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.

“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.

Dengan gemetar Anna pun membuka mulut. “Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja,” ujarnya lirih.

Samentha tersenyum miring. “Kamu mau membodohiku? Jangan sok polos di depanku!” serunya lantang.

Bahu Anna terangkat, matanya membelalak, alis gadis itu pun melengkung lebih tinggi. “Aku tidak bohong, tolong jangan sakiti aku!” pintanya dengan bibir yang begitu gemetar.

Tiba-tiba, Reihan datang. Pria itu berlari menghampiri sang nenek. Dengan terengah-engah dia berkata, “Kenapa nenek selalu mencampuri hidup Reihan?” tanyanya setelah berhenti persis di depan Samentha.

Anna yang mendengar pria tersebut memanggil dirinya sebagai Reihan pun akhirnya mengetahui nama pria itu. Pria yang telah berbaik hati memberikannya makan dan menolongnya dari pedofil.

Oh jadi namanya Reihan, ucap Anna dalam hati. Anna tidak pernah menyangka akan di pertemukan dengan pria seperti Reihan. Akan sangat tidak baik jika pertemuan ini terus berlanjut, karena sepertinya hidup Reihan juga sedang tidak baik-baik saja.

“Aku tidak tau gadis itu siapa. Yang pasti dia tidak ada maksud jahat kepadaku, Nek!” jelas Reihan.

“Apa kamu lupa dengan aturan yang sudah Nenek tetapkan untukmu, Amor?” tanya Samentha tegas.

“Nenek tidak berhak mengaturku! Dan segera lepaskan gadis tidak bersalah itu!” kekeh Reihan.

“Iya, Nek, tolong lepaskan aku! Aku tidak kenal dengan Reihan. Dia hanya orang asing yang telah menuduhku sebagai penguntit,” sambar Anna polos.

Sontak semua mata tertuju pada Anna. Berani-beraninya gadis itu memotong pembicaraan antara nenek dan cucunya tersebut.

Tongkat pun melayang. “Aku tidak suka jika ada yang memotong pembicaraanku ketika aku sedang berbincang!” teriak sang nenek dengan mata nyalang.

Arghhh!

Brakk!! Tongkat itu menabrak dinding persis di belakang Anna. Untunglah Anna mampu menghindar. Kalau tidak, kepalanya bisa bocor seperti salah satu bodyguard yang sempat terkena tongkat kematian sang nenek.

“Nenek!” seru Reihan lantang.

“Kenapa sikap nenek begitu anarkis? Sampai aku tidak dapat mengenal nenekku yang dulu. Aku kecewa, aku ingin bertemu dengan nenekku yang dulu,” ujar Reihan lirih. Tak terasa air mata pria itu pun mengalir.

Samentha terdiam. Dia berjalan terbata-bata dan masuk ke dalam rumah tanpa tongkat yang selalu menemaninya kemana pun dia pergi.

Reihan menoleh ke belakang. Menatap Anna yang terlihat sangat lemah. Bentakan nenek sukses membuat Anna linglung. Seakan ada sesuatu yang kembali merasuki hati kecil yang dibuat khusus untuk menampung semua kesedihannya.

Tangan Reihan melambai, memberi isyarat agar dua budak neneknya itu pergi. Setelah semua pergi dan hanya tersisa mereka berdua, Reihan berjalan perlahan menghampiri Anna.

Dia berhenti tepat di hadapan gadis tersebut. “Hei siapa namamu?” tanyanya serius.

Anna mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk lesu. Mata gadis itu sayu, bibirnya mencebik. Rasanya Anna ingin menangis sekeras yang dia bisa.

“Maaf! Aku membuat nenekmu marah,” ujar Anna pelan.

Reihan menghela napas pelan. Dia menarik Anna dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mereka berdua berjalan beriringan. Tangan gadis itu pun tidak dilepas, entah Reihan lupa atau memang sengaja ingin memeganginya. Mereka pun sampai di satu ruangan berukuran sedang.

Ceklek!

Pintu terbuka, hal pertama yang dilihat oleh Anna adalah warna dinding Berwarna merah menyala dengan jendela berwarna biru tua, ditambah pintu berwarna kuning. Semua saling bertabrakan tanpa harmoni sama sekali.

“Ini tempat apa?” tanya Anna polos.

“Beristirahatlah di sini dulu. Sekarang sudah larut, sangat bahaya untuk pulang,” ucap Reihan lembut.

Anna mengangguk paham. Rupanya itu adalah ruangan untuk dirinya beristirahat. Anna juga sudah merasa sangat lelah. Betisnya terasa sangat besar karena sudah berjalan cukup jauh hingga larut malam.

….

“Mana nenek?” tanya Reihan pada salah satu asisten di rumahnya.

“Nenek baru saja masuk ke dalam kamar, Tuan,” jawab salah seorang yang ada di sana.

Reihan mengangguk paham. Dia berjalan ke belakang rumah. Di tepi kolam dia duduk sendiri sembari menikmati rokok dan kopi yang dia buat sendiri.

“Ini ulahmu tua bangka. Jangan harap kamu akan hidup dengan tenang! Aku akan mengejarmu walau ke ujung dunia sekali pun,” ucap Reihan dengan raut wajah penuh emosi.

Sementara itu, di sisi lain, Anna tidak bisa tertidur sama sekali. Dia masih terngiang-ngiang dengan kejadian yang menimpanya baru saja. Gadis itu terus menatap pintu kamar yang tertutup. Anna sangat takut kalau tiba-tiba nenek Reihan datang menghampirinya.

Tap!

Tap!

Tap!

Terdengar suara kaki yang berjalan pelan di depan ruang tempat Anna beristirahat. Anna yang memang belum tidur pun sontak dibuat kaget oleh langkah kaki misterius tersebut.

Langkah kaki semakin dekat. Bahkan suaranya tidak hilang, seperti orangnya hanya mondar-mandir di depan kamar yang ditempati oleh Anna.

Anna terus merapalkan doa. Berharap Tuhan akan menolongnya. Atau setidaknya rasa kantuk datang dan dia dapat tertidur secepat mungkin.

Namun, doanya tak kunjung dikabulkan. Bahkan mata Anna semakin menyalang. Dia tidak mengantuk sama sekali.

“Tuhan, aku tidak ingin mati sekarang,” seru Anna lirih

Suara langkah kaki tersebut semakin cepat. Bahkan sekarang Anna makin dibuat gemetar oleh gagang pintu yang bergerak naik turun. Sepertinya orang tersebut ingin masuk ke dalam ruangan tersebut. Untunglah Anna mengunci kamar itu dari dalam.

“Aku tidak suka tempat ini!” serunya.

Sudah beberapa menit berlalu. Namun, orang misterius itu masih berusaha masuk ke dalam ruangan tersebut. Tidak ada suara orang sama sekali. Hanya ada ketukan yang semakin lama makin menuntut pada pintu.

Anna memutuskan untuk tidur walau susah. Dia menutup seluruh tubuhnya menggunakan kain untuk menghilangkan rasa takutnya.

“Jangan menganggu gadis itu!” terdengar seorang pria berteriak dari luar ruangan. Sementara, Anna sudah tertidur pulas. Entah sejak kapan dia tertidur. Namun, hal itu jauh lebih baik dibanding terbaring dengan rasa takut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

    Last Updated : 2025-05-06
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status