“Usia kamu sudah cukup untuk menikah. Kami memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan rekan bisnis kami,” kata seorang wanita dengan rambut yang sudah memutih.
“Kamu harus mempunyai keturunan untuk meneruskan perusahaan,” imbuh seorang pria di samping wanita tadi. Arsenio Jonathan Parvis. Pria tampan berusia 30 tahun. Presdir= Presiden Direktur dari perusahaan besar bernama Skyline Corporation. Baginya menikah adalah hal yang tidak penting. Ia tidak ingin repot-repot menjalin hubungan dengan orang. Apalagi jika dijodohkan tentunya akan melibatkan urusan bisnis. Hal terserbut malah semakin merepotkan baginya. “Aku akan menikah dengan pilihanku sendiri,” jawab Arsen pada akhirnya. Edward sebagai asistennya mendekat. Berbicara sangat pelan. “Sir guru Bastian ingin bertemu.” “Siapa? Guru menyebalkan itu?” tanya Arsen kesal. Belum usai urusannya dengan kedua nenek dan kakeknya. Ditambah dengan urusan adiknya yang tidak pernah selesai. “Yerin Anindya, Sir.” Edward menerima foto identitas Yerin sebagai guru. Arsen mengernyit. “Biarkan dia ke sini.” Arsen tersenyum miring penuh arti. “Tapi—” Arsen menatap tajam Edward yang hendak membantahnya. Ketika perempuan cantik masuk ke dalam ruangan. Arsen langsung berdiri menghampiri perempuan yang bersatus sebagai guru itu. Menariknya dan langsung menciumnya. Mengklaim perempuan itu sebagai calon istrinya. Bilang saja Arsen gila, tapi ini memang rencananya lolos dari perintah kakek neneknya. Rahangnya mengeras saat perempuan itu mencoba menolak. “Dia calon istriku,” lantang Arsen lagi. Yerin menggeleng keras.. Calon istri? Hell no! Yerin tidak akan menikah dengan pria ini!. “Tidak—” Penolakan yang diutarakan Yerin membuat Arsen menarik pinggangnya. Tangan Arsen bahkan dengan lancang memeluk pinggang yerin dari samping. “Kami akan menikah. Jadi kalian tidak perlu repot-repot menjodohkanku dengan wanita lain.” Arsen menatap kedua orang tuanya. Nenek dan kakek Arsen sontak langsung berdiri. “Arsen kamu benar-benar durhaka!” dari raut wajah, mereka terlihat sangat marah. Mereka langsung pergi tanpa mau repot-repot menyapa calon istri cucunya. Apalagi sang nenek melewati Yerin dengan raut sinisnya. “Jadi ini alasan Bu Yerin mendekatiku?” tanya Bastian sambil mendekat. “Jadi Bu Yerin sudah berhubungan dengannya.” Menunjuk Arsen dengan dagunya. Yerin menggeleng. “Bastian tunggu. Ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan.” “Tidak.” Bastian menggeleng. Ia kira Bu Yerin adalah guru yang berbeda. Ia kira, gurunya itu adalah orang yang tulus. Namun melihat hubungan Bu Yerin dengan kakaknya—pasti hanya mencari simpati saja. “Bu Yerin sama saja dengan guru yang lain. Sama-sama penjilat.” Bastian melewati Yerin sambil menyenggol bahu perempuan itu. “Bastian—” Yerin menatap punggung Bastian yang semakin jauh. Yerin beralih menatap pria tadi. “Apa yang anda lakukan?!” murkanya. Bagaimana bisa anda mencium saya dan bilang saya calon istri anda?” Arsen memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dengan santai. “Aku melakukan apa yang seharusnya dilakukan.” Yerin menghela nafas. “Saya bisa menuntut anda karena pelecehan.” Tunjuk Yerin dengan jarinya. Arsen tertawa. “Silahkan saja.” “Dasar setress!” Yerin berbalik. Ia akan kabur sejauh mungkin dari pria ini. “Ayo menikah!” teriak Arsen. Yerin berhenti. Ia tidak habis pikir dengan pria ini. Apakah dia sangat cantik hingga pria itu terobsesi dengannya? Yerin mengusap pipinya. Arsen mendekat. Ia mengamati Yerin dari atas hingga bawah. Ia berdecih pelan. “Jangan terlalu percaya diri.” Tertawa pelan. “Aku mengajakmu menikah kontrak. Kau akan mendapat bayaran setiap bulannya.” Pria ini benar-benar melukai harga dirinya. Yerin berbalik. “Menikah?” ia berkacak pinggang. “Cuma pria pengecut yang berani bermain-main dengan pernikahan.” “AAAAAA.” Teriak Yerin seiring dengan ujung kakinya yang terangkat. Ia menendang kepala Arsen hingga pria itu terjatuh di lantai. “Makan tuh nikah!” Arsen memegang dahinya yang sedikit berdarah. Ia masih sangat terkejut. Bahkan asistennya saja membeku di tempat. Yerin tersenyum puas. Setelah itu segera kabur—jangan sampai pria di depannya ini menuntutnya. Ia segera berlari keluar dari kediaman Parvis. “Sir anda baik-baik saja?” tanya Edward. Arsen mengepalkan kedua tangannya. “Sialan,” desisnya. “Dia benar-benar cocok menjadi istriku….”Yerin dan Arsen berjalan di tepi sungai. Sungai yang terkenal indah dan dikunjungi banyak orang ketika sore sampai malam hari. Tangan mereka saling bergandengan tangan. Yerin menghela nafas dalam. Dulu ia sering bersama adiknya berlari di sini. Yerin meremas pelan tangannya—bukan tangannya. secara tidak sadar ia meremas tangan Arsen juga. “Kenapa? Kamu tidak nyaman di sini?” tanya Arsen. Yerin menggeleng. “Tidak….” “Jujur saja..” Arsen meraih tangan Yerin satunya lagi. “Tanganmu berkeringat. “Tidak nyaman ya di sini?” “Aku hanya…” Yerin memejamkan mata sebentar. “mengingat adikku…” Bukannya marah Arsen terlihat khawatir. Lagipula untuk apa marah? Mereka ke sini untuk menyembuhkan luka Yerin. “Kita pergi saja ya?” “Aku juga ingin di sini.” Yerin menatap sekelilingnya. “Bagaimana kalau kita makan di minimarket itu?” Menunjuk sebuah minimarket yang tidak jauh dari sungai. Di sana ada mesin pemasak mie otomatis. Yerin mengajak Arsen ke sana. Seingatnya dulu
Di sebuah restoran. Yerin bersama Arsen menemui orang tuanya. Canggung. Meja yang berisi 4 orang itu tidak ada yang bersuara. Yerin menatap tangan ibunya yang terluka. Pasti banyak bekerja… Yerin menatap ayahnya—keadaan mereka sama. Katanya mereka saling mencintai. Tapi mereka saling menyakiti saat Yeonwoo pergi. Akhirnya memilih untuk berpisah. Arsen merasa tatapan ayah Yerin sedikit membuat bulu kuduknya merinding. Arsen berdehem sebentar. “Perkenalkan saya Arsen.” Yerin menjelaskan apa yang dikatakan Arsen pada ayahnya. Ayahnya hanya mengangguk saja. “Bagaimana keadaan kalian?” tanya Yerin. “Mama baik-baik saja.” ibu Yerin menjawab. Sejak pindah ke Indonesia, bahkan untuk sekedar panggilan saja Yerin mengubahnya. “Appa baik-baik saja?” tanya Yerin pada ayahnya. Saat berkomunikasi dengan ayahnya, Yerin menggunakan bahasa Korea. *Appa=ayah “Appa sehat.” Tersenyum meski sedikit canggung. matanya tidak terlepas dari Arsen. Pertama kalinya bisa melihat
Di sebuah pemakaman yang asri. Sebuah nisan yang bertuliskan nama Choi Yeonwoo. Yerin meletakkan bunga di atas makam adiknya. Air matanya tidak bisa dibendung lagi. “Mian…” lirihnya. “Nuna baru ke sini setelah bertahun-tahun…” Yerin mengusap air matanya. Arsen yang berada di sampingnya mengusap punggungnya pelan. Yerin mengajak Arsen untuk duduk di rumput langsung. “Gimana kabar kamu?” tanya Yerin menatap batu nisan adiknya. “Nuna pergi dan menjalani hidup baru. Nuna jadi Guru BK. Nuna juga sudah menikah. ada banyak hal yang sudah terjadi. Tapi Nuna tidak bisa memberitahu kamu secara langsung….” Yerin mengambil tangan Arsen. “Ini suami, Nuna.” “Annyeonghaseyo..” Arsen menunduk sebentar. Yerin tersenyum pelan. “Dari mana belajarnya?” “Melihat di internet sebentar. apa benar?” tanya Arsen. Yerin mengangguk. “Benar.” “Aku suami kakak kamu.” Arsen berkata dengan canggung. Arsen mengambil sapu tangannya. Di usapkannya di pipi Yerin yang basah. Istrinya itu tidak
21++ Lantai yang dingin. Tidak menjadi halangan. Malah menjadi suatu hal yang menantang bagi mereka. Yerin terlentang di atas lantai kamar hotel mereka. Arsen berada di bawahnya. Kepala pria itu berada di antara selangkangannya. Tubuhnya menggigil tapi juga panas. Menggigil karena lantai yang dingin, tapi juga panas karena sapuan lihda dari suaminya di bawah sana. Yerin bergerak dengan gelisah. “Ahh hmmmph!” Arsen menyesap milik Yerin di bawah sana. menjulurkan lidahnya samapi ke dalam milik Yerin. “Sayang… enak sekali ahh,” desahan Yerin. Arsen mencecap habis cairan yang berada di dalam milik istrinya. Membersihkannya meski nanti ia juga akan mengisinya lagi dengan cairan kental miliknya. “Sayang..” Yerin meremas dadanya sendiri. “Sepertinya aku…” Arsen meremas puncak dada istrinya itu lebih keras dan liar. Mencubitnya dan memelintirnya sesekali. Sedangkan mulutnya di bawah sana tidak berhenti menyesap dan melumat milik istrinya. “Ahh hmmph aku tidak
21++ Di dalam ruangan yang seharusnya dingin. Tapi bagi mereka berdua malah terasa sangat panas dipenuhi oleh gairah. Cinta yang membara menghantarkan hasrat yang tinggi. Yerin berpegang pada tembok di saat Arsen kembali menghujam miliknya dari belakang. Satu tangannya dibawa ke belakang. Pinggangnya di cengkram oleh jemari Arsenn. “Ahh! Hmpph!” Yerin mendongak. milik Arsen memenuhi miliknya keluar dan masuk. “Kamu nikmat sayang ohh!” Arsen meraih buah dada Yerin yang bergerak. Meremasnya kuat dan memelintirnya. “Ahh! Jangan akh ahh!” Yerin menggeleng. “Nikmat babe…” Arsen mengecup punggung Yerin. Hotel mahal ini… Pasti kedap suara. Tapi Yerin sebenarnya takut kalau suaranya bisa didengar. Tapi mengingat betapa mahalnya hotel ini, pasti ada privasi yang dijaga untuk pelanggan. Tidak peduli lagi meski suara desahannya terdengar keras. Yerin terserentak pelan saat tubuhnya ditarik. Jatuh ke atas pangkuan suaminya dengan milik mereka yang masih menyatu.
21++ Pakaian yang mereka gunakan mulai berjatuhan ke bawah. Satu persatu kain yang membalut tubuh mereka hilang. Berganti dengan tubuh mereka yang sama sekali tidak menggunakan apapun. Kulit mereka saling bersentuhan. Menghantarkan gairah manis namun juga liar. Arsen mendorong tubuh Yerin di tembok. Menyatukan kedua tangan istrinya itu ke atas. lalu, miliknya yang berada di bawah mulai melesak masuk. Masuk ke dalam milik istrinya. “Ahh!” Yerin memejamkan mata. Benda keras itu masuk ke dalam miliknya dan memenuhi miliknya. Arsen menunduk—mencium bibir Yerin dengan rakus. Perlahan mulai bergerak. “Babe…” racau Arsen. Rasanya masih sama ketika mereka pertama kali melakukannya. Candu… Tidak ada yang namanya bosan. Bahkan Arsen sama sekali tidak bisa memikirkan apapun saat percintaan hebat mereka sedang berlangsung. Seakan otaknya berhenti untuk bekerja. Arsen menekan miliknya maju dan mundur. Memasukkannya sampai ke dinding terdalam mili