Share

Chapter 6

Author: Iamyourhappy
last update Last Updated: 2025-05-09 10:18:22

Beberapa saat lalu, di ruang tamu kediaman keluarga Jarvis.

“Usiamu sudah cukup untuk menikah, jadi kami memutuskan untuk menjodohkanmu dengan putri rekan bisnis kami,” ujar seorang wanita berambut putih.

“Kamu harus punya keturunan untuk meneruskan perusahaan,” tambah pria tua di sampingnya, suaranya tegas.

Arsenio Jonathan Jarvis, 30 tahun, presiden direktur Skyline Corporation, hanya bersandar dengan wajah dingin. Baginya, menikah bukan hal penting. Apalagi jika harus dijodohkan. Sudah jelas hubungan semacam itu hanya penuh urusan bisnis dan merepotkan.

“Aku akan menikah dengan pilihanku sendiri,” ucapnya akhirnya.

Edward, asistennya, mendekat lalu berbisik. “Sir, guru Bastian ingin bertemu.”

“Siapa? Guru menyebalkan itu?” Arsen mendengus kesal. Belum selesai dengan kakek-neneknya, kini ditambah lagi dengan urusan adiknya.

“Yerin Anindya, Sir.” Edward menunjukkan foto identitas Yerin.

Arsen mengernyit, hendak mengusir, tapi kemudian dia terhenti, lalu tersenyum miring. “Biarkan dia masuk.”

“Tapi—”

Tatapan tajam Arsen membuat Edward bungkam seketika. Alhasil, asisten Arsen itu pamit undur diri sesaat.

Kedua kakek-nenek Arsen tampak bingung, tapi mereka tidak kian mendesak lantaran Arsen berkata, “Tunggu sebentar, ada yang ingin kuperkenalkan, Kek, Nek.”

Tak lama, pintu terbuka, seorang perempuan muda masuk ke ruang tamu. Wajahnya cantik, tapi jelas terlihat gugup.

Arsen langsung bangkit dari kursinya, melangkah cepat ke arahnya, lalu—tanpa peringatan—menarik pinggangnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Yerin.

“Arsen!” seru seorang wanita tua dengan nada marah.

Arsen melepaskan ciuman itu, lalu dengan tenang menggenggam tangan Yerin di hadapan semua orang. “See? Dia calon istriku.”

Di saat itu, Yerin tampak terpaku. “Istri. Saya? Bukan—” suaranya bergetar.

Namun Arsen kembali merangkul pinggangnya dengan lancang, lalu berkata, “Sayang, sudah kukatakan aku akan mengenalkanmu dengan keluargaku, kenapa kamu jadi malu-malu begini?”

Melihat Yerin semakin panik, Arsen merasa semakin terhibur.

“Ini salah paham!” seru Yerin.

Tapi, Arsen menangkap tangan wanita itu, lalu menunduk untuk berbisik. “Diam atau aku akan menciummu lagi?”

Arsen bisa merasakan tubuh Yerin menegang, lalu wanita itu menatapnya penuh kekagetan dan kemarahan, tapi tidak berdaya melawannya dan hanya bisa diam.

Di saat ini, Arsen menatap kakek-neneknya. “Kami akan menikah. Jadi, kalian tidak perlu repot menjodohkanku dengan wanita lain.”

Nenek dan kakek Arsen sontak berdiri, wajah mereka merah padam. “Arsen! Kamu benar-benar durhaka!” Mereka melangkah pergi dengan marah, bahkan sang nenek sempat melirik Yerin dengan sinis saat melewatinya.

“Jadi ini alasannya, Bu Yerin?” suara dingin terdengar. Bastian berdiri, menatap gurunya dengan sorot kecewa. “Ternyata dari awal Ibu sudah berhubungan dengan kakakku.”

“Tidak! Bastian, tunggu, ini semua salah paham!” Yerin meraih tangannya.

Namun Bastian menggeleng kuat. “Saya kira Ibu berbeda. Saya kira Ibu tulus. Tapi ternyata sama saja. Penjilat.” Ia melewati Yerin sambil menyenggol bahunya, lalu pergi meninggalkannya.

“Bastian—!” Yerin menatap punggung muridnya yang semakin jauh, hatinya mencelos.

Saat semua orang meninggalkan ruang tamu, Yerin pun berbalik ke arah Arsen, wajahnya memerah karena amarah. “Apa yang Anda lakukan!? Bagaimana bisa Anda mencium saya dan seenaknya bilang saya calon istri Anda!?”

Arsen dengan santai memasukkan tangannya ke saku. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”

“Seharusnya!? Saya bisa menuntut Anda atas pelecehan!” bentak Yerin, menunjuknya dengan jari telunjuk.

Arsen tertawa kecil. “Silakan.”

“Dasar stres!” Yerin menggeram, lalu berbalik hendak kabur. Ia tak ingin satu detik pun lagi berada di rumah gila ini.

Tapi, di saat itu—

“Ayo menikah!” suara lantang Arsen menghentikan langkahnya.

Yerin berhenti seketika, menoleh dengan mata membelalak. ‘Apa dia sudah gila!?’ Lalu, tangan Yerin refleks mengusap bibirnya, masih panas karena ciuman paksa tadi. “Kamu begitu suka pada kecantikanku sampai tidak bisa menahan diri dan mengajukan permintaan gila itu, hah?!”

Arsen mendekat perlahan, tatapannya menyapu dari atas sampai bawah. Ia berdecih. “Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak tertarik padamu,” ucapnya, membuat Yerin terperangah. “Aku hanya butuh pernikahan kontrak. Kau akan mendapat bayaran setiap bulan.”

Yerin terhenyak. Pria ini tidak hanya arogan, tapi juga tega melukai harga dirinya!

“Menikah kontrak?” katanya dengan nada sinis, berkacak pinggang. Lalu—

“AAAAA!” Yerin berteriak, mengejutkan Arsen dan Edward, terutama ketika kaki jenjang wanita itu terangkat tinggi, dan—

BUGH!

Tendangan Yerin tepat mengenai kepala Arsen, membuat pria itu jatuh terduduk di lantai. Dahi Arsen mengucurkan darah tipis.

Asisten Edward membeku di tempat, tidak percaya dengan apa yang baru terjadi.

Yerin tersenyum puas. “Makan tuh nikah!” katanya lantang, lalu berlari secepat mungkin meninggalkan kediaman keluarga Jarvis.

“Sir! Anda baik-baik saja?” Edward setengah panik.

Arsen bangkit perlahan, menekan dahinya dengan tangan. Tatapannya gelap, namun bibirnya melengkung.

“Sialan…” desisnya. “Dia benar-benar cocok menjadi istriku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 446

    “Akh!” Eve menyipitkan mata. Memegangi kepalanya yang terasa berat. Ketika ia menatap sekitar ia berada di ruang tamu Apartemennya. Keras… Punggungnya terasa remuk. Juga dengan tubuhnya yang menggigil. Eve mengernyit—melihat tubuhnya yang terbungkus oleh jas hitam kebesaran. Mengingat kembali kejadian tadi malam… “Shitt..” Eve bangkit dari lantai yang keras nan dingin ini. Semalaman tidur di lantai, membuat tubuhnya terasa dipukuli. Berjalan sempoyongan, Eve mengambil air minum. Setelah minum air putih—untuk sejenak ia duduk di pinggir pantry. “Apa yang aku lakukan tadi malam?” tanya Eve mengingat kembali. Menyusuri danau, mencari kalung dan cincin yang sudah dilempar oleh Nicholas lalu… “Bertemu dengan Bastian.” Eve menghela napas pelan. “Meski tawarannya menggoda, aku tidak boleh menerimanya.” “Harga diri nomor satu!” mengangkat tangannya dengan semangat. “Ya seperti itu!” menepuk dadanya sebentar. “Bagus, Eve. jangan termakan rayuan mantan.” Satu jam k

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chaapter 445

    “Kau gila,” balas Eve seketika. Ia mengibaskan tangan Bastian. Sialnya setelah terlepas, justru pinggangnya ditarik oleh pria itu. “Daripada kau mempertaruhkan nyawamu untuk kalung yang tidak seberapa harganya. Lebih baik kau memberikan tubuhmu padaku.” Eve menyipitkan mata. “Minggir,” balasnya. “Kau membuatku kesal.” Bastian menghela napas pelan. tapi kedua tangannya masih memeluk pinggang Eve. “Sangat sulit mencari kalung di sana—” menunjuk Danau. “Kau tidak tahu kalau banyak binatang yang ada di Danau? Ada ular bahkan ada binatang lainnya.” “Kau masih beruntung belum bertemu dengan mereka,” lanjutnya. Eve mengerjap—mendadak akal sehatnya kembali ke dalam kepalanya. Ia menggeleng pelan. “Kau pasti berbohong.” “Mana ada aku berbohong. Lihat saja ke sana, Danau itu terlihat menyeramkan. Kau pernah melihat orang sehat masuk ke dalam sana? tidak ‘kan? jangankan malam, siang saja tidak ada!” Eve menyipitkan mata. ia mendorong Bastian. “Minggir,” ucapnya.

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 444

    “Sepertinya ada yang turun ke danau. Mencari ikan?” tanya seseorang yang sedang menyetir. Bastian yang awalnya sibuk dengan ipadnya kini mendongak. Mendengar sopirnya bergumam. Ia mengikuti arah pandang sopirnya. Melihat ke arah bawah—di sana ada seorang wanita yang sedang turun ke danau. “Sekalian berenang mungkin,” timpal Bastian. Saat ini mobil sedang melewati jembatan. Bastian mengernyit pelan ketika melihat satu mobil yang terparkir di depan taman yang langsung terhubung dengan danau. Bastian bahkan hapal plat mobil siapa itu. “Tunggu..” mengernyit. Ia mengingat perkataan Brayson di klub. Jangan mencari masalah dengan Eve. Eve sedang sedih, takutnya bunuh diri. Bastian melotot. “Berhenti, pak.” Untuk itulah ia segera berlari ke dalam taman. Sampai menemukan seorang wanita yang saat ini sedang berada di dalam danau. Menyenteri air danau yang gelap. “EVE!” teriak Bastian. ia mendekat pada bangku yang terisi oleh sampah. Ada satu lembar yang menarik perha

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 443

    Eve menatap cincin dan kalung yang sudah berada di dalam danau. Sayang sekali, uang dibuang. “Pergi dari sini, apa yang kau tunggu?” tanya Eve. “Baik. aku akan pergi.” Nicholas menatap Eve sekali sebelum benar-benar pergi. “Ambil kalung itu dan jual saja. aku yakin kau membutuhkan uang.” “Pergi!” usir Eve yang sudah kehabisan kesabaran. Nicholas akhirnya pergi. Bersama bodyguard. Yang entah apa fungsinya. Nyatanya, Nicholas lebih menakutkan daripada penjahat lainnya. Siapa juga yang berani melukai psikopat sepertinya. Eve mengambil duduk kembali di bangku. Membuka kaleng birnya lagi. meminumnya sekali teguk. “Aaah….” Desahannya setelah merasakan kesegaran dari bir. Eve menatap ke depan. Danau yang sebenarnya tidak terlalu dalam. Danau yang bersih juga. “Apa aku ambil saja kalung dan cincinnya?” tanya Eve. “Tidak-tidak…” menggeleng pelan. “Aku pasti sudah mabuk!” menepuk kepalanya sendiri. Ia memakan kembali snacknya. Mengayunkan kakinya pelan. Eve mem

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 442

    Eve mengambil lembar tagihan rumah sakit yang harus ia bayar. Ia baru membayar setengahnya saja. Masih kurang…. Gajinya juga semakin berkurang setelah mendapatkan jadwal sedikit. Eve berjalan keluar dari rumah sakit. Pergi ke tempat di mana tidak ada orang. Tempat kesukaannya mungkin? Sebuah taman yang terletak di bawah jembatan. Dari tempatnya duduk—ia bisa melihat jembatan yang terisi oleh banyak kendaraan. Jembatan yang memiliki lampu begitu indah. Eve mengambil satu kaleng birnya. Meminumnya perlahan. Menatap lembar yang berada di tangannya. Semuanya berantakan. perusahaan ayahnya hampir bangkrut. Sekarang, rumah mereka sedang dalam dijual. Belum menemukan pembeli yang cocok saja. Dalam sekejap dunianya berubah. Eve menatap bulan yang bersinar dengan terang. Eve menghembuskan napasnya pelan. Menyugar rambutnya sebentar. “Tidak aku sangka aku bertemu denganmu di sini,” ucapan seseoran gyang langsung membuat Eve menoleh ke belakang. “

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 441

    Hingar bingar lampu. Suara bising musik yang bergema. Satu pria yang sedang duduk santai di lantai atas. Sesekali menatap ke bawah, di mana orang-orang sedang mengayunkan tubuh. Menikmati musik yang sedang diputar oleh DJ berpakaian minim itu. “Kau sudah mabuk?” tanya Brayson yang baru saja datang. Menatap Bastian yang sudah bersandar dengan santai. Tangan yang membawa minuman berakohol. “Tidak…” Bastian mengambil satu batang rokoknya. “Akhir-akhir ini tidak ada yang menyenangkan. Semuanya membosankan.” “Bagaimana dengan kabar adik Eve?” tanya Bastian. “Kenapa kau ingin tahu?” tanya Brayson dengan curiga. “Bagaimanapun dia itu muridku. Grey juga salah satu pemain berbakat. Jika kehilangannya, aku sama saja kehilangan calon pemain masa depan.” Brayson menyugar rambutnya. “Sejujurnya..” “Semuanya berantakan. Nicholas ternyata bajingan. Aku sungguh tidak menyangka jika pria itu brengsek. Aku kira aku sudah lama mengenalnya dan aku kira dia baik.” “Tapi ternyata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status