Home / Rumah Tangga / Perjanjian Sebelum Cerai / Bab 3. Syarat Dari Syifa

Share

Bab 3. Syarat Dari Syifa

Author: Sulistiani
last update Last Updated: 2024-06-24 12:05:35

"Apa syaratnya, Syifa?" tanya Ryan.

Syifa menghela nafas panjang lalu menatap Sherly dan Ryan bergantian, sejujurnya ia belum bisa menerima kehadiran wanita yang tengah hamil muda tersebut. Namun, ia belajar untuk ikhlas menerima takdirnya jika memang harus merasakan poligami dalam berumah tangga.

"Pertama kamu harus bisa adil dalam memperlakukan aku dan Sherly. Kedua, harus semakin meningkatkan ketakwaanmu kepada Allah. Ketiga, harus dapat menjaga aku dan Sherly, baik menjaga agama maupun kehormatan kami," ucap Syifa.

Syifa mengatakan hal itu setelah ia membaca tentang syarat-syarat poligami, ia berharap sang suami bisa melakukan ketiga hal tersebut agar rumah tangga mereka bisa akur dan damai.

"Aku akan berusaha melakukan hal yang tadi kamu sebutkan, Syifa. Terima kasih mau menerima Sherly dan calon anaknya dalam rumah tangga kita," ucap Ryan.

Syifa menganggukkan kepalanya lalu kembali meneguk segelas air putih yang ada di hadapannya, sejujurnya di sudut hati yang lain menolak kehadiran Sherly dan kehamilannya. Namun, separuh hatinya ingin mempertahankan pernikahannya dengan Ryan sebab lelaki itu selama ini tidak pernah mengecewakannya. Alasan yang diberikan Ryan kepadanya juga cukup membuat wanita cantik itu berpikir ulang untuk mundur dari pernikahan.

"Terima kasih sudah mau menerima ku, Mbak Syifa. Mas Ryan boleh kan tidur di kamarku?" tanya Sherly.

Syifa reflek menatap Sherly saat wanita itu bertanya hal tersebut, lalu ia memejamkan mata tak mampu menjawab pertanyaan Sherly.

"Maksudku gantian, Mbak Syifa. Malam ini mas Ryan di kamarku dan malam besok di kamar Mbak, begitu seterusnya," ucap Sherly dengan nada yang merendah saat melihat ekspresi Syifa.

Syifa menganggukkan kepala, membayangkan hal itu saja membuat dadanya sesak. Namun, ketika ia sudah memutuskan untuk menerima pernikahan suami nya dengan Sherly artinya ia sudah harus siap dan terbiasa dengan hal seperti itu.

"Semoga kita bisa jadi istri Mas Ryan yang akur ya, Mbak," ucap Sherly.

"Syifa, kamu lebih dewasa dari Sherly jadi aku harap kamu bisa mengajari Sherly menjadi istri yang baik. Anggap dia adikmu sendiri," ucap Ryan seraya menggenggam tangan Syifa.

"Aku hanya manusia biasa, Mas. Sudah syukur aku bisa menerima pernikahan kalian dan akur dengan dia, aku pun sedang belajar untuk ikhlas jadi jangan berharap lebih padaku," ucap Syifa.

"Iya, aku berterima kasih kamu mau menerima pernikahan aku dan Sherly, percayalah semua ini demi kebaikan kita," ucap Ryan.

Syifa menganggukkan kepala berusaha percaya dengan apa yang di katakan sang suami, meski hatinya terluka cinta untuk sang suami kian besar sehingga berharap sang suami masih bisa memberi kebahagiaan meski harus menjalani poligami dalam rumah tangga.

Seperti biasa setelah sarapan Ryan berangkat kerja, Syifa mencium tangannya dan Ryan mengecup kening Syifa. Pemandangan yang berbeda membuat Syifa menelan salivanya saat Ryan melakukan yang sama kepada Sherly.

Setelah Ryan pergi Syifa membersikan meja makan dan ingin mencuci piring kotor, tetapi Sherly menawarkan diri untuk menggantikan Syifa mencuci piring.

"Biar aku yang cuci piring, Mbak," ucap Sherly.

"Kamu bisa?" tanya Syifa.

"Bisa, kan dulu aku kerja di restoran jadi biasa cuci piring," ucap Sherly.

"Ya sudah kalau gitu aku cuci baju dulu," ucap Syifa lalu meninggalkan Sherly.

Wanita cantik itu memasukan baju kotor ke dalam mesin cuci dan melakukan aktivitas pagi seperti biasa, saat ia ingin menyapu lantai ia lihat Sherly sudah melakukan hal itu.

"Mbak, aku sudah nyapu jadi Mbak tinggal ngepel. Kalau kita selalu seperti ini pekerjaan rumah tangga jadi terasa ringan, kan!" ucap Sherly sambil tersenyum.

Syifa tersenyum dan menganggukan kepala, ia mulai merasa Sherly cukup baik. Wanita cantik itu pun mulai mengepel lantai, setelah itu Syifa menyiram bunga dan Sherly mengelap kaca. Tiba-tiba Dina sang mertua datang dan memarahi Syifa karena melihat menantu barunya sedang mengelap kaca.

"Ya ampun, Sherly. Ngapain kamu ngelap-ngelap kaca seperti ini, kamu lagi hamil muda. Pasti Syifa yang menyuruhmu ya!" ucap Dina.

Syifa menghentikan aktivitasnya menyiram bunga, tetapi ia tidak menjawab ucapan sang mertua. Ia tahu apapun yang dikatakannya sang mertua tak akan pernah percaya dan Syifa selalu salah di mata Dina.

"Bukan Mbak Syifa yang nyuruh aku, Mah. Aku aja yang ingin membantu kerjaan rumah, biar mbak Syifa gak kecapean dan adil," ucap Sherly.

"Udah gak usah kamu bantu-bantu dia, kamu yang gak boleh kecapean karena kamu sedang hamil dan mengandung anak Ryan, cucuku. Biarkan saja kerjaan rumah di kerjakan wanita mandul itu, dia gak bisa kasih anak buat Ryan minimal bisa berguna lah di rumah ini," ucap Dina lalu menarik tangan Sherly membawa menantu barunya duduk di sofa.

Syifa memejamkan mata, hidungnya kembang kempis mendengar ucapan sang mertua. Dua tahun terbiasa mendengar kata kasar dan segala umpatan sang mertua padanya, tetapi saat Dina menyebutnya

sebagai wanita mandul Syifa tetap merasa hatinya terluka.

"Baru dua tahun aku menikah, Mama jangan katakan aku mandul. Bahkan ada yang 10 tahun menikah baru di karuniai anak," ucap Syifa.

"Lalu kamu mau Ryan menunggu selama itu untuk mendapatkan anak darimu, lihat Sherly. Baru satu bulan menikah dengan Ryan langsung hamil, artinya kamu memang mandul!" ucap Dina.

"Mah, aku sudah periksa ke dokter dan dokter mengatakan aku tidak mandul dan tidak ada masalah apapun. Mas Ryan yang belum melakukan pemeriksaan karena dia selalu menolak," ucap Syifa.

"Jadi kamu nuduh Ryan yang mandul? Sadarlah Syifa, di dalam perut Sherly adalah anak Ryan, artinya dia tidak mandul dan kamu yang mandul. Sudah jangan banyak omong lebih baik kamu ambilkan minum untukku!" ucap Dina.

Di sisi lain, seorang lelaki tampan berjalan tegap menyusuri koridor perkantoran. Lelaki itu sangat menawan dengan setelan jas yang terlihat rapi, semua mata karyawan wanita menatapnya penuh kekaguman.

Tok

Tok

Tok

Athar mengetuk pintu ruangan bosnya, ia pun masuk setelah di izinkan oleh bosnya.

"Permisi, Pak. Maaf menggangu, saya ingin mengajukan cuti untuk seminggu kedepan," ucap Athar.

"Cuti seminggu? Ada hal penting apa hingga orang rajin sepertimu meminta cuti seminggu?" tanya Satria CEO di perusahaan Pramudya Grup.

"Saya ingin pulang kampung," jawab Athar.

"Apa kamu akan menikah?" tanya Satria.

"Tidak, Pak. Saya hanya ingin melihat situasi di kampung yang sudah lama tidak saya datangi," ucap Athar.

Satria memberi izin kepada Athar dan Athar pun langsung mengemudikan mobilnya menuju kampung tempatnya dilahirkan. Tadi malam ia bermimpi melihat sahabat kecilnya menangis begitu menyedihkan, Athar mencoba menghubungi nomornya. Namun, tidak tersambung sehingga memutuskan untuk pulang kampung dan memastikan keadaanya.

Setelah beberapa jam berkendara bahkan hampir setengah hari, Athar pun tiba di desa kelahirannya. Lelaki tampan itu langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah sahabatnya, tetapi ketika mobilnya berhenti di depan rumah itu, ia malah melihat sahabatnya sedang menangis di samping rumah.

"Hal apa yang membuatmu menangis tak kenal tempat, Syifa?" tanya Athar seraya mengulurkan sapu tangan kearah Syifa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
thina
baru bab 1 langsung ogah lanjut
goodnovel comment avatar
Anita Maskanah
dahlah GK mau lanjut baca
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
pidah aja sama si ryan .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 115. Bahagia

    "Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 114. Lamaran.

    "Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 113. Materialistis

    "Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 112. Keluarga Athar

    "Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 111. Syarat Banyu

    "Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 110. Meminta Restu

    "Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status