Share

Bab 4

Author: You Lee
last update Last Updated: 2023-08-09 14:59:43

(Meminta Pertanggungjawaban)

Fauzan yang sudah tertidur seketika terhenyak bangun karena kaget, saat mendengar teriakan histeris dari teman satu kobongnya.

“Redi, elu kenapa?” tanya pemuda yang memiliki sorotan mata yang tajam itu dengan raut wajah penasaran.

Redi lalu menunjuk ke depan sambil melotot. “Li—lihat, di sana a--ada genderewo!”

Fauzan pun langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh sang teman. “Genderewo apaan? Itu gambar anime, lagian kenapa di pondok ada gambar anime segala, sih? Harusnya elu pasang kaligrafi arab atau foto ulama biar adem lihatnya!”

Redi kemudian spontan mengarahkan wajah temannya tersebut ke arah mahkluk yang ia maksud. “Coba elu lihat ke sana.”

Mata Fauzan menyipit dan mencoba melihat jin yang dimaksud oleh pemuda itu, tetapi ia sama sekali tidak melihat apa pun di sana.

“Mana? Di sana tidak ada apa-apa. Elu tadi mimpi kali,” kata Fauzan seraya melepaskan tangan Redi yang sedang memegang wajahnya. “Sudahlah, sekarang mendingan elu tidur lagi.”

Awalnya Redi menolak untuk kembali tidur karena ia takut kepada makhluk yang sering disebut genderewo oleh penduduk sekitar itu yang mengancam akan membawanya ke alam jin.

Namun, makhluk menyeramkan tersebut ternyata tiba-tiba saja menghilang dari pandangan santri putra bertubuh kurus dan berkulit sawo matang itu.

Akhirnya Redi kembali berbaring di samping temannya dan mencoba untuk memejamkan mata rapat-rapat dan berusaha melupakan sosok makhluk tadi.

***

Malam semakin larut, angin pun berhembus cukup kencang dan membuat salah satu jendela kamar santri putri terbuka.

Santri putri yang tidur di kamar tersebut sampai terbangun, karena ia kaget saat mendengar suara jendela yang mendadak terbuka itu.

“Astagfirullahaladzim. Engsel jendela ini sepertinya harus diganti deh, biar tidak langsung terbuka kalau ada angin kencang kayak gini, bikin takut aja,” cerocos si santri putri sembari berdiri dan melangkah ke arah jendela.

Namun, tiba-tiba muncul sosok jin menyeramkan dengan mata yang menonjol keluar, tepat di depan wajah santri putri itu.

Santri tersebut pun sontak menjerit hingga membuat santri lain yang sedang terlelap tidur mendadak membuka mata dan berlarian menghampirinya.

“Aaa …!”

“Titin, ada apa? Kenapa kamu malam-malam begini teriak kayak gitu? Ngagetin aja?” tanya salah satu santri putri.

“Titin, Titin … nama gua Cristine, bukan Titin!” tukas santri yang berteriak tadi.

“Iya, tapi 'kan elu udah jadi mualaf, setelah dua minggu lalu baca dua kalimat syahadat di sini, jadi harusnya elu ganti nama yang islami gitu,” saran santri lain.

“Iya, nanti gue mau cari nama islami, tapi tolong tutupin jendela kamar gue tuh, gue takut, soalnya tadi ada kuntilanak nongol di situ!” tunjuk Christine dengan raut wajah yang pucat pasi.

Semua santri putri pun seketika saling menatap satu sama lain, sambil mengusap tengkuk masing-masing yang berdiri tegak.

Kemudian, tiba-tiba di antara mereka ada yang buang angin sembarangan dengan suara cukup kencang, sehingga para santri tersebut menjadi kaget dan akhirnya menjerit karena ketakutan.

"Aaa ...!"

***

Di tempat lain, Kiai haji Solehudin sedang melakukan salat sunah malam seorang diri di kamarnya. Setelah salat selesai, ia lanjut berdzikir dengan khusuk.

Namun, kemudian pria yang sudah mulai renta tersebut dikejutkan dengan kedatangan sesosok jin ifrit muslim berjenis kelamin perempuan yang mengenakan pakaian serba putih.

Jin yang menampakan wujudnya seperti manusia itu berdiri tepat di hadapan sang kiai. “Assalamualaikum, Pak Kiai, namaku Nyimas Dewi Sekar Asih.”

“Waalaikumsalam. Ada apa kamu menemuiku?” Kiai haji Solehudin terheran-heran.

“Aku sengaja datang ke sini untuk menemuimu karena ingin meminta pertanggung jawaban darimu.” Ucapan dari jin itu membuat sang kaia seketika melipat keningnya yang sudah berkeriput.

“Tanggung jawab apa yang kamu maksud?” tanya sang kiai penasaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib    Bab 15

    (Bisikan dari Jin Kafir)“Lihat apa, Dek?” tanya satpam yang bekerja di rumah keluarga besar Fauzan itu dengan dahi yang mengkerut.“Tidak apa-apa kok, Pak, tadi mungkin saya cuma salah lihat saja.” Saryh tersenyum kecil.“Oh, saya kira ada apa.” Satpam itu menghela napas pendek.“Tidak ada, Pak, maaf.” Putri sang kiai menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tertutup hijab pasmina berwarna abu-abu itu. Ia merasa tidak enak kepada Pak satpam.“Enggak apa-apa, Dek, mari silahkan masuk, biar saya panggil dulu Bu Fani-nya, beliau mungkin sedang ada di belakang,” kata Pak satpam sambil membuka pintu rumah itu yang tidak terkunci. “Ayok, silahkan duduk dulu, Dek.”“Baik, Pak, terima kasih banyak.” Sarah tersenyum ramah.“Sama-sama, Dek, tunggu sebentar, yah.” Satpam tadi langsung bergegas mencari ibunya Fauzan---Fani.Sarah pun kemudian duduk di kursi yang ukiran dan modelnya sangat tradisional serta unik, mungkin bisa dibilang barang antik.Bukan hanya kursi, tetapi meja dan hampir semua ba

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib    Bab 14

    (Bangunan Tua)“Apa kamu akan pergi ke rumah orang tua Fauzan sendirian?” tanya Syifa kepada anak semata wayangnya---Sarah.Sang anak pun seketika mengangguk. “Iya, Ummi, aku akan ke sana sendiri, lagian tempat tinggal Fauzan itu kan tidak terlalu jauh dari sini.”“Iya, sih, tapi kamu harus hati-hati di jalannya, yah, jangan kebut-kebutan,” pesan sang ibu. “Terus kalau sudah selesai urusannya di sana, kamu langsung pulang yah, jangan main dulu.”“Siap, Bu, aku pasti akan langsung pulang. Kalau begitu aku pergi dulu sekarang,” pamit Sarah seraya mencium punggung tangan ibunya.Kemudian, gadis berdagu lancip tersebut memakai helm berwarna putih campur pink dan menaiki kendaraan beroda dua miliknya.Sarah lalu mulai melajukan motornya, tetapi ia malah tidak sengaja menubruk tong sampah yang ada di dekat gerbang pondok pimpinan sang kakek.“Astagfirullahaladzim ... baru aja dibilangin harus hati-hati malah nabrak tong sampah.” Syifa menepuk jidatnya sendiri.Setelah itu, ia bergegas membe

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib    Bab 13

    (Tawaran dari Ratu Jin)"Cara kedua yaitu menemui orang yang menjadi penghubung perjanjian antara kakeknya Fauzan dan bangsa jin, lalu mintalah orang itu untuk memutuskan perjanjian tersebut," ucap Kiai Haji Solehudin yang berbaring di tempat tidurnya karena terluka akibat berusaha mengalahkan jin nasab yang ada di tubuh Fauzan."Oh, begitu, tapi bagaimana kalau orang itu sudah tidak ada atau sudah meninggal, Bah?" tanya Sarah penasaran."Kamu coba saja dulu temui keluarganya Fauzan dan tanyakan kepada mereka, kalau memang orangnya sudah meninggal, kita harus memakai cara terakhir untuk menolong pemuda itu agar tidak terus diganggu oleh khodam warisan kakek buyutnya," balas sang kiai.Sarah seketika mengangguk. "Baiklah, Bah, nanti aku akan pergi ke rumah orang tua Fauzan.""Terima kasih, Nak, semoga kita berhasil menolong saudara kita sesama muslim, karena sesungguhnya kita semua adalah satu jiwa," tutur pria berjambang itu."Iya, Bah, aku mengerti maksud Abah." Sarah melengkungkan g

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib    Bab 12

    (Cara Kedua)Kiai haji Sobar hanya tersenyum kecil, saat ia mendengar ucapan dari jin yang sekarang menguasai tubuh santri putranya---Fauzan.“Terserah apa kata kalian, yang pasti aku akan tetap memutuskan perjanjian yang dibuat oleh kakek buyut pemuda itu dengan kalian di masa lalu!” tegas sang kiai.Fauzan yang sedang kerasukan oleh jin nasab pun seketika marah dan membanting kayu gaharu yang ada di depannya.Kemudian, pemuda tersebut mencoba mencekik pria yang sudah mulai renta itu, tetapi tangannya langsung ditepis dengan menggunakan tongkat.Fauzan bahkan jatuh terjungkal ke belakang. Setelah itu, ia berdiri dan mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang menyorot tajam.“Kamu tidak bisa memutuskan perjanjian yang sudah dibuat oleh kakek dari pemuda ini sejak dulu dengan kami, kecuali kamu bisa menghancurkan kami.” Fauzan spontan tertawa lepas, setelah berkata demikian.Aldi yang berada di luar ruangan tersebut pun seketika memegang tangan istrinya, karena takut saat mendengar s

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib     Bab 11

    (Memancing Jin Agar Keluar)“Baik, Bah, tunggu sebentar, aku akan memanggil Fauzan dulu ke sini.” Sarah langsung bergegas pergi ke asrama santri putra.Kemudian, ia menyuruh santri putra bernama Fauzan itu untuk menghadap Kiai Haji Solehudin di ruangan khusus yang ada di rumahnya.Pemuda yang rambutnya sedikit ikal tersebut hanya menurut, meskipun hatinya mendadak merasa tidak enak dan takut.‘Ada apa ini? Kenapa Pak Kiai memanggilku ke rumahnya secara tiba-tiba begini? Apa aku akan dihukum atas perbuatanku semalam yang sudah berani menghajarnya? Tapi itu kan bukan disengaja.’ Fauzan berbicara dalam hati sembari berjalan menuju ke rumah guru ngajinya."Ayok, silahkan masuk!” titah Sarah kepada santri putra yang baru mondok dua hari lalu tersebut sambil menunjuk ke arah sebuah ruangan berukuran sedang.Fauzan seketika menganggukkan kepalanya dan perlahan mengayunkan kaki menuju ruangan yang ada di pojok dekat dengan ruang tengah.“Assalamualaikum, Pak Kiai.” Pemuda yang memakai kain sa

  • Perjanjian dengan Makhluk Gaib    Bab 10

    (Ritual Pelepasan Jin Nasab)Aldi dengan cepat mengambil gelas berisi air putih dari tangan Kiai haji Solehudin, yang sudah dibacakan doa oleh mertuanya tersebut.Kemudian, pria berpeci hitam itu berjalan menghampiri Fauzan yang sedang dipegangi oleh beberapa orang santri putra.Pemuda yang saat ini sedang dikuasai oleh jin-jin nasab atau khodam warisan dari kakek buyutnya tersebut meronta-ronta, karena ingin melepaskan diri sambil terus menggeram, hingga membuat bulu kuduk para santri mendadak berdiri tegak.Aldi lalu meminumkan air doa tadi sembari membaca kalimat basmallah, agar Fauzan bisa segera lepas dari pengaruh jin nasabnya.Fauzan sempat menolak untuk meminum air doa itu, tetapi Aldi terus memaksanya dengan dibantu oleh sang istri—Syifa.Air tersebut akhirnya berhasil dimasukkan ke dalam mulut pemuda itu, meskipun hanya sedikit, karena ia tidak berhenti meronta, sehingga sebagian airnya tumpah.Baju koko yang dipakai oleh santri putra itu pun menjadi basah. Kemudian, selang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status