Share

Rambut Coklat

Ratih menerima Brownies dari suaminya dengan tetap tenang dia juga merias wajahnya senatural mungkin untuk menyambut suaminya.

"Tumben Mas Agus beliin brownies segala? " Tanya Ratih sembari memotongnya untuk kedua anaknya yang sudah bersemangat.

"Loh kok nanya gitu sayang? " Jawab Agus mengernyitkan dahi.

"Yaah ga tau Mas, cuman feeling aku ga enak aja. " Tambah Ratih terkekeh.

Agus yang menyadari perubahan mood Ratih langsung menghampirinya.

"Sayang, jangan mikir aneh-aneh yaa. Mas cuman pengen nyenangin istri dan anak-anakku tersayang. "

Ratih hanya diam, dan Agus mengecup kening Ratih lalu bergegas untuk mandi.

Di dalam kamar, Agus merebahkan tubuhnya ke kasur. Dia tidak langsung mandi tetapi malah membuka ponselnya dan tersenyum sipu menatap layarnya.

Agus segera membalas pesan yang dia terima tadi dengan emoji hati berwarna merah. Dia beberapa kali juga melihat foto yang dia ambil bersama seseorang yang dia berikan Mawar.

Saking asyiknya dengan apa yang dia lakukan. Tanpa dia sadari Ratih sedari tadi sudah berdiri di depan pintu memperhatikan dirinya.

"Ekhem.. " Deheman Ratih akhirnya membuat Agus sadar dia sedang diawasi harimau.

"Eh sayang. " Sapa Agus sembari gelagapan meletakkan ponselnya.

"Chat dari siapa Mas? " Ratih menatap suaminya dengan sinis.

"Emm.. anu Sayang, Anak-anak kantor lagi ngelucu. "

"Masa? " Nada Ratih menyiratkan ketidakpercayaan yang membuat Agus terdiam seribu bahasa.

"Mama... " Panggilan Arman membuat suasana visu diantara mereka berdua selesai.

"Mas buruan mandi ya, jangan main HP dulu. " Umar Ratih penuh penekanan, lalu dia pergi menuju arah suara anak keduanya tersebut.

Agus menghela nafas dalam-dalam. Lalu meletakkan ponselnya tanpa mengecek apapun lagi dan segera mandi. Setelah itu mereka menghabiskan malam dengan menonton dan bermain dengan Kedua anak mereka.

Sesekali Agus mencuri pandang ke arah istrinya. Tadi dia curiga dan menatap tajam. Sekarang dia berubah menjadi hangat bahkan mensponsori romantisme mereka sekeluarga dengan makanan ringan yang enak-enak.

Agus begitu bersyukur mempunyai istri hebat seperti Ratih. Perempuan yang mempunyai pengendalian emosi yang sangat baik. Dia juga sangat pandai mengerjakan banyak hal dirumah.

Malam itu mereka habiskan dengan suka cita dan rasa bahagia. Ketika kedua anaknya sudah tertidur. Mereka melanjutkan dengan penuntasan hasrat dengan tempo sesingkat-singkatnya karena Ratih yang sudah kelelahan dengan rutinitas hari ini.

Meskipun Agus belum puas bahkan belum selesai menyalurkan hasratnya hanya bisa membaringkan tubuhnya dengan lemah disamping Ratih. Sedangkan Ratih memilih segera tidur tanpa memperdulikan apapun lagi.

Agus hanya menatap plafon kamarnya dengan diam. Dia membutuhkan sesuatu yang lebih. Tetapi istrinya tidak bisa memberikan itu.

Ditengah. malam semakin sepi, Tiba-tiba fibrasi ponsel miliknya membuat dia terbangun. Ternyata sebuah pesan dari seseorang lagi.

"Belum tidur ya Kak? " (+ emotikon tersenyum dengan manis)

"Belum." Balas Agus singkat.

"Loh balasnya gitu sih Kak. "

"Jadi sedih. "

Agus menatap pesan itu tanpa punya gairah untuk membalasnya. Akhirnya dia memilih untuk membiarkan notifikasinya diam dan segera menyusul Ratih ke alam Mimpi.

Keesokan hari Agus bangun pagi-pagi sekali. Dia harus mengejar deadline laporan untuk klien penting siang nanti. Dia bahkan tidak sempat sarapan dan hanya mengecup dahi Ratih pelan.

Ratih yang melihat kerja keras suaminya itu hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan doa yang menautkan harapan di doanya. Besar harapan Ratih suaminya terus sehat dan berada di tempat yang tinggi.

Agus kini melajukan mobilnya dengan cepat. Singkat waktu dia sudah berada di resto apartement Megatron. Dia duduk berhadapan dengan seseorang yang berhasil mencuri fokus Agus untuk tetap lekat dengan wajahnya.

"Bagaimana tidurnya tadi malam Mas, mimpi indah. " Ucap perempuan yang menatap nakal kearah Agus memicingkan mata.

Agus tidak banyak merespon dan membiarkan perempuan di depannya itu cemberut sempurna.

"Mas ih malah cuekin aku. " Perempuan itu menendang kaki Agus dengan genit.

Agus tetap fokus dengan makanan yang ada di depannya. Setelah selesai dia beranjak pergi tanpa merespon apapun lagi teriakan dari Perempuan yang memanggilnya dari tadi.

Ratih sibuk membereskan pakaian kerja Agus kemarin. Dia tidak sempat membersihkannya kemarin karena terlalu sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk mengerjakannya. Belum lagi harus menjaga kedua anaknya yang menuntut banyak perhatiannya.

Ratih mengumpulkan Jas dan kemeja milik Agus. Tanpa sengaja dia menemukan sehelai rambut coklat menempel di kemeja putih milik suaminya. Ratih memerhatikan rambut ikal yang berwarna coklat itu dengan seksama.

Ratih mempunyai rambut yang panjang juga tetapi hitam pekat sedangkan rambut yang menempel ini berwarna coklat. Bahkan ketika Ratih siluet kan dengan lampu warna coklatnya semakin cerah.

Kepala Ratih di penuhi tanda tanya. Tetapi dia berusaha berfikir positif karena sehelai rambut tidak akan membuktikan apapun. Bisa saja rambut itu dibawa angin dan menempel begitu saja. Apalagi suaminya kerap kerja lapangan juga.

Ratih pun tidak ingin ambil pusing dan segera memasukkan pakaian Agus suaminya ke mesin cuci. Kemudian pergi mengurus kedua anaknya yang akan berangkat ke sekolah.

Ratih bahkan tidak sempat mandi kemudian mengantar anaknya sekolah. Pakaiannya yang kucel membuat Tasya enggan di antar sampai di depan pintu sekolah. Dia merasa mamanya begitu bodoh dan terlihat seperti pembantu rumah tangga saja.

Berbeda dengan Arman bagaimana pun gaya Mama nya dia terus menghargai keberadaan Mama nya dan menghormatinya dengan penghargaan yang layak. Tidak pernah sekalipun Arman melihat remeh Mama nya meskipun dia hanya ibu rumah tangga biasa.

Ratih mengerti betul perbedaan sikap diantara kedua anaknya tersebut. Jadi dia hanya bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu untuk menjaga mereka.

Sembari keduanya sekolah, Ratih langsung ke pasar untuk menyiapkan makan siang untuk keluarga dan juga mertuanya. Dia begitu tenang menghadapi ibu mertuanya yang akan bangun pukul 12 siang setiap harinya.

Dia selalu menikmati masa tuanya dengan kebahagiaan, dia sangat ingin menjalani hidup nyaman tanpa harus mempertaruhkan tenaga. Semenjak suaminya meninggal. Dia langsung pindah kerumah Agus anaknya.

Sejak hari kepindahannya itulah dia mengatur semuanya di rumah Ratih dengan sewenang-wenang. Dia tidak ingin Ratih berada di atas wewenangnya. Dia tidak ingin melakukan apapun selain menikmati hidup saja.

Untungnya Ratih adalah seseorang yang sangat sabar. Dia juga begitu tulus menjaga dan memenuhi semua kebutuhan mertuanya tersebut. Ratih bahkan tidak pernah mempermasalahkan bagaimana mertuanya tidak ingin membantu apapun.

Ratih akhirnya sampai di pasar. Dia membeli beberapa sayur dan juga ayam. Udara yang panas membuat Ratih memutuskan untuk langsung membeli es jeruk untuk mengairi kerongkongannya yang kering.

Ratih memarkir mobilnya di tepi jalan. Dia menikmati es jeruknya dengan tenang. Tanpa sengaja ekor matanya menangkap bayangan seseorang yang sangat familiar.

"Mas Agus......? "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status