Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya.
"Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa.
***
"Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya.
"Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki.
Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut.
***
"Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun menoleh ke arah Dissa.
"Hari dimana waktu akan berhenti." sahut Kenzo.
Layar monitor pada kaca ruangan yang semula menampilkan taman bunga berubah menjadi sebuah tampilan foto pernikahan.
Deg!
Dissa menatap tak percaya ke arah tampilan layar monitor itu. Disana, ia melihat sebuah foto pernikahan Kenzo bersama istrinya yang berdiri di sebelah kanannya dan sebelah kiri istrinya terdapat seorang lelaki tua yang sama-sama tersenyum ke arah kamera.
"Ini Sarah, Istriku," ucap Kenzo mengarahkan pandangannya menatap fokus pada foto dirinya bersama istrinya.
"Kau begitu mirip dengannya," ucap Kenzo. Dissa hanya diam di tempat, ia menatap serius pada foto istrinya Kenzo yang wajahnya mirip sekali dengan dirinya.
"Bahkan, suatu kebetulan yang kita temui. Ini takdir, kau bahkan terlahir kembali hanya untuk diriku," imbuh Kenzo.
"Tunggu!" Dissa menoleh ke arah Kenzo. "Dimana kau akan pergi?" tanya Dissa.
Lampu pada ruangan itu pun menyala tetapi masih ruangannya terlihat sedikit gelap.
Kenzo menatap fokus ke arah depan dan ia berdiri dari duduknya. "Aku menciptakan pernikahan. Kenzo berjalan menuju sebuah kotak besar di sebelah mejanya. "Kali ini dengan kau." lanjut Kenzo.
Kenzo membuka kotak besar itu yang ternyata terdapat pendingin kecil di dalamnya. "Aku menulis ulang masa lalu," ucap Kenzo membalikkan tubuhnya ke arah Dissa.
Dissa menatap fokus ke arah Kenzo yang berdiri di hadapannya. Kenzo menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ke arah Dissa. "Dissa bertemu Sarah," ucap Kenzo mengangkat kedua tangannya sedang memegang sebuah potongan tangan wanita.
Dissa bergidik ngeri menatap Kenzo. Kenzo mengambil sebuah cincin pernikahan dari potongan tangan yang di pegangnya. "Kami sangat bahagia," ucap Kenzo berjalan menuju Dissa.
Kenzo menarik tangan kiri Dissa dan ia berusaha memakaikan cincin itu masuk ke dalam jari manis Dissa. Dissa memberontak dan ia melayangkan sebuah pukulan di wajah Kenzo tetapi tidak kena. Kenzo memukul wajah Dissa dan akhirnya, Dissa terjatuh di atas lantai. Kenzo yang melihat Dissa terjatuh, ia menahan pukulan yang akan diberikannya selanjutnya. Kenzo berjalan dan membalikkan badannya untuk menangis. Sebenarnya, ia menganggap Dissa adalah Sarah, istri yang dicintainya.
Dissa memegang pipi yang terlihat memerah atas pukulan yang diberikan oleh Kenzo. Dissa menghela nafasnya pelan.
Kenzo menoleh ke arah Dissa. "Setelah dipikir-pikir," Kenzo mengambil potongan tangan di atas meja. "Jadi, aku ganti lengan kau dengan Sarah." ucap Kenzo berjalan maju di depan Dissa.
"Mungkin, dapat mengubah pandanganmu tentang aku." lanjut Kenzo menatap penuh arti ke arah Dissa. Dissa terdiam mendengarkan semua penjelasannya.
***
Pesan diterima!
"Dia menggunakan virus di Paris?" tanya Criss.
"Tampaknya, seperti itu." jawab Daniel.
"Dia sudah gila," ucap Criss.
"Jadi, wabah virus tidak dapat dikendalikan. Tangki dengan "A" hijau siap untuk menyebarkan vaksin. Situs ini rahasia." imbuh Daniel.
"Kita hanya perlu menemukannya, sehingga kita bisa melakukan semua menjadi normal kembali," saran Criss.
"Dengan menekan saklar keselamatan." celetuk Diki.
"Dimana kau akan menyimpannya, jika kau menjadi Kenzo?" tanya Criss menatap kedua bola mata Diki.
"Tempat yang mudah diakses dan sebuah tempat yang aman." jawab Diki.
"Persembunyian di Paris?" ucap Daniel.
"Pasti, Dissa dijamin ada disana," sahut Criss.
Mereka menatap layar laptop dan terlihat sebuah peta lokasi yang dimana terdapat titik tujuan mereka menuju zona merah.
***
"Kita harus mempercepat penyebaran virus." perintah Kenzo dari balik ponselnya.
"Rencananya pada jam sibuk." jawab Yanti dari ponselnya.
"Aku pikir Pemerintah bisa mencari lokasi itu, jadi, kita harus membuat balas dendam tersebut," ucap Kenzo setelah itu ia mematikan panggilan telepon sepihak.
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sednag menelpon seseorang.
"Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa.
"Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa.
"Kita?" tanya Dissa lagi.
"Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya.
***
Di sebuah tempat yang berbeda, terlihat seorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya.
"Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya.
Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendekati ayahnya. Yanti memegang telapak tangan ayahnya. "Semoga beruntung," ucap Yanti yang dibalas ayahnya memegang telapak tangannya. Wanita cantik itu yang memiliki ciri khas berponi miring di sebelah kanan ternyata menutupi bekas luka pada mata kanannya. Begitupun, dengan ayahnya menggunakan pakaian lengkap dilapiso borgor itu membuat tubuhnya dapat menyatu sempurna.
Yanti melepaskan genggaman tangannya dan membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke arah luar pintu dan meninggalkan ayahnya duduk sendirian.
***
Kini, mobil yang dikendarai oleh Yanti telah memasuki ke arah jalan raya tepatnya di kota pusat Negara Amerika.
Mobilnya diikuti oleh satu mobil tangki yang sama ukuran mobil besarnya. Yanti terus melajukan mobilnya.
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya.
Seorang pria sedang mengais makanan di tong sampah, ia melihat sebuah mobil bertengki besar berhenti tepat di depannya. Ia melangkahkan kakinya menuju mobil itu.
Tiba-tiba, dari dalam tangki mobil itu mengeluarkan asap berwarna hijau dan ia terjatuh dan memundurkan diri ke arah belakang lorong ruangan. Ia terus berlari namun saat mencium asap itu, Iya merasa seperti sesak nafas dan terjatuh pingsan. Dua orang sepasang kekasih sedang duduk berpacaran pun, merasakan bahwa lelakinya terjatuh saat merasa sesak di dadanya. Wanitanya menghampirinya dan memanggil namanya. Wanita itu mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai menelpon ambulans dan saat ia menoleh ke arah jalan, ia melihat beberapa orang sudah berubah menjadi mayat hidup. Wanita itu panik dan ia mendapati serangan gigitan dari pacarnya.
Keadaan kota menjadi kacau balau, banyaknya kerusakan mobil dan bangunan sudah di pastikan masyarakat terjangkit virus mematikan.
"Dissa, tunggu aku pasti akan menyelamatkanmu." gumam Daniel dalam hati.
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl