Share

Perkawinan Berdarah
Perkawinan Berdarah
Author: Walet Biru

Kematian Dimalam Pertama

1983

  Hari itu adalah hari yang sangat istimewa bagi Miranti. Perempuan cantik yang bekerja sebagai penyanyi di cafe Asmara. Sebuah cafe mewah yang terletak di Kota Surabaya.

  Pasalnya, pada hari itu Miranti melangsungkan pernikahannya dengan seorang pengusaha sukses. Setelah berpacaran selama satu tahun, akhirnya mereka telah sah menjadi pasangan suami istri. 

  Setelah melakukan ijab kabul, resepsi pernikahan yang mewah berlangsung meriah. Terlihat sepasang mempelai duduk diatas kursi pelaminan. Senyum terpancar tiada henti hentinya dari keduanya. Miranti terlihat sangat cantik dengan riasan diwajahnya. Berbagai aksesoris melengkapi riasan ditubuhnya, seperti: paes, cunduk menthul yang berjumlah 7 buah, gunungan, centhung, konde, anting, kembang melati, dan anting. Sedangkan untuk pakaiannya, mempelai wanita memakai pakaian berwarna hitam dengan sulaman benang emas. Dan kain jarik bermotif batik dibagian bawah.

  Mempelai pria yang baru saja resmi menjadi suami Miranti, terlihat sangat tampan dan gagah dengan memakai pakaian berwarna hitam dan kain jarik bermotif batik dibagian bawah, seperti yang digunakan oleh Miranti. Diatas kepalanya terdapat sebuah hiasan kepala yang bernama udheng. Sedangkan dipunggungnya terdapat sebuah keris.

  Ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam, kedua mempelai beranjak dari duduknya. Mereka berjalan menuju kamar tidur pengantin. Saat itu juga, pertunjukan tarian gandrung dari Banyuwangi selesai, yang merupakan kota asal mempelai pria. Namun pesta pernikahan belum usai. Kesenian tradisional wayang kulit baru saja dimulai. Ratusan warga berkumpul dan duduk rapi diatas tikar yang dibentangkan diatas rerumputan.

  Didalam kamar tidur Miranti yang seluruh dindingnya telah dihiasi dengan kain berwarna ungu, kedua mempelai yang telah berganti pakaian duduk diatas ranjang berbalut seprei berwarna ungu.

  "Sayang, sekarang Aku merasa sangat bahagia! Hari inilah hari paling bahagia selama hidupku! Setelah Kita berpacaran selama setahun, akhirnya Kita telah menjadi sepasang suami istri!" Ucap suami Miranti.

  "Aku juga sangat bahagia Mas Bondan! Bisa menjadi istrimu!" Balas Mira tersenyum.

  "Kemarin Aku rasanya masih belum tenang, sewaktu Kita masih pacaran!" Ucap suami Mira yang bernama Bondan.

  "Kenapa bisa begitu Mas?" Tanya Miranti.

  "Itu karena Kamu kembang desa yang menebar bau harum diberbagai belahan di kota pahlawan ini, Mira sayangku! Karena wajahmu yang sangat ayu, Aku takut dan khawatir Kamu berpaling dariku!" Ucap Bondan.

  "Tapi semua ketakutan dan kekhawatiranmu tidak terbukti, Mas! Aku tetap setia dengan dirimu! Aku tulus mencintaimu, Mas! Walaupun sudah tidak terhitung lagi, laki-laki yang menyatakan cintanya kepadaku, tapi tetap Aku tidak berpaling dari dirimu, Mas Bondan!" Balas Miranti.

  "Terima kasih atas kesetiaanmu kepadaku, Miranti!" Ucap Bondan.

  "Sama-sama Mas. Aku juga berterima kasih kepadamu yang telah setia kepadaku, Mas! Dengan wajahmu yang tampan dan hartamu yang banyak, Kamu bisa saja memiliki istri yang lebih cantik dariku. Tapi Kamu tetap memilih Aku sebagai Istrimu." Balas Miranti.

  "Itu karena cintaku padamu tulus dari hatiku yang paling dalam, sayang! Dan Tuhan Yang Maha Kuasa telah menakdirkan Kita berdua menjadi suami istri! Untuk mengarungi kehidupan ini sampai maut memisahkan Kita!" Ucap Bondan. 

  "Iya Mas Bondan suamiku!" Balas Miranti. Bondan pun mencium kening istrinya dengan penuh cinta.

  "Sebelum Kita menikmati malam pertama Kita, lebih baik Kita makan dahulu ya sayang! Soalnya Aku belum makan malam!" Ucap Bondan.

  "Iya sayang! Aku juga belum makan malam. Sebentar ya Mas, Aku bilang Bi Tinah dahulu!" Balas Mira sambil bangkit berdiri.

  "Iya sayang! Aku minumnya kopi hitam ya!" Ucap Bondan.

  "Iya Mas." Balasnya. Lalu Mira berjalan menuju pintu kamarnya. Setelah membuka pintu itu, Mira keluar dari dalam kamar menuju dapur.

  "Bi, siapkan makan malam buat Aku sama Mas Bondan ya! Minumnya teh hangat sama kopi hitam." Pinta Mira pada pembantu yang bekerja di rumahnya.

  "Baik Mba!" Balasnya. Lalu Mira kembali berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Bi Tinah menyiapkan nasi, lauk, sayur dan dua buah cangkir teh hangat dan kopi hitam.

  Ketika selesai membuat kopi hitam dan teh hangat, tiba-tiba Bi Tinah ingin buang air kecil. Dia pun bergegas menuju kamar mandi. Saat Bi Tinah berada didalam kamar mandi, tiba-tiba seorang lelaki berkelebat masuk ke dapur. Laki-laki berkacamata itu berdiri didepan meja, dimana kopi hitam dan teh hangat berada.

  Tanpa disangka-sangka, laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Benda didalam genggaman tangan kanannya, ternyata adalah sebuah botol berukuran kecil. Didalam botol tersebut terdapat benda berbentuk serbuk berwarna putih. Tanpa membuang waktu lagi, laki-laki itu menuangkan serbuk putih itu kedalam cangkir berisi kopi hitam. Setelah mengaduk kopi hitam itu dengan sendok, laki-laki itu berkelebat pergi meninggalkan area dapur.

  Setelah selesai buang air kecil, Bi Tinah keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, Bi Tinah menaruh piring berisi lauk pauk, wakul yang terbuat dari aluminium yang berisi nasi, dan dua buah cangkir teh hangat dan kopi hitam, diatas sebuah nampan berbentuk bulat berukuran besar. Bi Tinah membawa nampan itu menuju kamar tidur Miranti.

  Tokkk...tokkk...tokkk...

  "Permisi, Mba Mira!" Seru Bi Tinah ketika berdiri didepan pintu.

  "Ya Bi, sebentar!" Balas seorang perempuan dari dalam kamar yang bukan lain adalah Miranti. Tidak berapa lama, Mira membukakan pintu kamarnya.

  "Maaf Mba sedikit lama menunggu!" Ucap Bi Tinah sambil memberikan nampan yang terbuat dari aluminium itu, kepada Miranti.

  "Tidak apa-apa kok Bi." Balas Mira sambil menerima nampan itu.

  "Ya sudah, kalau begitu Saya ke dapur dahulu Mba!" Ucap Bi Tinah.

  "Terima kasih ya Bi." Balasnya.

  "Sama-sama Mba." Ucapnya.

  Setelah Bi Tinah pergi, Mira kembali masuk kedalam kamarnya dan menaruh nampan diatas meja. Mira pun mengambil nasi, lauk, sayur dan menaruhnya diatas piring. Lalu memberikannya kepada Bondan, suaminya.

  "Terima kasih istriku tercinta!" Puji Bondan sambil menerima piring itu.

  "Sama-sama suamiku tersayang!" Balas Mira sambil mengambil nasi, lauk, dan sayur.

   Mereka pun makan malam bersama dengan penuh perasaan sangat bahagia. Sesekali Bondan menyuapi istrinya. Lalu bergantian Mira menyuapi suaminya.

  Setelah selesai menghabiskan makanan yang berada diatas piringnya, mereka pun meminum minuman yang berada didalam cangkir. Mira meminum secangkir teh hangat. Sedangkan Bondan meminum secangkir kopi hitam.

  Setelah selesai makan, mereka berdua duduk diatas sofa yang berada didalam kamar. Dengan penuh cinta, Bondan kembali mencium kening istrinya. Mira pun membalasnya dengan mencium kening suaminya. Ketika mereka hendak berciuman, tiba-tiba Bondan merasa lehernya tercekik.

  "Aaggghhh..Mi..Mira tolong!" Seru Bondan sambil memegangi lehernya dengan kedua tangannya.

  "Mas!!! Mas Bondan!!! Kamu kenapa Mas???" Teriak Mira sangat ketakutan ketika melihat suaminya kesakitan dibagian lehernya.

  Belum sempat Bondan menjawab pertanyaan dari istrinya, tubuhnya dengan keras jatuh diatas lantai ubin.

  Bbbuuugggkkkkkkhhhh....!!!

  

  Bondan terkapar diatas lantai ubin dengan kedua matanya melotot. Dari mulutnya keluar busa berwarna putih berjumlah cukup banyak. Melihat keadaan suaminya, seketika Mira langsung berteriak.

  "Mas Bondan!!!!" Teriak Mira sambil berkelebat kearah tubuh suaminya yang diam tidak bergerak.

  "Mas!!! Mas Bondan!!!" Mira kembali berteriak sambil menggerakkan tubuhnya dengan kedua tangannya. Namun Bondan yang belum lama menjadi suaminya, tetap diam mematung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status