Share

Bab 5

Author: Chastin
“Felix, kamu paling tahu apa artinya itu bagiku!”

Itu adalah kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan nenek untukku di dunia ini, selain rumah tua itu!

Mendengar tuntutanku, tatapan Felix tampak ragu sejenak. Tapi, dia segera menggeleng tegas, “Kamu salah lihat, itu bukan berlian nenekmu.”

“Aku nggak mungkin salah lihat, itu milik nenekku, selalu disimpan bersama gelang emas!”

“Ini perjamuan Keluarga Seto, jangan membuatku malu, cepat pulang!”

Aku menatapnya tak percaya. Saat air mataku menetes, dia pun panik.

Berkali-kali dia mengabaikan perasaanku demi Tania, aku tak pernah menangis, tapi sekarang dia malah merasa cemas.

Namun, begitu dia mengulurkan tangan ke arahku, tiba-tiba Tania menangis terisak,

“Hana, aku hanya merasa ini bagus, jadi memohon pada Felix untuk memberikannya padaku. Kamu jangan marah padanya…”

Felix langsung mengerutkan kening, “Tania, aku yang memberikannya padamu, kok kamu malah menyalahkan dirimu sendiri?”

Dia membungkuk untuk menyeka air mata Tania, sementara aku merasa seperti disambar petir. Seluruh tubuhku bergetar hebat.

“Felix, kok kamu begitu tega pada nenek?!”

“Apa hakmu memberikan barang milik nenek padanya?!”

Tania melangkah maju, meraih pergelangan tanganku dan menangis keras.

“Maaf, ini salahku. Aku nggak seharusnya bilang kalung ini bagus. Kalau nggak, Felix juga nggak akan melelehkannya untuk dibuat jadi kalung untukku.”

“Hana, kalau kamu marah, pukul aku saja. Kalian akan menikah besok, nggak boleh bertengkar….”

Aku menarik napas dalam-dalam, amarah di hatiku sudah tak terbendung.

Gelang emas itu adalah mas kawin pernikahan yang ditinggalkan nenek untukku, tapi dilebur jadi kalung untuk Tania!

“Plak….”

Aku menggunakan seluruh kekuatanku dan melayangkan tamparan.

“Kembalikan padaku!”

Jejak merah muncul di pipi Tania. Felix langsung marah dan melayangkan tamparan padaku.

“Demi gelang dan berlian yang nggak berharga itu, kamu berani memukul Tania?! Bisa-bisanya aku menikahi wanita sekejam dirimu?!”

“Minta maaf pada Tania atau pernikahan dibatalkan!”

Aku terhuyung beberapa langkah akibat pukulannya. Saat aku berdiri tegak, semua orang pun menatapku.

Kecuali Felix yang sedang membujuk Tania.

Seketika, aku mulai menyesal.

Aku tak seharusnya mencintai Felix.

Aku tak seharusnya kekeh ingin menikah dengannya.

Padahal ada pilihan lain yang lebih baik, tapi karena cinta sepuluh tahun itu, aku menghancurkan mas kawin yang diberikan nenek.

Aku melirik kalung dan berlian di leher Tania untuk terakhir kalinya, lalu mengepalkan kedua tanganku dan pergi.

Felix melihat kepergianku sebentar, lalu kembali menunduk dan dengan lembut menenangkan Tania.

Mobil Bryan diparkir tidak jauh dari luar rumah lama Keluarga Seto.

Saat aku masuk mobil, Bryan tampak terkejut. Dia menyodorkan kepala mau melihat pipiku, tapi kudorong menjauh.

“Jalan saja, aku nggak mau lama-lama di sini.”

Dia mengerutkan kening, matanya menyapu rumah lama Keluarga Seto dengan tatapan tajam. Kemudian mengangguk dan menyetir, membawaku ke bandara.

Sampai di Kota Silea, hari sudah malam. Ada tiga pesan dari Felix yang dikirim sore hari.

[Aku nggak mengerti kenapa kamu selalu nggak bisa memahamiku. Apa untungnya kamu membuatku malu di depan Keluarga Seto?]

[Untungnya Tania sudah memaafkanmu, masalahnya sudah kelar. Kami naik pesawat duluan, sampai bertemu di Span besok.]

[Bukannya hanya gelang dan cincin? Besok kubelikan sepuluh untukmu, cukup?]

Aku membaca pesannya dengan tenang dari awal hingga akhir, kemudian menekan layar, memblokir semua kontak Felix.

Setelah itu, aku mengembalikan semua uang mahar yang diberikan Keluarga Seto.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 10

    “Kalau bukan demi Hana, aku bahkan nggak sudi menjadi sahabat dengan orang sepertimu.”Felix menggertakkan giginya, menunjuk Bryan dan berkata padaku, “Dia sudah lama punya niat padamu, bagaimana bisa kamu menikah dengannya?!”“Dengarkan aku, aku sudah meninggalkan Tania di Span. Dia nggak mungkin kembali lagi seumur hidup. Aku sudah membalaskan dendammu!”“Hana, masih belum terlambat. Ceraikan dia, aku akan menikahimu. Kamu sudah lupa? Kita sudah bersumpah di depan nenek!”Ketidakmaluannya membuatku mencibir, “Bukannya kamu yang lebih dulu melupakan janji itu?”“Felix, kamu bilang membalaskan dendamku dan merebut kembali mas kawinku? Tapi, bukannya dirimu sendiri yang terus-menerus membuatku sedih demi dia? Bukannya kamu sendiri yang memberikan mas kawinku padanya?”“Oh iya, kurasa aku harus memberitahumu. Sebenarnya bisnis keluargaku sudah pulih. Aku menyetujui lamaranmu, itu karena aku pernah mencintaimu dan nggak ada hubungannya dengan Grup Tira.”“Tapi, kamu menyia-nyiakan cinta

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 9

    Tania terkejut sampai seperti hampir kehabisan napas, “Felix, kamu sudah gila?! Lepaskan aku!”Namun, pada akhirnya, gaunnya tetap tak dilepaskan, karena ada seseorang di kerumunan yang melihat sebuah berita. Lalu seketika membuat seluruh lokasi gempar.Setelah menyadarinya, asisten langsung menyerahkan ponsel ke depan Felix. Itu adalah pengumuman ucapan selamat….[Kabar gembira Grup Halim. Bryan, direktur Grup Halim, setelah cintanya bertepuk sebelah tangan bertahun-tahun, akhirnya membuahkan hasil. Hari ini resmi menikah dengan Nona Hana yang telah dia cintai selama sepuluh tahun! Selamat berbahagia!]Dan dibawahnya terpampang akta nikah yang bertanggal hari ini.Bryan dan Hana resmi menikah hari ini.Kaki Felix lemas, tubuhnya terjatuh ke belakang tanpa bisa ditahan.….Terbangun dari mimpi buruk, mimpi indah ataupun mimpi yang kita ciptakan sendiri, semuanya terjadi hanya dalam sekejap.Dua hari setelah pernikahan, ketika aku dan Bryan bangun dari ranjang, hal yang pertama muncul

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 8

    Di sisi lain, di Span, wajah Felix tampak sangat muram.Sangking muramnya, hingga tak seorang pun berani mendekat. Beberapa kali orang tuanya mendekat untuk menenangkannya, tapi terpukul mundur oleh aura menakutkannya.Tania menggenggam jari-jarinya dengan kuat, sambil menatapnya lekat-lekat. Saat melihat Felix sudah meneleponku puluhan kali, dia pun memberanikan diri untuk maju perlahan.“Felix, jangan panik. Aku memang nggak mengenal Hana lama, tapi menurutku dia bukan tipe orang yang nggak masuk akal. Dia mungkin hanya sedang marah saja.”“Tunggu sebentar lagi, masih ada satu jam.”Sebelumnya, apapun yang Tania katakan, Felix akan menyampingkan segalanya untuk meresponnya.Namun kali ini, Felix hanya menatap ponsel, seolah tidak mendengarnya. Dia hanya terus-menerus menelepon semua teman yang kami kenal bersama.Sepuluh menit berlalu, tetap tak ada yang bisa menghubungiku.Di Whatsapp, tanda ceklis satu membuatnya mengepalkan tangan. Felix menoleh dan membentak, “Kapan pesawat ini t

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 7

    Telepon pun segera tersambung, Felix menyebutkan nomor identitasku, menanyakan waktu pendaratan dan lokasi bandaraku.Pihak sana memeriksa selama setengah menit, lalu menjawab, “Pak Felix, Nona Hana mengubah jadwal penerbangan, bukan tujuan.”“Penerbangan yang seharusnya terbang tadi malam diubah jadi sore hari. Dia sudah mendarat di Kota Silea tadi malam pukul delapan.”Tiba-tiba, mata Felix terbelalak. Belum sempat dia marah, asistennya buru-buru berlari menghampirinya.“Pak Felix, bagian keuangan kantor biang kalau Nona Hana mentransfer sejumlah uang.”“Catatannya, mahar sudah dikembalikan, pertunangan juga dibatalkan!”….Terakhir kali aku pulang ke rumah nenek adalah setengah tahun lalu.Saat itu, aku baru saja menerima lamaran Felix. Kami berdua langsung naik pesawat kembali dan memberikan tiga penghormatan di depan foto nenek.Felix mengatupkan kedua tangannya, menceritakan banyak hal pada nenek.“Nenek, tolong lindungi Hana agar sehat dan jangan kelelahan.”“Nenek, kami akan k

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 6

    Sore hari di hari pernikahan, cuaca di Span terasa agak pengap.Namun, setibanya di kastil, semua orang sangat gembira. Mereka berjalan-jalan di sekitar, bahkan ayah dan ibu Felix pun terlihat riang, menarik Tania untuk foto bersama berkali-kali.Hanya Felix yang mengerutkan kening, menatap layar ponselnya yang kosong.Beberapa hari lalu, alamat kastil dan foto selfie Tania saat tur di depan kastil yang dia kirimkan padaku, aku tidak membalasnya.Kemarin pagi, pesannya yang menyuruhku meminta maaf pada Tania dan mengatakan dia akan mengantar Tania ke perjamuan keluarga dulu, aku juga tak membalas.Bahkan tiga pesan yang dia kirimkan tadi malam yang mengatakan Tania sudah memaafkanku, aku juga tak membalasnya.Semakin melihatnya, dia semakin kesal. Kemudian, dia pun menggulir layar ke atas dan tiba-tiba menyadari bahwa semua pesan sebelumnya adalah pesan yang hanya kukirimkan padanya.[Dari tiga gaun pengantin ini, kamu lebih suka yang mana?][Model souvenir pernikahan banyak sekali, ak

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 5

    “Felix, kamu paling tahu apa artinya itu bagiku!”Itu adalah kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan nenek untukku di dunia ini, selain rumah tua itu!Mendengar tuntutanku, tatapan Felix tampak ragu sejenak. Tapi, dia segera menggeleng tegas, “Kamu salah lihat, itu bukan berlian nenekmu.”“Aku nggak mungkin salah lihat, itu milik nenekku, selalu disimpan bersama gelang emas!”“Ini perjamuan Keluarga Seto, jangan membuatku malu, cepat pulang!”Aku menatapnya tak percaya. Saat air mataku menetes, dia pun panik.Berkali-kali dia mengabaikan perasaanku demi Tania, aku tak pernah menangis, tapi sekarang dia malah merasa cemas.Namun, begitu dia mengulurkan tangan ke arahku, tiba-tiba Tania menangis terisak,“Hana, aku hanya merasa ini bagus, jadi memohon pada Felix untuk memberikannya padaku. Kamu jangan marah padanya…”Felix langsung mengerutkan kening, “Tania, aku yang memberikannya padamu, kok kamu malah menyalahkan dirimu sendiri?”Dia membungkuk untuk menyeka air mata Tania, sementa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status