แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Chastin
“Tania memang lebih serasi dengan Felix, ya.”

Aku menunduk melihat gaun panjang berwarna biru yang kukenakan.

Meskipun diriku tidak secantik bidadari, tapi Felix juga sering memujiku cantik dulunya. Bahkan selalu membantuku merapikan rambut di samping telinga.

Di sisi lain, Tania merengek manja,

“Om, jangan bicara seperti itu di depan Hana. Hana bisa nggak senang nanti.”

Ayah dan ibu Felix pun tertawa mencibir.

Akhirnya, Felix sudi menoleh ke arahku, tapi ekspresinya tampak tidak senang.

“Orang tuaku sudah mengenal Tania sejak kecil, kamu jangan terlalu sensitif, hal begini saja mau dipermasalahkan.”

“Nggak heran kalau ibuku bilang etika itu paling penting. Kamu dibesarkan nenekmu di kampung sejak kecil, umur delapan belas baru dibawa ke kota. Wajar saja nggak punya sopan santun.”

Aku langsung mengerutkan kening, tak percaya dia bisa bicara seperti itu.

“Felix, kamu sendiri tahu nenek begitu baik padamu. Kamu nggak takut nenek sakit hati kalau mendengar kamu bilang begitu?”

Felix jadi agak merasa bersalah, tapi karena keluarganya ada di sana, wajahnya pun semakin memuram.

“Pokoknya, aku dan Tania hanya teman dari kecil. Jangan karena rasa cemburumu itu, kamu malah membuat Tania sedih.”

Intinya, dia tetap membela Tania.

Tiba-tiba, aku merasa sangat lelah. Berbagai kejadian di masa lalu terasa seperti gunung besar yang menekan dan mencekikku.

Setelah hening cukup lama, akhirnya aku berkata, “Sebenarnya, kedatanganku hari ini untuk bilang….”

Tiba-tiba, Tania menyela dengan suara keras, “Felix, sahabat terbaikku juga mau pergi ke Span. Masih ada kursi kosong di pesawat?”

Felix langsung mengangguk, “Ada, biar kuaturkan.”

Namun, asistennya menjawab ragu, “Pak Felix, bukannya kursi kosong terakhir itu sudah disiapkan untuk Nona Hana….”

“Oh, kalau begitu nggak jadi. Aku nggak mau membuat Hana nggak senang….”

Felix paling tidak tahan melihat Tania sedih, dia pun langsung memutuskan, “Hana naik pesawat lain saja. Sahabat Tania nggak akrab dengan siapa-siapa, dia harus ikut bersama kami.”

Tania langsung sangat senang, dia merangkul lengan Felix dan mengayunkannya.

“Felix, aku tahu kamu paling baik padaku!”

Mendengar keputusan itu, tatapan di sekelilingku semakin merendahkanku.

“Demi pernikahan, Felix bahkan menyiapkan dua pesawat khusus untuk kita, tapi ujung-ujungnya calon pengantin perempuan malah nggak dijemput.”

“Emangnya kenapa? Hana menikah demi menyelamatkan Keluarga Tira. Jangankan naik pesawat lain, kalaupun harus berjalan, dia pun harus berjalan pergi.”

Di sekitarku penuh dengan cemoohan, sementara mata Felix hanya tertuju pada Tania. Dia sama sekali tidak mendengar apa yang kukatakan.

Pada akhirnya, aku memang hanyalah penonton.

Aku menghela napas, berbalik dan berencana pergi lebih dulu, baru membatalkan pertunangan nanti. Tapi, dari sudut mataku, aku melihat Tania mengenakan kalung emas di lehernya.

Liontinnya adalah berlian berbentuk bunga plum.

Tiba-tiba, otakku langsung meledak.

“Dari mana berlian itu?!”

....

Jariku bahkan belum menyentuh leher Tania, tapi Felix sudah mendorongku menjauh.

“Hana, kamu sudah gila?!”

Wajah mungil Tania pucat ketakutan, dia bersembunyi di belakang Felix.

“Hana, aku tahu diriku sudah membuatmu kesal, tapi bagaimanapun juga ini perjamuan Keluarga Seto.”

“Aku minta maaf padamu dulu. Kamu boleh memukul atau memakiku setelah acara ini selesai, ya?”

Orang-orang di sekitar langsung mengelilingi dengan tidak senang, semua kata-kata mereka adalah untuk menenangkan Tania.

Felix juga memuramkan wajahnya.

“Lihatlah etika Tania, lalu lihat dirimu sendiri!”

“Kamu bahkan mengamuk hanya karena orang tuaku memuji Tania. Kalau nanti menikah dan masuk ke Keluarga Seto, entah bagaimana keluargaku akan dihancurkan olehmu!”

Namun, diriku sudah dipenuhi api amarah saat ini. Aku menunjuk kalung di lehernya dan menggertak,

“Aku mengamuk? Dia mengubah cincin berlian peninggalan nenekku menjadi liontin dan aku bahkan nggak berhak bertanya?”
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 10

    “Kalau bukan demi Hana, aku bahkan nggak sudi menjadi sahabat dengan orang sepertimu.”Felix menggertakkan giginya, menunjuk Bryan dan berkata padaku, “Dia sudah lama punya niat padamu, bagaimana bisa kamu menikah dengannya?!”“Dengarkan aku, aku sudah meninggalkan Tania di Span. Dia nggak mungkin kembali lagi seumur hidup. Aku sudah membalaskan dendammu!”“Hana, masih belum terlambat. Ceraikan dia, aku akan menikahimu. Kamu sudah lupa? Kita sudah bersumpah di depan nenek!”Ketidakmaluannya membuatku mencibir, “Bukannya kamu yang lebih dulu melupakan janji itu?”“Felix, kamu bilang membalaskan dendamku dan merebut kembali mas kawinku? Tapi, bukannya dirimu sendiri yang terus-menerus membuatku sedih demi dia? Bukannya kamu sendiri yang memberikan mas kawinku padanya?”“Oh iya, kurasa aku harus memberitahumu. Sebenarnya bisnis keluargaku sudah pulih. Aku menyetujui lamaranmu, itu karena aku pernah mencintaimu dan nggak ada hubungannya dengan Grup Tira.”“Tapi, kamu menyia-nyiakan cinta

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 9

    Tania terkejut sampai seperti hampir kehabisan napas, “Felix, kamu sudah gila?! Lepaskan aku!”Namun, pada akhirnya, gaunnya tetap tak dilepaskan, karena ada seseorang di kerumunan yang melihat sebuah berita. Lalu seketika membuat seluruh lokasi gempar.Setelah menyadarinya, asisten langsung menyerahkan ponsel ke depan Felix. Itu adalah pengumuman ucapan selamat….[Kabar gembira Grup Halim. Bryan, direktur Grup Halim, setelah cintanya bertepuk sebelah tangan bertahun-tahun, akhirnya membuahkan hasil. Hari ini resmi menikah dengan Nona Hana yang telah dia cintai selama sepuluh tahun! Selamat berbahagia!]Dan dibawahnya terpampang akta nikah yang bertanggal hari ini.Bryan dan Hana resmi menikah hari ini.Kaki Felix lemas, tubuhnya terjatuh ke belakang tanpa bisa ditahan.….Terbangun dari mimpi buruk, mimpi indah ataupun mimpi yang kita ciptakan sendiri, semuanya terjadi hanya dalam sekejap.Dua hari setelah pernikahan, ketika aku dan Bryan bangun dari ranjang, hal yang pertama muncul

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 8

    Di sisi lain, di Span, wajah Felix tampak sangat muram.Sangking muramnya, hingga tak seorang pun berani mendekat. Beberapa kali orang tuanya mendekat untuk menenangkannya, tapi terpukul mundur oleh aura menakutkannya.Tania menggenggam jari-jarinya dengan kuat, sambil menatapnya lekat-lekat. Saat melihat Felix sudah meneleponku puluhan kali, dia pun memberanikan diri untuk maju perlahan.“Felix, jangan panik. Aku memang nggak mengenal Hana lama, tapi menurutku dia bukan tipe orang yang nggak masuk akal. Dia mungkin hanya sedang marah saja.”“Tunggu sebentar lagi, masih ada satu jam.”Sebelumnya, apapun yang Tania katakan, Felix akan menyampingkan segalanya untuk meresponnya.Namun kali ini, Felix hanya menatap ponsel, seolah tidak mendengarnya. Dia hanya terus-menerus menelepon semua teman yang kami kenal bersama.Sepuluh menit berlalu, tetap tak ada yang bisa menghubungiku.Di Whatsapp, tanda ceklis satu membuatnya mengepalkan tangan. Felix menoleh dan membentak, “Kapan pesawat ini t

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 7

    Telepon pun segera tersambung, Felix menyebutkan nomor identitasku, menanyakan waktu pendaratan dan lokasi bandaraku.Pihak sana memeriksa selama setengah menit, lalu menjawab, “Pak Felix, Nona Hana mengubah jadwal penerbangan, bukan tujuan.”“Penerbangan yang seharusnya terbang tadi malam diubah jadi sore hari. Dia sudah mendarat di Kota Silea tadi malam pukul delapan.”Tiba-tiba, mata Felix terbelalak. Belum sempat dia marah, asistennya buru-buru berlari menghampirinya.“Pak Felix, bagian keuangan kantor biang kalau Nona Hana mentransfer sejumlah uang.”“Catatannya, mahar sudah dikembalikan, pertunangan juga dibatalkan!”….Terakhir kali aku pulang ke rumah nenek adalah setengah tahun lalu.Saat itu, aku baru saja menerima lamaran Felix. Kami berdua langsung naik pesawat kembali dan memberikan tiga penghormatan di depan foto nenek.Felix mengatupkan kedua tangannya, menceritakan banyak hal pada nenek.“Nenek, tolong lindungi Hana agar sehat dan jangan kelelahan.”“Nenek, kami akan k

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 6

    Sore hari di hari pernikahan, cuaca di Span terasa agak pengap.Namun, setibanya di kastil, semua orang sangat gembira. Mereka berjalan-jalan di sekitar, bahkan ayah dan ibu Felix pun terlihat riang, menarik Tania untuk foto bersama berkali-kali.Hanya Felix yang mengerutkan kening, menatap layar ponselnya yang kosong.Beberapa hari lalu, alamat kastil dan foto selfie Tania saat tur di depan kastil yang dia kirimkan padaku, aku tidak membalasnya.Kemarin pagi, pesannya yang menyuruhku meminta maaf pada Tania dan mengatakan dia akan mengantar Tania ke perjamuan keluarga dulu, aku juga tak membalas.Bahkan tiga pesan yang dia kirimkan tadi malam yang mengatakan Tania sudah memaafkanku, aku juga tak membalasnya.Semakin melihatnya, dia semakin kesal. Kemudian, dia pun menggulir layar ke atas dan tiba-tiba menyadari bahwa semua pesan sebelumnya adalah pesan yang hanya kukirimkan padanya.[Dari tiga gaun pengantin ini, kamu lebih suka yang mana?][Model souvenir pernikahan banyak sekali, ak

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 5

    “Felix, kamu paling tahu apa artinya itu bagiku!”Itu adalah kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan nenek untukku di dunia ini, selain rumah tua itu!Mendengar tuntutanku, tatapan Felix tampak ragu sejenak. Tapi, dia segera menggeleng tegas, “Kamu salah lihat, itu bukan berlian nenekmu.”“Aku nggak mungkin salah lihat, itu milik nenekku, selalu disimpan bersama gelang emas!”“Ini perjamuan Keluarga Seto, jangan membuatku malu, cepat pulang!”Aku menatapnya tak percaya. Saat air mataku menetes, dia pun panik.Berkali-kali dia mengabaikan perasaanku demi Tania, aku tak pernah menangis, tapi sekarang dia malah merasa cemas.Namun, begitu dia mengulurkan tangan ke arahku, tiba-tiba Tania menangis terisak,“Hana, aku hanya merasa ini bagus, jadi memohon pada Felix untuk memberikannya padaku. Kamu jangan marah padanya…”Felix langsung mengerutkan kening, “Tania, aku yang memberikannya padamu, kok kamu malah menyalahkan dirimu sendiri?”Dia membungkuk untuk menyeka air mata Tania, sementa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status