Share

Bab 2

Author: Kabut
"Aku isi daya ponsel dulu ya, kalian makan duluan," ucapku sambil bangkit dan melangkah masuk ke kamar.

Begitu pintu tertutup, jantungku berdebar makin kencang.

Pertama-tama, aku membuka kancing bajuku, kemudian membuka bra juga. Sepasang tonjolan bulat di dadaku terbebaskan dan bergetar sedikit.

Aku sangat percaya diri dengan tubuhku yang menari. Biasanya saat berjalan-jalan di luar, seringkali aku sadar banyak mata yang melirikku.

Kuraih kemeja putih yang sedikit longgar lalu kupakai tanpa dalaman, dengan dua kancing atas sengaja tidak kukaitkan. Kulit putihku terlihat jelas di baliknya, termasuk celah dada yang dalam.

Untuk bawahannya, aku hanya memakai rok bermotif bunga yang panjangnya hingga lutut. Setelah melepas celana dalam, entah mengapa, aku tiba-tiba merasa girang.

Aku berdiri di depan cermin besar, lalu mengangkat pinggulku sedikit. Bokongku yang putih dan sedikit menonjol tampak sangat bulat. Bayangan di bawah rok tampak samar dan menggoda.

Sementara tonjolan dadaku yang berisi itu, tampak sangat penuh di balik kemeja dan hampir tumpah.

Wajahku memerah. Wanita di dalam cermin itu tampak seksi dan menawan, bahkan sedikit liar.

Berbeda sekali dengan aku yang biasanya berpakaian tertutup.

Setelah ragu untuk waktu yang lama, aku menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk membuka pintu dan berjalan keluar.

Rinto awalnya belum sadar, dia masih asyik mengobrol dengan Evan. Mereka tertawa dan bersulang.

Hingga akhirnya aku duduk di seberangnya, menuangkan anggur ke dalam gelas, lalu mengangkatnya sambil tersenyum kecil.

Saat itulah pandangan Rinto tertuju padaku. Dia terdiam sesaat. Sorot matanya yang awalnya biasa saja, kini mulai berubah.

Aku gugup sekali. Untuk bersulang dengannya, aku harus berdiri dan mencondongkan tubuhku.

Posisi itu membuat pakaianku yang terbuka terlihat olehnya. Aku sendiri bisa merasakan kedua tonjolan dadaku yang berisi itu seakan-akan hampir tumpah.

Rinto di depanku tentu saja melihatnya.

"Rinto?" panggilku dengan suara lembut.

Rinto terpaku setelah itu. Aku merasa malu, lalu mencoba mengalihkan pandangannya.

Dia tersentak pelan, lalu tertawa canggung, "Ah, maaf, Kak. Kalian sudah membuat makan malam untukku, seharusnya aku yang bersulang dulu, bukan malah dilayani begini."

Rinto akhirnya sadar kembali dan buru-buru berdiri untuk bersulang denganku.

Evan mengamati kami dengan penuh perhatian, bahkan sempat melemparkan tatapan penuh isyarat padaku saat aku meminum anggur.

Aku tahu betul apa maksudnya. Aku menguatkan niatku, lalu mengangkat gelasku dan meminum anggur dengan cepat sambil menegakkan badanku. Kali ini, dengan sengaja kubiarkan sedikit anggur menetes dari sudut bibirku.

Setelah Rinto minum dan hendak kembali duduk, tiba-tiba tubuhnya kaku dan dia tercengang oleh gerakanku.

Aku merasa malu sekali. Aku bisa dengan jelas merasakan anggur merah itu mengalir turun perlahan menyusuri leherku, lalu menyentuh dadaku yang putih dan berisi.

Cairan merah itu membasahi kedua tonjolan bulat, melewati celah di antaranya, lalu membasahi kemeja putihku.

Kini kemejaku pun menempel di tubuhku.

Bahkan tanpa menunduk, aku tahu kemejaku sudah hampir transparan. Kedua tonjolan bulat di dadaku pasti tampak samar bagi mereka.

Tubuhku mulai bergidik karena gugup, tetapi anehnya, aku juga merasakan sensasi yang menyenangkan.

Ini pertama kalinya aku menggoda pria lain selain Evan, dan melakukannya di depan Evan.

Rinto terus menatapku, tubuhku mulai terasa panas. Sepasang buah dadaku juga mulai terasa penuh, membuat kemejaku makin sempit.

Setelah aku 'meminum' anggur hingga habis, lebih tepatnya menuang anggur hingga habis. Aku menenangkan diriku, meletakkan gelas, lalu melirik Rinto.

Napas Rinto tampak mulai tidak teratur. Sebab dia sedang berdiri, area selangkangan celananya tampak jelas mulai membesar.

Biarpun ditutupi oleh celana, aku bisa menilai bahwa yang Rinto miliki jauh lebih besar dari Evan.

Jantungku berdebar kencang, dadaku mulai naik turun dengan cepat. Aku melirik Evan tipis.

Dia tampak lebih bersemangat daripada aku, bahkan tanpa sadar menjilat bibirnya sendiri.

Dia benar-benar gila!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permainan Mustahil   Bab 12

    Aku sangat bersemangat karena aku sudah menanti selama seminggu penuh, akhirnya malam ini aku kedatangan dua pria sekaligus.Hatiku dipenuhi hasrat yang kuat, berharap malam ini akan jauh lebih intens dari sebelumnya.Pukul enam sore aku mandi terlebih dahulu, lalu menyiapkan beberapa masakan.Setengah jam kemudian, Evan dan Rinto pun tiba di rumah.Setelah menaruh koper, Evan langsung memelukku dan mencium pipiku."Rinto sedang lihat, lho," kataku malu-malu."Apa yang kamu takuti? Lagian kamu 'kan sudah pernah main bersama Rinto!" jawab Evan.Dia tersenyum nakal dan menepuk bokongku.Rinto berdiri di samping dan tersenyum penuh arti.Wajahku makin merah, aku cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Evan dan pergi ke dapur untuk memasak.Di ruang tamu, Evan dan Rinto mengobrol santai sambil merokok.Sementara aku di dapur, hatiku berdebar tak karuan.Selain sedikit rasa bersalah pada Evan, yang paling dominan adalah antusiasme pada malam nanti.Setengah jam kemudian, aku mulai menyajik

  • Permainan Mustahil   Bab 11

    Ucapan Feby yang sedikit bercanda itu membuat hatiku bergetar sejenak.Meskipun dia tidak bermaksud serius, tetapi setidaknya itu membuktikan bahwa kejadian semalam memang sebuah pengkhianatan pada Evan.Aku menjawab dengan nada sedikit kesal, "Kamu ngomong apa sih? Tadi malam di rumahku ada pencuri masuk."Setelah itu, aku sengaja mengalihkan pembicaraan.Feby tampak terkejut dan bertanya, "Serius? Terus apa kamu kehilangan barang?"Aku tersenyum dan berkata, "Rumahku miskin, pencuri pun nggak dapat apa-apa yang berharga, cuma beberapa alat elektronik tua."Mendengar itu, Feby pun lega dan tersenyum, "Aku serius, lho, Niana. Wajahmu jauh lebih cerah dari beberapa hari lalu, pipimu jadi merah merona."Aku cuma menjawab mungkin karena ganti kosmetik, tetapi dalam hati aku merasa bangga.Sepertinya wanita memang butuh sentuhan dari pria secara rutin, kalau tidak, dia akan seperti lahan yang lama tidak digarap, akhirnya ditumbuhi rumput liar dan kehilangan kesuburannyaSaat waktu istiraha

  • Permainan Mustahil   Bab 10

    Pemilik toko segera tersenyum lebar dan menjawab dengan riang, "Ada, ada. Kamu butuh pil kontrasepsi jenis apa?"Aku agak terkejut, ada macam-macam jenis pil kontrasepsi?"Kamu butuh yang jangka pendek atau jangka panjang?" tanya pria itu. Dia segera menjelaskan setelah melihat aku terdiam."Ada yang jangka pendek?" tanyaku. "Ada. Yang paling banyak dipakai itu merek Yasmin, sebentar ya!" jawab pria itu.Setelah bicara, pria itu langsung berbalik menuju gudang belakang untuk mengambil barang.Mataku mengikuti pergerakannya ke arah rak penyimpanan, tiba-tiba sebuah mainan berukuran besar muncul di hadapanku.Benda itu menyerupai alat vital pria, ia terbungkus kotak transparan dengan ukuran yang sungguh mencolok dan permukaan berbenjol-benjol, seperti mentimun raksasa.Wajahku seketika memerah, entah kenapa ada rasa berdebar-debar di dalam dada, imajinasiku mulai liar.Bayangkan kalau benda sebesar itu masuk ke dalam tubuhku, rasanya seperti apa ya?Tentu saja, di rak tidak hanya ada ma

  • Permainan Mustahil   Bab 9

    Kedua satpam itu melihatku lalu bertanya dengan sopan, "Selamat malam, Bu. Kami dari tim pengelola komplek, tadi ada laporan bahwa ada pencuri yang mungkin menyelinap masuk ke gedung ini, jadi kami datang untuk memeriksa."Aku tersenyum tipis, menjawab dengan tenang, "Oh, terima kasih sudah datang, tapi aku nggak melihat ada pencuri yang masuk."Melihat aku baik-baik saja, kedua satpam itu kemudian berkata, "Kalau begitu, maaf sudah mengganggu. Pastikan telah mengunci pintu dan jendela dengan baik. Kalau ada apa-apa, bisa hubungi nomor kantor kami kapan saja."Aku tetap tersenyum dan menjawab, "Iya, baik. Terima kasih."Setelah itu, aku menutup pintu besi pelindung dengan perlahan, lalu menghela napas lega. Syukurlah, bukan Evan yang datang.Tadi malam Evan mencoba mengajak Rinto untuk bermain lagi, tetapi aku menolaknya. Kini aku malah diam-diam berbuat mesum dengan pria asing.Meski aku terpaksa, perasaan bersalah seperti telah berselingkuh tetap mengganjal di hatikuKetika aku kemba

  • Permainan Mustahil   Bab 8

    Aku tidak berdaya melawan, tubuhku makin panas terbakar hasrat. Di bawah rangsangan darinya, seluruh tubuhku menjadi lemas, pandanganku mulai kabur, bahkan aku mulai menggoyangkan badan seolah menyambutnya."Kamu memang benar-benar nakal, ya? Apa suamimu nggak bisa memuaskanmu, jadi kamu menungguku melayanimu?" ucap pria itu sambil tertawa mengejek. Dia sengaja merangsangku dengan ucapan."Kamu jangan omong sembarangan!" tegurku.Aku ingin membantah, tetapi tubuhku berkhianat.Pria itu diam sejenak, lalu buru-buru membuka ikat pinggangnya.Ya Tuhan, tadi malam aku baru saja bersama dua pria, sekarang aku dipermainkan lagi oleh seorang pencuri seperti ini!Aku bisa merasakan dengan jelas, pencuri ini tidak kalah dari Rinto. Mereka sama-sama seperti binatang ganas.Aku bagaikan perahu kecil di tengah badai samudra, hanya satu gelombang besar saja, aku bisa terbalik.Aku tanpa sadar merangkul erat pinggangnya. Awalnya aku masih berusaha menggigit bibir agar tidak mendesah, tetapi tak lama

  • Permainan Mustahil   Bab 7

    Setelah itu, dia melihat tas yang aku lempar sembarangan di atas ranjang. Dia menekanku lengan satu tangan, sementara tangan satunya meraih tas tersebut.Dia membuka tas itu, mulai merogohnya, lalu mengeluarkan sebuah dompet yang dari dalam.Begitu melihat dompet itu, aku melihat wajahnya langsung tersenyum. Genggaman tangannya di lenganku pun mengendur, lalu kedua tangannya membuka dompetku.Tak lama kemudian, dia melihat uang tunai yang aku simpan di dalam dompet itu. Dia menghitungnya, total ada sekitar enam juta.Namun, setelah menghitung, dia hanya mengambil empat juta, lalu mengembalikan sisanya ke dompet. Dia kemudian menoleh ke arahku dan berkata, "Uang ini aku anggap pinjaman dari kamu, nanti pasti kubayar kembali!"Aku hanya terdiam. Anehnya, ketegangan di hatiku lenyap. Bahkan di benakku tiba-tiba muncul sebuah pikiran yang sangat konyol.Tubuh pria ini kekar dan gagah sekali, pasti dia juga hebat di ranjang.Imajinasi itu membuatku tak bisa menahan menggelengkan kepala. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status