Share

Bab 4

Author: Kabut
Meski di dalam hati aku sudah tidak tahan, aku tahu aku tetap harus berpura-pura.

"Rinto, kamu ngapain? Lepaskan aku!" teriakku.

Aku berusaha mendorongnya, tetapi tidak bisa.

"Kak Niana, kamu bahkan nggak pakai bra, aku tahu kamu sengaja menggodaku, 'kan? Kenapa kamu berpura-pura sekarang?" ucap Rinto.

Tampaknya Rinto benar-benar mabuk. Dia tidak lagi menjaga ucapannya. Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Saat aku masih bingung, tiba-tiba tangan Rinto bergerak masuk ke dalam kerah kemejaku.

"Ah, jangan," ucapku.

Sensasi seperti dialiri arus listrik mulai terasa, membuat tubuhku melemas. Suaraku bahkan terdengar gemetar.

Rinto makin bersemangat. "Kak Niana, dadamu jauh lebih besar dari istriku! Lihat Kak Evan sekarang, dia sudah mabuk. Dia nggak akan tahu apa yang kita lakukan malam ini. Ayo, biar aku memuaskanmu."

Rinto terus-menerus merangsangku, nafsuku mulai melonjak tinggi. Kesadaranku pun melemah.

Aku tidak menyangka Rinto akan begitu mudah terpancing. Diam-diam aku merasa bangga dengan karismaku.

Ini semua ide Evan.

Aku melirik ke arah Evan, aku baru sadar entah sejak kapan dia sudah membuka matanya dan mengamati gerak-gerik kami sambil tersenyum nakal. Wajahnya menunjukkan kegirangan.

Dasar suami jahat, dia pasti tidak sabar melihatku bercinta dengan pria lain!

Aku menatapnya kesal, lalu sengaja menjulurkan tanganku ke belakang pinggul.

Saat membuka ritsleting celana, jantungku berdegup kencang. Aku merasa girang dan juga gugup.

Dari segi ukuran dan kekuatan, Ranto benar-benar jauh lebih unggul dari Evan. Jika diisi dengan itu, aku tidak tahu apakah aku masih berjalan keesokan harinya.

Begitu disentuh oleh jariku, Rinto refleks mendeham. Terdengar jelas bahwa dia sudah tidak sabar.

"Kak Niana, sudah kuduga kamu liar sekali. Kak Evan pasti nggak bisa memuaskanmu, 'kan?" ujar Rinto.

Tangannya tidak pernah berhenti dan dia terus menghembuskan napas hangat di telingaku.

Tubuhku merasa lemas dirangsang olehnya, aku pun tidak tahan menjawab, "Ini semua ide jahat Evan ...."

"Apa?" seru Rinto.

Rinto terkejut, tangannya pun berhenti.

Evan pun bangkit dari ranjang dan menatap kami dengan ekspresi nakal.

Rinto terkejut sekali. Tangannya langsung lepas dari tubuhku dan dia bergerak mundur dua langkah, "Kak Evan, jangan salah paham, a ... aku ..." ucap Rinto panik.

"Rinto, tenang saja. Ini semua memang rencana kami. Kalau nggak, mana mungkin Niana berani menggodamu didepanku?" ujar Evan.

Rinto tercengang, dia menatapku dengan mata melebar.

Sementara aku merasa malu dan buru-buru menundukkan kepalaku.

"Niana terlalu penuh gairah, aku nggak bisa memuaskannya, tapi aku juga nggak mau dia mencari pelarian diam-diam. Jadi, kami memikirkan ide ini. Rinto, kamu teman baikku. Mari kita puaskan dia bersama malam ini," ucap Evan.

Evan tidak peduli dengan perasaanku sama sekali. Dia mendeskripsikanku seperti itu membuatku merasa malu, tidak tahu harus menyembunyikan wajahku ke mana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permainan Mustahil   Bab 12

    Aku sangat bersemangat karena aku sudah menanti selama seminggu penuh, akhirnya malam ini aku kedatangan dua pria sekaligus.Hatiku dipenuhi hasrat yang kuat, berharap malam ini akan jauh lebih intens dari sebelumnya.Pukul enam sore aku mandi terlebih dahulu, lalu menyiapkan beberapa masakan.Setengah jam kemudian, Evan dan Rinto pun tiba di rumah.Setelah menaruh koper, Evan langsung memelukku dan mencium pipiku."Rinto sedang lihat, lho," kataku malu-malu."Apa yang kamu takuti? Lagian kamu 'kan sudah pernah main bersama Rinto!" jawab Evan.Dia tersenyum nakal dan menepuk bokongku.Rinto berdiri di samping dan tersenyum penuh arti.Wajahku makin merah, aku cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Evan dan pergi ke dapur untuk memasak.Di ruang tamu, Evan dan Rinto mengobrol santai sambil merokok.Sementara aku di dapur, hatiku berdebar tak karuan.Selain sedikit rasa bersalah pada Evan, yang paling dominan adalah antusiasme pada malam nanti.Setengah jam kemudian, aku mulai menyajik

  • Permainan Mustahil   Bab 11

    Ucapan Feby yang sedikit bercanda itu membuat hatiku bergetar sejenak.Meskipun dia tidak bermaksud serius, tetapi setidaknya itu membuktikan bahwa kejadian semalam memang sebuah pengkhianatan pada Evan.Aku menjawab dengan nada sedikit kesal, "Kamu ngomong apa sih? Tadi malam di rumahku ada pencuri masuk."Setelah itu, aku sengaja mengalihkan pembicaraan.Feby tampak terkejut dan bertanya, "Serius? Terus apa kamu kehilangan barang?"Aku tersenyum dan berkata, "Rumahku miskin, pencuri pun nggak dapat apa-apa yang berharga, cuma beberapa alat elektronik tua."Mendengar itu, Feby pun lega dan tersenyum, "Aku serius, lho, Niana. Wajahmu jauh lebih cerah dari beberapa hari lalu, pipimu jadi merah merona."Aku cuma menjawab mungkin karena ganti kosmetik, tetapi dalam hati aku merasa bangga.Sepertinya wanita memang butuh sentuhan dari pria secara rutin, kalau tidak, dia akan seperti lahan yang lama tidak digarap, akhirnya ditumbuhi rumput liar dan kehilangan kesuburannyaSaat waktu istiraha

  • Permainan Mustahil   Bab 10

    Pemilik toko segera tersenyum lebar dan menjawab dengan riang, "Ada, ada. Kamu butuh pil kontrasepsi jenis apa?"Aku agak terkejut, ada macam-macam jenis pil kontrasepsi?"Kamu butuh yang jangka pendek atau jangka panjang?" tanya pria itu. Dia segera menjelaskan setelah melihat aku terdiam."Ada yang jangka pendek?" tanyaku. "Ada. Yang paling banyak dipakai itu merek Yasmin, sebentar ya!" jawab pria itu.Setelah bicara, pria itu langsung berbalik menuju gudang belakang untuk mengambil barang.Mataku mengikuti pergerakannya ke arah rak penyimpanan, tiba-tiba sebuah mainan berukuran besar muncul di hadapanku.Benda itu menyerupai alat vital pria, ia terbungkus kotak transparan dengan ukuran yang sungguh mencolok dan permukaan berbenjol-benjol, seperti mentimun raksasa.Wajahku seketika memerah, entah kenapa ada rasa berdebar-debar di dalam dada, imajinasiku mulai liar.Bayangkan kalau benda sebesar itu masuk ke dalam tubuhku, rasanya seperti apa ya?Tentu saja, di rak tidak hanya ada ma

  • Permainan Mustahil   Bab 9

    Kedua satpam itu melihatku lalu bertanya dengan sopan, "Selamat malam, Bu. Kami dari tim pengelola komplek, tadi ada laporan bahwa ada pencuri yang mungkin menyelinap masuk ke gedung ini, jadi kami datang untuk memeriksa."Aku tersenyum tipis, menjawab dengan tenang, "Oh, terima kasih sudah datang, tapi aku nggak melihat ada pencuri yang masuk."Melihat aku baik-baik saja, kedua satpam itu kemudian berkata, "Kalau begitu, maaf sudah mengganggu. Pastikan telah mengunci pintu dan jendela dengan baik. Kalau ada apa-apa, bisa hubungi nomor kantor kami kapan saja."Aku tetap tersenyum dan menjawab, "Iya, baik. Terima kasih."Setelah itu, aku menutup pintu besi pelindung dengan perlahan, lalu menghela napas lega. Syukurlah, bukan Evan yang datang.Tadi malam Evan mencoba mengajak Rinto untuk bermain lagi, tetapi aku menolaknya. Kini aku malah diam-diam berbuat mesum dengan pria asing.Meski aku terpaksa, perasaan bersalah seperti telah berselingkuh tetap mengganjal di hatikuKetika aku kemba

  • Permainan Mustahil   Bab 8

    Aku tidak berdaya melawan, tubuhku makin panas terbakar hasrat. Di bawah rangsangan darinya, seluruh tubuhku menjadi lemas, pandanganku mulai kabur, bahkan aku mulai menggoyangkan badan seolah menyambutnya."Kamu memang benar-benar nakal, ya? Apa suamimu nggak bisa memuaskanmu, jadi kamu menungguku melayanimu?" ucap pria itu sambil tertawa mengejek. Dia sengaja merangsangku dengan ucapan."Kamu jangan omong sembarangan!" tegurku.Aku ingin membantah, tetapi tubuhku berkhianat.Pria itu diam sejenak, lalu buru-buru membuka ikat pinggangnya.Ya Tuhan, tadi malam aku baru saja bersama dua pria, sekarang aku dipermainkan lagi oleh seorang pencuri seperti ini!Aku bisa merasakan dengan jelas, pencuri ini tidak kalah dari Rinto. Mereka sama-sama seperti binatang ganas.Aku bagaikan perahu kecil di tengah badai samudra, hanya satu gelombang besar saja, aku bisa terbalik.Aku tanpa sadar merangkul erat pinggangnya. Awalnya aku masih berusaha menggigit bibir agar tidak mendesah, tetapi tak lama

  • Permainan Mustahil   Bab 7

    Setelah itu, dia melihat tas yang aku lempar sembarangan di atas ranjang. Dia menekanku lengan satu tangan, sementara tangan satunya meraih tas tersebut.Dia membuka tas itu, mulai merogohnya, lalu mengeluarkan sebuah dompet yang dari dalam.Begitu melihat dompet itu, aku melihat wajahnya langsung tersenyum. Genggaman tangannya di lenganku pun mengendur, lalu kedua tangannya membuka dompetku.Tak lama kemudian, dia melihat uang tunai yang aku simpan di dalam dompet itu. Dia menghitungnya, total ada sekitar enam juta.Namun, setelah menghitung, dia hanya mengambil empat juta, lalu mengembalikan sisanya ke dompet. Dia kemudian menoleh ke arahku dan berkata, "Uang ini aku anggap pinjaman dari kamu, nanti pasti kubayar kembali!"Aku hanya terdiam. Anehnya, ketegangan di hatiku lenyap. Bahkan di benakku tiba-tiba muncul sebuah pikiran yang sangat konyol.Tubuh pria ini kekar dan gagah sekali, pasti dia juga hebat di ranjang.Imajinasi itu membuatku tak bisa menahan menggelengkan kepala. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status