Share

Bab 5

Author: Kabut
"Evan, kamu, jangan omong sembarangan ..." tegurku.

Aku masih berusaha menjaga kesan baikku di depan Rinto, tetapi suaraku sudah tidak berdaya.

Evan tersenyum nakal, tiba-tiba dia meraih tanganku.

Aku kehilangan keseimbangan, terjatuh di atas ranjang, dan langsung dipeluk erat oleh Evan.

Tubuhku terasa panas membara, aku malu sekali sampai langsung memejamkan mata dan menyembunyikan wajah di pelukannya.

Di depan Rinto, Evan dengan cepat melepas pakaianku satu per satu.

Kini aku benar-benar telanjang bulat, tubuhku yang mulus dan berisi terpampang jelas di depan dua pria dewasa itu.

Aku setengah memejamkan mata, diam-diam mengintip ekspresi Rinto.

Mata Rinto membelalak, tampak sangat bersemangat.

Jantungku berdegup kencang, tidak pernah terbayangkan suatu hari aku benar-benar akan melakukan permainan seru bertiga bersama suamiku dan pria lain.

Hasrat dalam hatiku membara, aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku mulai meraih ikat pinggang Evan dan duduk di atas pangkunya.

Evan jauh lebih bergairah dari biasanya, sepertinya dia juga sangat menikmati permainan ini.

"Dasar pelacur, kamu sudah basah sekali," ujar Evan.

Dia memakiku, sementara Rinto berdiri di samping menyaksikan kami. Aku terangsang sampai tubuhku gemetar tak terkendali.

Rinto akhirnya tidak bisa menahan diri dan ikut bergabung dalam permainan.

Dua pria itu mempermainkan tubuhku dengan penuh semangat, aku sampai pusing dibuatnya dan tanpa sadar mengeluarkan desahan pelan.

Rinto tampak ragu, dia tidak melakukan gerakan lebih jauh, hanya menatap Evan dengan tatapan bertanya.

Evan tersenyum dan mengangguk, membuat Rinto sangat girang.

Malam itu, aku digoda dua pria itu selama berjam-jam.

Mereka baru rela melepaskanku setelah aku memohon-mohon. Tubuhku benar-benar lemas, sprei dan selimut berantakan.

Saat itu, Rinto dan Evan juga sudah kelelahan.

Kami bertiga akhirnya tertidur bersama di atas ranjang besar itu

Keesokan paginya, aku menyeret tubuh lelahku pergi bekerja. Sebelum berangkat, Evan mengajak Rinto datang lagi malam nanti, tetapi aku buru-buru menghentikan mereka.

"Aku benar-benar capek, gimana kalau besok saja?" tanyaku.

Mereka masih ingin memaksa, tetapi aku berkata, "Hari ini aku benar-benar lelah. Besok kalian mau apa saja, aku akan turuti."

Namun, rencana tidak selalu berjalan mulus. Pada siang hari, Evan meneleponku.

Dia berkata bahwa atasan menyuruh dia dan Rinto pergi dinas luar kota, kemungkinan seminggu.

Hatiku sedikit kecewa, meski semalam melelahkan, itu pengalaman paling nikmat sebagai seorang wanita dalam hidupku.

"Kalian berdua pergi?" tanyaku.

"Iya. Kenapa? Kalau Rinto tinggal, kamu mau selingkuh dengannya di belakangku?" tanya Evan.

Evan bisa membaca pikiranku, membuatku sedikit malu.

"Mana mungkin! Aku hanya nggak rela kamu pergi selama itu. Kapan kalian berangkat?" tanyaku.

"Hari ini. Nanti aku pulang dan langsung berkemas," jawab Evan.

Setelah hari ini, Evan dan Rinto akan pergi dinas.

Begitu aku membayangkan diriku akan berdiam sendiri di rumah malam nanti. Hatiku terasa sepi.

Tiba-tiba, di grup kompleks, ada pesan dari satpam kompleks. Dia mengabarkan bahwa tadi malam ada rumah yang dibobol paksa oleh pencuri dan tuan rumah itu kehilangan sebuah laptop serta sejumlah uang tunai. Dia juga mengingatkan semua penghuni untuk berwaspada dan menyimpan barang berharga dengan aman.

Aku tidak terlalu memikirkan hal itu karena uangku semua di bank digital, cukup pakai ponsel untuk transaksi sehari-hari saja.

Hari ini aku harus lembur, baru pulang jam 9 malam.

Begitu masuk rumah, aku langsung curiga karena di asbak ruang tamu ada puntung rokok.

Padahal pagi tadi aku sudah pastikan semuanya bersih sebelum berangkat kerja. Jantungku berdetak kencang, jangan-jangan ada pencuri masuk.

Dengan perasaan cemas, aku segera menuju kamar tidur.

Begitu masuk, aku terkejut melihat kamar berantakan. Aku marah dan hendak mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi, tiba-tiba sebuah lengan kuat memelukku dari belakang.

Tangan satunya memegang sebilah belati yang berkilauan dalam gelap.

Suara pria itu rendah, dia mengancam, "Jangan berteriak! Kalau kamu teriak, kamu akan kubunuh!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permainan Mustahil   Bab 12

    Aku sangat bersemangat karena aku sudah menanti selama seminggu penuh, akhirnya malam ini aku kedatangan dua pria sekaligus.Hatiku dipenuhi hasrat yang kuat, berharap malam ini akan jauh lebih intens dari sebelumnya.Pukul enam sore aku mandi terlebih dahulu, lalu menyiapkan beberapa masakan.Setengah jam kemudian, Evan dan Rinto pun tiba di rumah.Setelah menaruh koper, Evan langsung memelukku dan mencium pipiku."Rinto sedang lihat, lho," kataku malu-malu."Apa yang kamu takuti? Lagian kamu 'kan sudah pernah main bersama Rinto!" jawab Evan.Dia tersenyum nakal dan menepuk bokongku.Rinto berdiri di samping dan tersenyum penuh arti.Wajahku makin merah, aku cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Evan dan pergi ke dapur untuk memasak.Di ruang tamu, Evan dan Rinto mengobrol santai sambil merokok.Sementara aku di dapur, hatiku berdebar tak karuan.Selain sedikit rasa bersalah pada Evan, yang paling dominan adalah antusiasme pada malam nanti.Setengah jam kemudian, aku mulai menyajik

  • Permainan Mustahil   Bab 11

    Ucapan Feby yang sedikit bercanda itu membuat hatiku bergetar sejenak.Meskipun dia tidak bermaksud serius, tetapi setidaknya itu membuktikan bahwa kejadian semalam memang sebuah pengkhianatan pada Evan.Aku menjawab dengan nada sedikit kesal, "Kamu ngomong apa sih? Tadi malam di rumahku ada pencuri masuk."Setelah itu, aku sengaja mengalihkan pembicaraan.Feby tampak terkejut dan bertanya, "Serius? Terus apa kamu kehilangan barang?"Aku tersenyum dan berkata, "Rumahku miskin, pencuri pun nggak dapat apa-apa yang berharga, cuma beberapa alat elektronik tua."Mendengar itu, Feby pun lega dan tersenyum, "Aku serius, lho, Niana. Wajahmu jauh lebih cerah dari beberapa hari lalu, pipimu jadi merah merona."Aku cuma menjawab mungkin karena ganti kosmetik, tetapi dalam hati aku merasa bangga.Sepertinya wanita memang butuh sentuhan dari pria secara rutin, kalau tidak, dia akan seperti lahan yang lama tidak digarap, akhirnya ditumbuhi rumput liar dan kehilangan kesuburannyaSaat waktu istiraha

  • Permainan Mustahil   Bab 10

    Pemilik toko segera tersenyum lebar dan menjawab dengan riang, "Ada, ada. Kamu butuh pil kontrasepsi jenis apa?"Aku agak terkejut, ada macam-macam jenis pil kontrasepsi?"Kamu butuh yang jangka pendek atau jangka panjang?" tanya pria itu. Dia segera menjelaskan setelah melihat aku terdiam."Ada yang jangka pendek?" tanyaku. "Ada. Yang paling banyak dipakai itu merek Yasmin, sebentar ya!" jawab pria itu.Setelah bicara, pria itu langsung berbalik menuju gudang belakang untuk mengambil barang.Mataku mengikuti pergerakannya ke arah rak penyimpanan, tiba-tiba sebuah mainan berukuran besar muncul di hadapanku.Benda itu menyerupai alat vital pria, ia terbungkus kotak transparan dengan ukuran yang sungguh mencolok dan permukaan berbenjol-benjol, seperti mentimun raksasa.Wajahku seketika memerah, entah kenapa ada rasa berdebar-debar di dalam dada, imajinasiku mulai liar.Bayangkan kalau benda sebesar itu masuk ke dalam tubuhku, rasanya seperti apa ya?Tentu saja, di rak tidak hanya ada ma

  • Permainan Mustahil   Bab 9

    Kedua satpam itu melihatku lalu bertanya dengan sopan, "Selamat malam, Bu. Kami dari tim pengelola komplek, tadi ada laporan bahwa ada pencuri yang mungkin menyelinap masuk ke gedung ini, jadi kami datang untuk memeriksa."Aku tersenyum tipis, menjawab dengan tenang, "Oh, terima kasih sudah datang, tapi aku nggak melihat ada pencuri yang masuk."Melihat aku baik-baik saja, kedua satpam itu kemudian berkata, "Kalau begitu, maaf sudah mengganggu. Pastikan telah mengunci pintu dan jendela dengan baik. Kalau ada apa-apa, bisa hubungi nomor kantor kami kapan saja."Aku tetap tersenyum dan menjawab, "Iya, baik. Terima kasih."Setelah itu, aku menutup pintu besi pelindung dengan perlahan, lalu menghela napas lega. Syukurlah, bukan Evan yang datang.Tadi malam Evan mencoba mengajak Rinto untuk bermain lagi, tetapi aku menolaknya. Kini aku malah diam-diam berbuat mesum dengan pria asing.Meski aku terpaksa, perasaan bersalah seperti telah berselingkuh tetap mengganjal di hatikuKetika aku kemba

  • Permainan Mustahil   Bab 8

    Aku tidak berdaya melawan, tubuhku makin panas terbakar hasrat. Di bawah rangsangan darinya, seluruh tubuhku menjadi lemas, pandanganku mulai kabur, bahkan aku mulai menggoyangkan badan seolah menyambutnya."Kamu memang benar-benar nakal, ya? Apa suamimu nggak bisa memuaskanmu, jadi kamu menungguku melayanimu?" ucap pria itu sambil tertawa mengejek. Dia sengaja merangsangku dengan ucapan."Kamu jangan omong sembarangan!" tegurku.Aku ingin membantah, tetapi tubuhku berkhianat.Pria itu diam sejenak, lalu buru-buru membuka ikat pinggangnya.Ya Tuhan, tadi malam aku baru saja bersama dua pria, sekarang aku dipermainkan lagi oleh seorang pencuri seperti ini!Aku bisa merasakan dengan jelas, pencuri ini tidak kalah dari Rinto. Mereka sama-sama seperti binatang ganas.Aku bagaikan perahu kecil di tengah badai samudra, hanya satu gelombang besar saja, aku bisa terbalik.Aku tanpa sadar merangkul erat pinggangnya. Awalnya aku masih berusaha menggigit bibir agar tidak mendesah, tetapi tak lama

  • Permainan Mustahil   Bab 7

    Setelah itu, dia melihat tas yang aku lempar sembarangan di atas ranjang. Dia menekanku lengan satu tangan, sementara tangan satunya meraih tas tersebut.Dia membuka tas itu, mulai merogohnya, lalu mengeluarkan sebuah dompet yang dari dalam.Begitu melihat dompet itu, aku melihat wajahnya langsung tersenyum. Genggaman tangannya di lenganku pun mengendur, lalu kedua tangannya membuka dompetku.Tak lama kemudian, dia melihat uang tunai yang aku simpan di dalam dompet itu. Dia menghitungnya, total ada sekitar enam juta.Namun, setelah menghitung, dia hanya mengambil empat juta, lalu mengembalikan sisanya ke dompet. Dia kemudian menoleh ke arahku dan berkata, "Uang ini aku anggap pinjaman dari kamu, nanti pasti kubayar kembali!"Aku hanya terdiam. Anehnya, ketegangan di hatiku lenyap. Bahkan di benakku tiba-tiba muncul sebuah pikiran yang sangat konyol.Tubuh pria ini kekar dan gagah sekali, pasti dia juga hebat di ranjang.Imajinasi itu membuatku tak bisa menahan menggelengkan kepala. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status