Share

Permainan Mustahil
Permainan Mustahil
Author: Kabut

Bab 1

Author: Kabut
Setelah badai gairah mereda, aku terbaring di pelukan Evan Hermawan, tubuhku masih hangat dan berkeringat. Kedua kakiku melingkar manja di tubuhnya.

"Sayang, gimana kalau kita coba tukar pasangan?" gumam Evan pelan sambil memelukku dan mengepulkan asap rokok dengan tenang.

Namaku Niana Tanjaya. Kami sudah menikah lima tahun.

Belakangan ini, gairah kami saat bercinta mulai berkurang. Kami mulai menjalaninya seperti rutinitas yang harus dijalani, bukan dinikmati.

Aku tahu Evan punya fantasi sendiri dalam hal itu. Saat kami bercinta, dia sering memintaku membayangkan pria lain.

Awalnya aku sangat menolak, tetapi entah sejak kapan, sensasi aneh itu justru memicu gairah yang aneh.

Oleh sebab itu, saat Evan mengusulkan ide gila seperti itu, aku tidak langsung marah. Hanya sedikit gugup dan malu.

"Ah, mana mau aku. Aku cuma mau kamu, Sayang," ujarku sambil mencium pipinya.

"Aku cuma mau kita bisa kembali bergairah, Sayang. Ini untuk menambah sensasi. Kalau kamu belum siap untuk tukar pasangan, gimana kalau aku carikan satu pria gagah untukmu dulu? Aku dan dia bisa melayanimu bersama-sama. Kujamin kamu pasti akan ketagihan," ucap Evan.

Kata-katanya membuat bayangan liar muncul di benakku. Diapit oleh dua pria dalam satu waktu? Tubuhku langsung merespons kuat, nafsu yang baru saja kulepas kembali meningkat.

Melihat aku terdiam, Evan pun girang. "Diam berarti setuju ya. Biar kupilih pria gagah untukmu. Gimana kalau Rinto?"

Saat mendengar nama Rinto, wajahku refleks memerah.

Rinto Arya adalah rekan kerja Evan. Dia berusia 38 tahun, badannya kekar, tidak seperti perut Evan yang sedikit buncit.

Dia biasanya selalu berpakaian rapi, gaya bicaranya pun lembut, dan dia selalu memakai parfum pria yang memikat.

Hatiku sangat tergoda, tetapi bagaimana mungkin aku berani mengatakan itu kepada Evan?

Namun, Evan sangat memahamiku. Melihat reaksiku yang begitu, dia pun tersenyum nakal.

"Oke! Gadis nakal, nantikan saja kedatangannya," ujar Evan.

Hari-hari pun berlalu. Diam-diam aku menantikan sesuatu yang tidak pasti. Namun, Evan bersikap biasa saja.

Aku gelisah, tetapi juga gengsi untuk bertanya.

Sampai akhirnya malam Jumat itu, sepulang kerja, Evan berkata dengan santai, "Sayang, malam ini masak lebih banyak ya. Rinto mau makan malam di sini."

Jantungku langsung berdetak kencang. Aku menahan kegugupan itu dan mengangguk pelan, kemudian berpura-pura biasa sambil mulai menyiapkan semuanya.

Saat Rinto tiba, hari sudah malam. Makanan sudah siap, kami bahkan membuka sebotol anggur untuk melayaninya.

Evan dan Rinto mengobrol seperti biasa, sementara aku yang biasanya cerewet, malah duduk diam, makan tanpa suara. Aku merasa gugup sekali.

Namun, lama-kelamaan aku merasa aneh. Sepertinya Evan tidak memberi tahu Rinto terlebih dahulu tentang hal itu.

Terkadang saat aku bertatapan dengan Rinto, dia sama sekali tidak menunjukkan gelagat penuh nafsu seperti yang kubayangkan. Tatapannya hanya penuh kekaguman.

Saat Rinto pergi ke kamar mandi, aku pun tidak lagi tahan untuk bertanya. Aku mendekati Evan dan bertanya dengan suara pelan, "Kamu ... belum bilang ke dia?"

Evan malah tersenyum penuh kemenangan, lalu berkata, "Dasar nakal, akhirnya kamu nanya juga. Dari tadi kamu kelihatan kalem sekali di luar, ternyata dalamnya sudah nggak tahan, ya? Haha, jangan buru-buru, jadi begini ...."

Evan membisikkan sesuatu di telingaku.

Rencana yang dia katakan membuat wajahku langsung memerah. Dasar pria licik, bisa-bisanya dia memintaku untuk menggoda Rinto! Apa dia benar-benar Evan?

Aku menatapnya dengan kesal, tetapi dia malah berkata, "Kalau aku langsung bilang ke dia, nanti malah canggung. Kita jangan menakuti dia. Sayang, kalau kamu mau kami melayanimu bersama-sama, tentu saja kamu harus tunjukkan ketertarikanmu."

Belum sempat aku menjawab, Rinto sudah keluar dari kamar mandi. Kami langsung terdiam.

Evan memberiku pandangan penuh kode. Aku menarik napas panjang dan akhirnya memutuskan untuk melakukannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permainan Mustahil   Bab 12

    Aku sangat bersemangat karena aku sudah menanti selama seminggu penuh, akhirnya malam ini aku kedatangan dua pria sekaligus.Hatiku dipenuhi hasrat yang kuat, berharap malam ini akan jauh lebih intens dari sebelumnya.Pukul enam sore aku mandi terlebih dahulu, lalu menyiapkan beberapa masakan.Setengah jam kemudian, Evan dan Rinto pun tiba di rumah.Setelah menaruh koper, Evan langsung memelukku dan mencium pipiku."Rinto sedang lihat, lho," kataku malu-malu."Apa yang kamu takuti? Lagian kamu 'kan sudah pernah main bersama Rinto!" jawab Evan.Dia tersenyum nakal dan menepuk bokongku.Rinto berdiri di samping dan tersenyum penuh arti.Wajahku makin merah, aku cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Evan dan pergi ke dapur untuk memasak.Di ruang tamu, Evan dan Rinto mengobrol santai sambil merokok.Sementara aku di dapur, hatiku berdebar tak karuan.Selain sedikit rasa bersalah pada Evan, yang paling dominan adalah antusiasme pada malam nanti.Setengah jam kemudian, aku mulai menyajik

  • Permainan Mustahil   Bab 11

    Ucapan Feby yang sedikit bercanda itu membuat hatiku bergetar sejenak.Meskipun dia tidak bermaksud serius, tetapi setidaknya itu membuktikan bahwa kejadian semalam memang sebuah pengkhianatan pada Evan.Aku menjawab dengan nada sedikit kesal, "Kamu ngomong apa sih? Tadi malam di rumahku ada pencuri masuk."Setelah itu, aku sengaja mengalihkan pembicaraan.Feby tampak terkejut dan bertanya, "Serius? Terus apa kamu kehilangan barang?"Aku tersenyum dan berkata, "Rumahku miskin, pencuri pun nggak dapat apa-apa yang berharga, cuma beberapa alat elektronik tua."Mendengar itu, Feby pun lega dan tersenyum, "Aku serius, lho, Niana. Wajahmu jauh lebih cerah dari beberapa hari lalu, pipimu jadi merah merona."Aku cuma menjawab mungkin karena ganti kosmetik, tetapi dalam hati aku merasa bangga.Sepertinya wanita memang butuh sentuhan dari pria secara rutin, kalau tidak, dia akan seperti lahan yang lama tidak digarap, akhirnya ditumbuhi rumput liar dan kehilangan kesuburannyaSaat waktu istiraha

  • Permainan Mustahil   Bab 10

    Pemilik toko segera tersenyum lebar dan menjawab dengan riang, "Ada, ada. Kamu butuh pil kontrasepsi jenis apa?"Aku agak terkejut, ada macam-macam jenis pil kontrasepsi?"Kamu butuh yang jangka pendek atau jangka panjang?" tanya pria itu. Dia segera menjelaskan setelah melihat aku terdiam."Ada yang jangka pendek?" tanyaku. "Ada. Yang paling banyak dipakai itu merek Yasmin, sebentar ya!" jawab pria itu.Setelah bicara, pria itu langsung berbalik menuju gudang belakang untuk mengambil barang.Mataku mengikuti pergerakannya ke arah rak penyimpanan, tiba-tiba sebuah mainan berukuran besar muncul di hadapanku.Benda itu menyerupai alat vital pria, ia terbungkus kotak transparan dengan ukuran yang sungguh mencolok dan permukaan berbenjol-benjol, seperti mentimun raksasa.Wajahku seketika memerah, entah kenapa ada rasa berdebar-debar di dalam dada, imajinasiku mulai liar.Bayangkan kalau benda sebesar itu masuk ke dalam tubuhku, rasanya seperti apa ya?Tentu saja, di rak tidak hanya ada ma

  • Permainan Mustahil   Bab 9

    Kedua satpam itu melihatku lalu bertanya dengan sopan, "Selamat malam, Bu. Kami dari tim pengelola komplek, tadi ada laporan bahwa ada pencuri yang mungkin menyelinap masuk ke gedung ini, jadi kami datang untuk memeriksa."Aku tersenyum tipis, menjawab dengan tenang, "Oh, terima kasih sudah datang, tapi aku nggak melihat ada pencuri yang masuk."Melihat aku baik-baik saja, kedua satpam itu kemudian berkata, "Kalau begitu, maaf sudah mengganggu. Pastikan telah mengunci pintu dan jendela dengan baik. Kalau ada apa-apa, bisa hubungi nomor kantor kami kapan saja."Aku tetap tersenyum dan menjawab, "Iya, baik. Terima kasih."Setelah itu, aku menutup pintu besi pelindung dengan perlahan, lalu menghela napas lega. Syukurlah, bukan Evan yang datang.Tadi malam Evan mencoba mengajak Rinto untuk bermain lagi, tetapi aku menolaknya. Kini aku malah diam-diam berbuat mesum dengan pria asing.Meski aku terpaksa, perasaan bersalah seperti telah berselingkuh tetap mengganjal di hatikuKetika aku kemba

  • Permainan Mustahil   Bab 8

    Aku tidak berdaya melawan, tubuhku makin panas terbakar hasrat. Di bawah rangsangan darinya, seluruh tubuhku menjadi lemas, pandanganku mulai kabur, bahkan aku mulai menggoyangkan badan seolah menyambutnya."Kamu memang benar-benar nakal, ya? Apa suamimu nggak bisa memuaskanmu, jadi kamu menungguku melayanimu?" ucap pria itu sambil tertawa mengejek. Dia sengaja merangsangku dengan ucapan."Kamu jangan omong sembarangan!" tegurku.Aku ingin membantah, tetapi tubuhku berkhianat.Pria itu diam sejenak, lalu buru-buru membuka ikat pinggangnya.Ya Tuhan, tadi malam aku baru saja bersama dua pria, sekarang aku dipermainkan lagi oleh seorang pencuri seperti ini!Aku bisa merasakan dengan jelas, pencuri ini tidak kalah dari Rinto. Mereka sama-sama seperti binatang ganas.Aku bagaikan perahu kecil di tengah badai samudra, hanya satu gelombang besar saja, aku bisa terbalik.Aku tanpa sadar merangkul erat pinggangnya. Awalnya aku masih berusaha menggigit bibir agar tidak mendesah, tetapi tak lama

  • Permainan Mustahil   Bab 7

    Setelah itu, dia melihat tas yang aku lempar sembarangan di atas ranjang. Dia menekanku lengan satu tangan, sementara tangan satunya meraih tas tersebut.Dia membuka tas itu, mulai merogohnya, lalu mengeluarkan sebuah dompet yang dari dalam.Begitu melihat dompet itu, aku melihat wajahnya langsung tersenyum. Genggaman tangannya di lenganku pun mengendur, lalu kedua tangannya membuka dompetku.Tak lama kemudian, dia melihat uang tunai yang aku simpan di dalam dompet itu. Dia menghitungnya, total ada sekitar enam juta.Namun, setelah menghitung, dia hanya mengambil empat juta, lalu mengembalikan sisanya ke dompet. Dia kemudian menoleh ke arahku dan berkata, "Uang ini aku anggap pinjaman dari kamu, nanti pasti kubayar kembali!"Aku hanya terdiam. Anehnya, ketegangan di hatiku lenyap. Bahkan di benakku tiba-tiba muncul sebuah pikiran yang sangat konyol.Tubuh pria ini kekar dan gagah sekali, pasti dia juga hebat di ranjang.Imajinasi itu membuatku tak bisa menahan menggelengkan kepala. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status