Seorang lelaki terlihat menghembuskan napas lega setelah selesai mengucap kalimat ijab qobul dengan satu tarikan napas.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu pada para saksi nikah yang duduk di samping kedua mempelai."Saahhhh.""Saaahhhh."Terdengar sorakan dari beberapa tamu undangan dan saksi yang menghadiri acara akad nikah Alfian dan Cassandra. Wanita cantik, berkulit putih dan berhidung bangir itu langsung mencium punggung tangan lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya beberapa menit yang lalu dan dibalas Alfian dengan sebuah kecupan mesra di kening Cassandra.Usai saling memasangkan cincin di jari manis, kedua sejoli itu naik ke pelaminan untuk menyalami para tamu undangan yang hendak memberikan ucapan selamat untuk kedua mempelai. Hanya Bu Yuni yang berdiri di samping keduanya sebagai orang tua karena Cassandra yang hanya hidup sebatang kara sedangkan ayah Alfian juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.Senyum kebahagiaan terus tersungging dari bibir keduanya. Sungguh Alfian tak pernah menyangka jika jodohnya adalah seorang gadis cantik nan polos yang ia kenal melalui aplikasi media sosial beberapa bulan lalu. Lelaki itu merasa sangat beruntung dapat menjadi suami dari seorang wanita bernama Cassandra Amalia, selain polos, wanita itu juga begitu lembut dan perhatian pada Bu Yuni.Hari kian terik, para tamu undangan juga tinggal beberapa orang yang masih tersisa. Namun, wajah Alfian nampak begitu gelisah karena menunggu sang sahabat sekaligus bosnya yang tak kunjung datang."Mas Alfian, kok kamu kayak gelisah begitu? Apa ada masalah?" bisik lembut Cassandra di telinga sang suami.Alfian mengulas senyum tipis menatap gadis cantik yang baru saja sah menjadi istrinya beberapa jam lalu."Mas lagi menunggu sahabat. Sudah jam segini kok dia masih belum datang juga, apa jangan-jangan dia nggak bisa datang ya," jawab Alfian kemudian.Sejurus kemudian, dari kejauhan nampak seorang wanita cantik bersurai coklat yang mengenakan dress selutut berwarna soft pink. Wajah orientalnya nampak begitu cantik paripurna terpoles dengan make up natural, bibirnya yang tipis nan ranum diberi sentuhan lipstik berwarna nude, menambah kesempurnaan kecantikan seorang Dira Anindita. Seketika senyum bahagia mengembang di bibir Alfian."Nah itu, dia sahabat Mas, Sayang." Jari telunjuk Alfian terarah pada sosok gadis cantik yang semakin mendekat ke arah pelaminan.Sedangkan wajah Cassandra yang sedari tadi dipenuhi binar bahagia kini berubah pias ketika melihat sosok yang tengah ditunjuk oleh sang suami. Wanita itu menundukkan kepala saat gadis bernama Dira telah naik ke pelaminan dan menyalami Bu Yuni, ibunda Alfian."Ya ampun Dira, kamu cantik sekali sayang," puji Bu Yuni merangkul dan mencium kedua pipi gadis itu."Makasih Bu, maaf ya Dira datangnya telat jadi nggak bisa lihat akad nikahnya Alfian deh," sesal Dira dengan wajah bersalah."Jangan bilang kamu telat datang gara-gara kelamaan dandan ya, Dira," goda Alfian pada wanita yang sudah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas."Hehe, tau aja sih kamu. Tadi aku bingung mau pakai baju apa, oh ya istri kamu mana? Saking sibuknya aku belum sempat kenalan sama istri kamu." "Hampir aja lupa. Sayang, kenalkan ini Dira sahabat aku. Dan Dira, kenalkan ini istriku." Alfian mengenalkan kedua wanita itu."Hai kenalin, aku Dira," ucap Dira sembari mengulurkan tanganya."Cassandra." Wanita itu menjabat tangan Dira sekilas tanpa menatap wajahnya, jatungnya berdegup kencang. Takut jika sampai Dira mengacaukan hari bahagianya ini."Ca-ssandra, kamu Cassandra Amelia kan?" kaget Dira saat menyadari siapa sebenarnya istri Alfian tersebut, mata wanita itu memincing memastikan jika sosok di hadapanya adalah Cassandra yang sama dengan yang ia kenal.Dahi Alfian mengernyit, lelaki itu menatap Dira dengan wajah bingung karena nampaknya sang sahabat begitu mengenal sosok wanita yang beberapa jam lalu baru saja sah menyangdang status sebagai istrinya."Al, kamu kenal wanita ini di mana? Gimana bisa kamu nikah sama perempuan murahan macam dia?" Nada bicara Dira tiba-tiba berubah meninggi, beruntung sudah tak ada tamu lagi selain gadis itu di sana."Dira, apa maksud kamu, Nak? Kenapa sepertinya kamu kenal sekali dengan Cassandra? Apa kalian sudah pernah bertemu sebenarnya?" tanya Bu Yuni seraya mengelus punggung Dira dengan lembut."Bu, dia ini bukan wanita baik-baik. Dia ini wanita murahan, perusak hubungan orang. Dia sudah menghancurkan kebahagiaan Dira," histeris Dira, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Cassandra yang hanya bisa diam membisu karena takut jika ia ikut bicara, maka semuanya akan semakin runyam."Dira, aku kenal Cassandra ini dari f******k beberapa bulan lalu. Tapi aku tahu banget kalau dia ini wanita baik-baik, nggak seperti yang kamu ucapkan barusan," kesal Alfian mendengar sahabatnya berbicara yang tidak-tidak tentang sang istri."Terserah kalau kamu nggak percaya sama aku, tapi suatu saat nanti kamu pasti akan menyesal. Bu, maaf Dira harus pergi sekarang." Gadis itu langsung turun dari pelaminan dan meninggalkan kediaman Alfian begitu saja.Tangis Cassandra pecah setelah kepergian Dira, Air mata menganak sungai dari netra indahnya. Bu Yuni dan Alfian segera membawa wanita itu masuk ke dalam rumah untuk mendapatkan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi antara Cassandra dan Dira."Cassandra, ada apa sebenarnya, Nak? Kenapa Dira seolah sangat membencimu? Apa kamu ada masalah sama dia?" tanya Bu Yuni dengan lembut, tangan wanita paruh baya itu terulur membelai lembut punggung sang menantu."Iya Cassandra, ayo jelaskan ada apa sebenarnya. Aku sudah lama mengenal Dira, dia tak mungkin membenci seseorang tanpa sebab," desak Alfian tak sabar untuk segera mendengar penjelasan dari sang istri.Perlahan Cassandra mengangkat kepalanya, menatap suami dan ibu mertuanya secara bergantian. Air mata masih belum berhenti mengalir dari kedua netra gadis itu."Iya aku mengenal Dira, dan dia membenciku karena sebuah kesalahpahaman. Dira mengira aku sudah merebut Dion darinya. Padahal Dion sendiri yang menggodaku meskipun aku selalu menolak lelaki itu," jelas Cassandra diselingi isak tangis."Jadi kamu yang menyebabkan Dira dan Dion putus, padahal rencananya sebentar lagi Dion akan melamar Dira?" Mata Alfian memincing manatap wajah sendu sang istri."Aku sudah menolak Dion, Mas. Karena aku tahu kalau dia punya kekasih dan aku juga nggak tahu kenapa Dion tetap mutusin Dira meskipun aku udah nolak dia." Air mata kian deras mengalir dari netra Cassandra, Alfian segera merengkuh wanitanya ke dalam pelukan untuk memberi ketenangan."Berarti semua ini hanya salah paham, dan Cassandra di sini nggak salah. Jadi nggak usah dipikirin, lebih baik sekarang kalian istirahat saja ya. Nanti kita kumpul untuk makan malam, Ibu juga capek sekali," ujar Bu Yuni bijaksana, Alfian mengangguk dan membawa Cassandra masuk ke dalam kamarnya. Beryntung pernikahan mereka hanya dilakukan secara sederhana dan saudara-saudara Bu Yuni juga langsung pulang karena jarak rumah mereka memang cukup dekat.Setibanya di kamar, Alfian langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Membiarkan Cassandra yang masih sibuk membersihkan make up yang menempel di wajahnya. Beberapa menit kemudian Alfian keluar hanya dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Wajah Cassandra seketika bersemu merah melihat pemandangan itu. Buru-buru wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain dan masuk ke dalam kamar mandi. Alfian hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah istrinya yang polos itu.Sembari menunggu Cassandra selesai membersihkan diri, Alfian memilih merebahkan diri di ranjang sembari memainkan game online di gawai miliknya. Lima belas menit kemudian pintu kamar mandi terbuka, aroma harum menguar di indera penciuman Alfian. Mata lelaki itu tak berkedip karena terpanah melihat penampilan sang istri yang hanya mengenakan lingerie hitam berbahan satin. Alfian menepuk sisi ranjang sebelahnya agar sang istri ikut merebahkan diri di sana.Dengan malu-malu, Cassandra membaringkan diri di samping sang suami. Alfian begitu terpesona melihat kecantikan sang istri, jemari tanganya membelai lembut pipi Cassandra yang telah merona karena tatapan Alfian."Masih ada beberapa jam sebelum makan malam, boleh kalau aku ingin minta hakku sekarang?" bisik Alfian lembut di telinga sang istri, hangat hembusan napasnya begitu terasa di leher Cassandra hingga membuat bulu kuduknya meremang. Wanita itu mengangguk kecil mengiyakan permintaan sang suami.Perlahan, Alfian mengecup mesra bibir ranum berwarna pink alami milik Cassandra. Entah siapa yang memulai terlebih dahulu. Kini pakaian mereka telah jatuh bertebaran di lantai. Jejak kemerahan telah terukir indah di leher jenjang dan dada putih milik Cassandra. Mata wanita itu berubah menjadi sayu terbakar gairah, seolah meminta Alfian untuk segera menuju ke inti permainan."Boleh aku lakukan sekarang?" Lagi-lagi Alfian meminta persetujuan yang langsung mendapat sebuah anggukan dari sang istri."Ini akan sedikit sakit, tapi aku janji akan melakukannya selembut mungkin," lirih Alfian memulai penyatuan mereka.Mata Alfian melotot kala merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga selama ini.Mata Alfian membulat sempurna kala menatap layar laptop milik Dira yang berisi foto-foto Cassandra tengah berpose mesra dengan lelaki. Bukan hanya dengan Randa, tapi juga dengan Dion yang merupakan mantan kekasih Dira."Cassandra juga melakukan hal yang sama bersama Dion?" Alfian mencoba memastikan dugaanya seraya menahan gejolak emosi yang bergemuruh di dalam dada."Apa kamu akan percaya jika aku menceritakan semuanya?" Suara Dira terdengar sedikit ragu.Alfian mengangguk mantap, ia ingin segera mengetahui semua tentang Cassandra.Dira mulai menceritakan semuanya, ingatan gadis itu terlempar ke masa lalu di mana Cassandra memporak-porandakan hidup dan kebahagiaanya.Malam itu, Dira tengah bersiap untuk datang ke rumah Dion, sang kekasih yang tengah berulang tahun. Sebuah kado istimewa juga telah disiapkan oleh Dira. Sebelumnya, Dira sengaja menelepon Dion dan mengatakan bahwa ia tak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di luar kota.Dira baru saja turun dari mobil, ia berniat untu
Alfian segera mencekal tangan Bu Yuni sebelum wanita paruh baya itu keluar dari kamar."Jangan, Bu!" Suara Alfian membuat mata sang ibu mendelik dengan alis bertaut.Wanita paruh baya itu menatap sang putra dengan pandangan penuh tanya."Kenapa, Alfian? Ibu sudah menyayangi dia selayaknya anak kandung, tapi dia malah dengan tega meyakitimu kamu. Ibu nggak terima!" Gurat kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas di wajah Bu Yuni yang biasanya selalu terlihat teduh.Alfian menghembuskan napas berat, ia mengajak sang ibu untuk kembali duduk di atas ranjang dan berbicara dengan kepala dingin."Bu, Alfian baru saja mengetahui kebobrokan Cassandra dari Dira. Dan dia bilang Alfian nggak boleh gegabah, Alfian harus punya bukti perselingkuhan mereka terlebih dahulu. Jadi sementara kita pura-pura nggak tahu apa-apa aja dulu, Bu. Besok Alfian akan temui Dira, dia janji akan menceritakan semua rahasia Cassandra," jelas Alfian panjang lebar.Bu Yuni terdiam sejenak sebelum menganggukan kepala."Jad
Kening Alfian berkerut tajam, perasaanya campur aduk antara bingung dan marah setelah membaca pesan dari sang sahabat. Tanda tanya besar muncul di benak lelaki itu, mengapa Dira seolah malah merasa bahagia dengan gugurnya janin yang dikandung oleh Cassandra. Alfian tahu dati awal jika Dira sama sekali tak menyukai Cassandra, tetapi tak sepantasnya ia merasa bahagia atas duka yang dialami oleh Casandra. Apalagi Alfian juga ikut merasakan duka itu."Mas, kamu kenapa sih? Kok kayaknya lagi mikirin sesuatu?" tanya Cassandra setelah keduanya sampai di dalam kamar, ia melihat wajah Alfian berubah murung."Aku nggak apa-apa kok, kamu istirahat dulu ya. Aku harus telepon Dira karena ada hal penting yang harus aku bicarakan sama dia." Alfian sengaja berbohong karena tak ingin Cassandra murka dan semakin bersedih jika mengetahui apa yang baru saja Dira katakan tentang dirinya."Memangya penting banget ya, kamu 'kan sudah izin untuk nggak masuk kantor hari ini." Tampak jelas jika Cassandra tak s
Cassandra tergagap setelah mendengar pernyataan dari sang suami, ia merutuki kebodohannya. Harusnya ia tak gegabah dalam mengarang cerita."Cassandra, kamu baik-baik saja?" Suara Alfian menyadarkan Cassandra dari lamunan, wanita iti tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupanya."Eh nggak apa-apa, Mas. Pak Randa memang nggak tahu kalau aku sempat jatuh, karena aku jatuh kepleset di kamar mandi. Makanya dia bilang ke kamu kalau aku kecapekan aja." Cassandra berusaha berkelit agar Alfian tak curiga.Alfian hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti, ia tak ingin bertanya lebih jauh karena saat ini kondisi Cassandra belum stabil.Sementara Bu Yuni hanya diam, ada sesuatu hal yang terasa mengganjal di hati. Ia merasa, duka yang dialami Cassandra saat ini hanyalah sebuah kepalsuan."Alfian, Cassandra sekarang sudah sadar. Biar Ibu yang jaga, kamu makan saja dulu," titah Bu Yuni kepada sang putra."Alfian nggak lapar, Bu." Alfian menolak dengan halus, ia tak tega jika harus meninggalkan sang is
Mobil milik Alfian telah sampai di parkiran rumah sakit. Lelaki itu segera berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang UGD, di mana sang istri tengah ditangani oleh dokter.Dari kejauhan, Alfian melihat Randa yang tengah mondar-mandir dengan wajah tak kalah panik. Lelaki itu segera melebarkan langkah untuk menghampiri atasan istrinya."Om, apa yang terjadi kepada istri saya sebenarnya? Kenapa dia sampai pendarahan begini?" cecar Alfian setelah sampai di hadapan Randa."Eh, maaf, Alfian. Saya sama sekali tidak tahu kalau Cassandra sedang hamil, ia juga tak bilang. Tadi, Cassandra pendarahan setelah selesai rapat dengan client, mungkin dia kelelahan. Sekali lagi, maafkan saya yang tak bisa me jaga istri kamu," jelas Randa dengan penuh kebohongan."Argh, padahal saya sudah menyuruhnya untuk istirahat." Wajah tampan Alfian dipenuhi penyesalan.Kedua lelaki itu terus mondar-mandir sampai pintu ruang UGD dibuka dari dalam. Sesosok wanita dengan jas putih dan stetoskop mengalung
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t