Beranda / Fantasi / Permaisuri yang Terlahir Kembali / Bab 4 : Pesta Peony Kembalinya Sang Permaisuri

Share

Bab 4 : Pesta Peony Kembalinya Sang Permaisuri

Penulis: Yunss
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-26 23:16:45

Dua bulan berlalu sejak Dewi mengirimkan desain irigasi ke Menteri Li Wei. Strategi pertamanya berhasil melebihi harapan—sistem pengairan yang ia rancang tidak hanya diterapkan, tetapi juga menyelamatkan hasil panen musim gugur. Kaisar Zheng He sangat terkesan hingga menganugerahkan Menteri Li promosi dan hadiah yang melimpah.

Namun yang lebih penting, Menteri Li kini penasaran setengah mati tentang siapa dalang jenius di balik desain tersebut. Dewi telah mengirimkan tiga "saran" lagi secara anonim: reformasi sistem perpajakan yang lebih adil, metode penyimpanan pangan yang tahan lama, dan desain arsitektur paviliun baru yang lebih efisien namun tetap megah.

Semuanya sukses besar. Dan semuanya membuat nama Menteri Li melambung tinggi di mata kaisar.

"Niang niang, ada kabar!" Yun Xiang berlari masuk ke istana dengan napas terengah-engah. "Kaisar akan mengadakan Pesta Peony—perayaan besar untuk merayakan pemulihan hasil panen! Semua anggota istana diundang, termasuk... Anda."

Dewi mengangkat alis. "Termasuk aku? Permaisuri yang dikucilkan?"

"Undangan resmi baru saja tiba." Yun Xiang mengeluarkan gulungan sutra berwarna emas dari lengan bajunya. "Sepertinya... kaisar tidak bisa mengabaikan permaisuri sah dalam perayaan resmi sebesar ini."

Dewi membuka gulungan itu perlahan. Undangan formal dengan cap kerajaan. Ini kesempatannya. Kesempatan untuk kembali ke pusat kekuasaan, untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa Ratu Dewi Huiyin belum mati.

"Pesta dalam lima hari," gumam Dewi sambil menghitung waktu. "Itu artinya Selir Lian akan menggunakan waktu ini untuk memastikan aku tampil mempermalukan. Dia pasti sudah merencanakan sesuatu."

"Apa yang akan kita lakukan, Niang niang?"

Dewi tersenyum—senyum yang sama ketika ia dulu akan meluncurkan koleksi yang akan menggebrak dunia fashion. "Kita akan memberikan mereka pertunjukan yang tidak akan pernah mereka lupakan."

---

Tiga hari menjelang pesta, Dewi bekerja tanpa henti. Dengan sisa uang dari penjualan perhiasannya, ia membeli kain sutra berkualitas tinggi—bukan yang termahal, tetapi yang memiliki tekstur unik. Dengan tangan terampilnya yang dulu menciptakan gaun untuk runway Paris dan Milan, ia mulai merancang hanfu yang belum pernah ada di dinasti ini.

"Niang niang, bukankah sebaiknya kita memanggil penjahit istana?" tanya Yun Xiang khawatir melihat tuannya menjahit sendiri hingga larut malam.

"Tidak," jawab Dewi tanpa mengalihkan pandangan dari jahitannya yang presisi. "Ini harus sempurna. Ini bukan sekadar pakaian—ini adalah pernyataan."

Ia mengombinasikan gaya tradisional hanfu dengan cutting modern yang ia kuasai. Garisnya lebih ramping, siluetnya lebih elegan, detail bordirannya lebih halus dan kontemporer. Warna yang ia pilih bukan merah atau emas yang umum, melainkan biru langit pucat dengan sentuhan perak—warna yang melambangkan ketenangan, kebijaksanaan, dan kemurnian.

"Dalam dunia mode, kau tidak menang dengan berteriak paling keras," jelas Dewi sambil menambahkan detail bunga peony yang disulam dengan teknik yang belum pernah ada di zaman ini. "Kau menang dengan membuat semua orang tidak bisa mengalihkan pandangan darimu."

***

Malam Pesta Peony tiba. Taman Istana dihiasi dengan ribuan lentera merah dan bunga peony yang bermekaran. Musik gamelan istana mengalun lembut. Seluruh bangsawan, pejabat tinggi, dan anggota keluarga kerajaan berkumpul di paviliun utama yang megah.

Kaisar Zheng He duduk di singgasana dengan pakaian kebesaran berwarna emas. Di sampingnya, Selir Agung Lian Xiu duduk dengan anggun dalam hanfu merah darah yang mewah, dipenuhi perhiasan emas dan giok. Wajahnya cantik seperti lukisan, senyumnya sempurna—senyum seorang pemenang.

"Baginda," bisik Lian dengan suara merdu. "Saya dengar permaisuri juga akan hadir malam ini. Betapa... menarik."

Kaisar tidak merespons, wajahnya datar. Namun matanya sesekali melirik ke arah pintu masuk, seolah menunggu sesuatu.

"Mengumumkan kedatangan Yang Mulia Ratu Dewi Huiyin!" teriak kepala kasim.

Seluruh paviliun terdiam. Semua kepala menoleh ke arah pintu.

Dan Dewi melangkah masuk.

Bukan dengan kepala yang tertunduk seperti permaisuri yang dikalahkan. Bukan dengan pakaian lusuh seperti yang diharapkan Selir Lian. Dewi melangkah dengan punggung tegak, dagu terangkat, dengan aura percaya diri yang memancar dari setiap langkahnya—persis seperti dulu ia melangkah di catwalk Milan.

Hanfu biru langit yang ia kenakan berkibar lembut, detail perak dan bordir peony putih menangkap cahaya lentera dan berkilauan seperti rembulan. Rambutnya ditata sederhana namun elegan, hanya dengan satu sisir perak berbentuk burung phoenix—simbol permaisuri. Tidak ada perhiasan berlebihan, tidak ada riasan tebal. Hanya kecantikan alami dan keanggunan yang memancarkan kekuatan.

Bisikan terdengar di mana-mana.

"Itu... permaisuri?"

"Dia terlihat begitu berbeda..."

"Lihat hanfu-nya, tidak pernah ada yang seperti itu..."

"Seperti dewi bulan yang turun ke bumi..."

Selir Lian mencengkeram lengan kursinya hingga buku jarinya memutih. Ini bukan suatu yang ia rencanakan. Permaisuri seharusnya datang dengan penampilan menyedihkan, membuat semua orang mengasihani atau mencemooh. Bukan... bukan seperti ini.

Dewi berjalan perlahan melewati barisan para bangsawan yang terpana. Ia tidak tersenyum, tidak menunduk, hanya menatap lurus ke depan dengan kepala tegak. Setiap langkahnya diperhitungkan, setiap gerakan adalah seni.

Ketika tiba di hadapan kaisar, Dewi memberi hormat dengan sempurna—tidak terlalu rendah, tetapi cukup menghormati. "Hamba memberi salam kepada Yang Mulia Kaisar. Semoga sepuluh ribu tahun umur panjang."

Untuk pertama kalinya dalam dua tahun, Kaisar Zheng He benar-benar menatap permaisurinya. Dan apa yang ia lihat membuatnya terdiam. Bukan wanita lemah yang menangis memohon belas kasihan. Ini adalah sosok yang berbeda—matanya tajam, sikapnya tenang, auranya... mengingatkannya pada hari pertama mereka bertemu, ketika Huiyin masih putri jenderal yang cerdas dan berbakat.

"Permaisuri," suara kaisar terdengar, dalam dan berwibawa. "Sudah lama kami tidak melihatmu."

"Hamba telah berdiam diri di Istana Dingin, Yang Mulia. Merenungkan banyak hal." Dewi mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke mata kaisar—gerakan berani yang membuat semua orang terengah. "Dan hamba telah menyadari banyak hal yang terlewatkan."

Menteri Li Wei yang duduk di deretan depan tampak gelisah. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. Apakah mungkin... apakah mungkin wanita ini adalah orang jenius yang selama ini ia cari?

Selir Lian tidak bisa diam lebih lama lagi. "Permaisuri," katanya dengan suara manis namun mengandung racun. "Hanfu yang Anda kenakan... sangat tidak biasa. Apakah ini mode baru yang ingin Anda perkenalkan? Atau Anda sudah lupa cara berpakaian yang layak untuk istana?"

Beberapa selir dan bangsawan terkikik pelan.

Dewi berbalik menatap Lian dengan tenang. Senyum tipis muncul di bibirnya—senyum yang sama ketika ia dulu menghadapi kritikus fashion yang sok tahu.

"Selir Agung benar," jawab Dewi dengan suara yang jernih dan tegas, terdengar ke seluruh paviliun. "Ini memang mode baru. Mode yang menghormati tradisi, tetapi tidak takut berinovasi. Seperti dinasti kita yang agung—berakar pada masa lalu, tetapi selalu menatap ke masa depan."

Dewi melangkah ke tengah paviliun, menjadi pusat perhatian. "Saya mendengar pesta ini diadakan untuk merayakan pemulihan hasil panen berkat sistem irigasi baru yang brilian. Sungguh luar biasa ketika seseorang mau menerima ide baru, meskipun datang dari tempat yang tidak terduga."

Kaisar mengerutkan dahi. Ada sesuatu dalam kata-kata permaisuri itu...

"Negara kita telah berkembang," lanjut Dewi, "karena Yang Mulia bijaksana menerima saran yang bermanfaat, tidak peduli dari mana asalnya. Bahkan dari... seorang permaisuri yang dikucilkan di istana terlupakan."

Kesunyian total. Semua mata menatap Dewi dengan mulut terbuka.

Menteri Li Wei bangkit dari duduknya, wajahnya pucat. "Yang Mulia... apakah yang permaisuri maksudkan..."

Dewi menatap Menteri Li dan mengangguk halus. "Ya, Menteri Li. 'Rakyat biasa yang peduli negara' yang mengirimkan Anda saran-saran itu... adalah hamba."

Gempuran kegegeran meledak di seluruh paviliun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali   Bab 8 : Era Baru Sang Permaisuri

    Tiga bulan telah berlalu sejak kejatuhan Selir Lian. Istana Chen berubah dengan cara yang tidak pernah dibayangkan siapapun. Dan pusat dari semua perubahan itu adalah Ratu Dewi Huiyin, yang kini tidak lagi tinggal di Istana Dingin yang suram, melainkan di Paviliun Mutiara Timur—kediaman megah yang dulunya ditempati oleh permaisuri-permaisuri agung dalam sejarah dinasti.Pagi itu, Dewi duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh gulungan-gulungan peta, diagram arsitektur, dan laporan dari berbagai departemen pemerintahan. Yun Xiang, yang kini telah diangkat sebagai kepala pelayan istri permaisuri, menuangkan teh dengan senyum bangga."Niang niang, Menteri Li dan timnya sudah menunggu di aula pertemuan," lapor Yun Xiang."Biarkan mereka masuk," kata Dewi tanpa mengangkat kepala dari diagram yang sedang ia pelajari.Menteri Li Wei masuk bersama lima pejabat senior lainnya. Pria tua itu sudah pulih sepenuhnya dari racun yang hampir membunuhnya, bahkan terlihat lebih bersemangat da

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali   Bab 7 : Pengadilan di Aula Agung

    Aula Agung dipenuhi oleh seluruh pejabat tinggi istana, para menteri, dan anggota keluarga kerajaan. Suasananya tegang seperti senar yang akan putus. Di pusat ruangan, Kaisar Zheng He duduk di singgasana dengan wajah keras, tatapannya sulit dibaca.Di sebelah kirinya, Selir Agung Lian Xiu berdiri dengan elegan dalam hanfu ungu gelap, senyuman tipis bermain di bibirnya. Wajahnya menampilkan kesedihan yang sempurna—seperti seorang aktris yang telah berlatih perannya dengan matang."Yang Mulia," kata Lian dengan suara bergetar, seolah menahan tangis. "Hamba mohon keadilan. Permaisuri telah melampaui batas. Tidak cukup dengan mengklaim prestasi orang lain, kini dia bahkan berusaha membunuh Menteri Li Wei—orang yang dia klaim sebagai saksinya sendiri!"Gumaman persetujuan terdengar dari beberapa bangsawan yang memihak Selir Lian.Pintu besar Aula Agung terbuka. Dewi melangkah masuk dengan langkah mantap, Yun Xiang mengikuti di belakangnya dengan wajah pucat. Meskipun lelah setelah menyelam

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali    Bab 6 : Racun dan Intrik

    Fajar belum menyingsing ketika Dewi terbangun oleh suara langkah kaki terburu-buru di luar kamarnya. Instingnya yang diasah oleh pengalaman dua kehidupan langsung menajam. Ada yang tidak beres."Niang niang!" Yun Xiang masuk dengan wajah pucat pasi. "Menteri Li Wei... dia jatuh sakit tiba-tiba tadi malam! Para tabib mengatakan... dia diracun!"Dewi bangkit dengan cepat, pikirannya langsung bekerja. "Tentu saja. Aku seharusnya menduga ini." Ia mengutuk dirinya sendiri—di dunia mode, ia sudah belajar bahwa kompetitor yang terdesak akan melakukan apa saja. Seharusnya ia lebih waspada."Bagaimana kondisinya?""Kritis, Niang niang. Para tabib istana tidak bisa mengidentifikasi racunnya. Mereka bilang... jika tidak menemukan penawarnya dalam dua hari, Menteri Li akan..." Yun Xiang tidak sanggup melanjutkan.Dewi bergegas mengenakan pakaian luarnya. "Kita harus ke sana sekarang.""Tapi Niang niang, kita tidak diizinkan meninggalkan Istana Dingin tanpa izin—""Seorang pria akan mati, Yun Xian

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali   Bab 5 : Pertarungan di Ruang Singgasana

    Paviliun pesta yang tadinya dipenuhi musik dan tawa kini sunyi senyap. Semua mata tertuju pada sosok Ratu Dewi Huiyin yang berdiri dengan tenang di tengah kerumunan, setelah pengungkapan mengejutkan yang baru saja ia lontarkan.Kaisar Zheng He bangkit perlahan dari singgasananya. Wajahnya tidak terbaca—antara terkejut, tidak percaya, dan mungkin... terkesan."Permaisuri," suaranya bergema di seluruh paviliun. "Apa yang baru saja kau katakan? Kau yang mengirimkan semua desain dan saran itu kepada Menteri Li?""Ya, Yang Mulia." Dewi tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. "Selama dua bulan terakhir, hamba telah mengamati kesulitan negara dari Istana Dingin. Meskipun hamba dikucilkan, hati hamba tetap untuk dinasti Chen dan kesejahteraan rakyat."Selir Lian melompat dari duduknya, wajahnya pucat namun berusaha mempertahankan senyuman. "Yang Mulia, ini pasti kebohongan! Bagaimana mungkin seorang wanita yang tidak pernah keluar dari istana, yang tidak memiliki pendidikan tentang pertania

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali   Bab 4 : Pesta Peony Kembalinya Sang Permaisuri

    Dua bulan berlalu sejak Dewi mengirimkan desain irigasi ke Menteri Li Wei. Strategi pertamanya berhasil melebihi harapan—sistem pengairan yang ia rancang tidak hanya diterapkan, tetapi juga menyelamatkan hasil panen musim gugur. Kaisar Zheng He sangat terkesan hingga menganugerahkan Menteri Li promosi dan hadiah yang melimpah. Namun yang lebih penting, Menteri Li kini penasaran setengah mati tentang siapa dalang jenius di balik desain tersebut. Dewi telah mengirimkan tiga "saran" lagi secara anonim: reformasi sistem perpajakan yang lebih adil, metode penyimpanan pangan yang tahan lama, dan desain arsitektur paviliun baru yang lebih efisien namun tetap megah. Semuanya sukses besar. Dan semuanya membuat nama Menteri Li melambung tinggi di mata kaisar. "Niang niang, ada kabar!" Yun Xiang berlari masuk ke istana dengan napas terengah-engah. "Kaisar akan mengadakan Pesta Peony—perayaan besar untuk merayakan pemulihan hasil panen! Semua anggota istana diundang, termasuk... Anda." Dewi m

  • Permaisuri yang Terlahir Kembali   Bab 3 : Strategi Kembalinya Ratu

    Malam itu, di bawah cahaya lentera yang redup, Dewi duduk di meja kerjanya yang lapuk sambil menulis dengan kuas. Namun yang ia tulis bukanlah puisi atau surat—melainkan diagram strategi yang rapi, lengkap dengan panah dan catatan di pinggirnya. Kebiasaan dari kehidupan lamanya ketika merencanakan kampanye fashion atau strategi bisnis. Yun Xiang mengintip dari balik bahu tuannya, mencoba memahami tulisan aneh yang penuh dengan kata-kata asing dan simbol yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Ini disebut 'mind mapping,'" jelas Dewi tanpa menoleh. "Cara mengorganisir pikiran dan strategi secara visual. Lebih efisien daripada menulis panjang lebar." "Luar biasa..." gumam Yun Xiang kagum. Dewi menunjuk ke diagram yang ia buat. "Lihat. Di puncak ada Kaisar Zheng He. Di bawahnya, ada tiga faksi utama: Faksi Selir Lian yang kuat karena dia memiliki telinga kaisar, Faksi para menteri tua yang loyal pada tradisi dan keluarga Jenderal Huiyin, dan Faksi netral yang hanya peduli pada sta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status