Share

3. NAIF

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 21:23:05

“Anu ….” Floryn gelagapan. Dia melirik ke arah Nael. Seolah meminta penjelasan darinya.

Jujur, Floryn tidak tahu siapa pria paruh baya yang baru saja berbicara seenak jidat itu. Namun, Nael hanya diam saja. Floryn beralih menatap pria berkacamata yang sedang berdiri di dekat pintu.

“Ini tidak seperti yang And—”

“Oke, oke. Saya tidak akan mempercepat. Pernikahan akan sesuai dengan perjanjian yang sudah saya buat dengan mendiang pak Kevin. Saya harap, kalian bersabar sedikit, ya,” celetuk pria itu, memotong ucapan Floryn.

Ah, sekarang Floryn tahu siapa sosok pria itu. Pasti dia Albert Hartono.

“Tenang saja, persiapan pernikahan sudah selesai. Gedung, undangan, bahkan gaun untukmu. Semua sudah dipersiapkan. Undangan juga sudah saya sebar ke beberapa dewan komisaris dan investor perusahaan kita. Walau, ya, tidak terlalu banyak,” papar Albert.

Sebentar, Floryn membeku. Dia berusaha memahami kondisinya sekarang. Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Sampai Floryn tidak bisa mencerna segala informasi yang dia dapatkan.

“Ekhm.” Nael berdeham. “Bisakah kita bicarakan hal itu nanti, Pak Albert? Bukannya kita sepakat untuk tidak membahas pernikahanku di tempat kerja?” tutur Nael, yang akhirnya membuka mulut.

“Ah.” Albert mengangguk. “Maaf, Papa terlalu bersemangat melihat keintiman kalian barusan. Papa tidak—”

“Pak Albert,” sela Nael dengan tegas.

Albert mengatupkan mulutnya, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia baru menyadari akan suatu hal.

“Oke, oke. Saya lupa, Pak Nael,” timpal Albert.

Walau mereka adalah ayah dan anak, tapi mereka sepakat untuk profesional di tempat kerja. Posisi Albert dan Nael di perusahaan ini sejajar. Sama-sama menduduki jabatan direktur. Sedangkan untuk pucuk pimpinan Niskala Corp, masih diduduki oleh kakek Nael.

“Baiklah, kalau begitu saya pamit. Bersabarlah sampai besok lusa,” tukas Albert.

“Satu hal lagi.” Ucapan Nael membuat langkah Albert terhenti, lalu dia berbalik. “Tolong ketuk pintu dulu saat memasuki ruanganku,” pungkasnya dengan nada menekan.

Albert tidak menjawab, dia hanya tersenyum sinis. Kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

“Kamu dengar, Floryn?” cetus Nael, yang membuat Floryn tersentak.

Sedari tadi Floryn hanya diam seperti patung. Dia benar-benar tidak bisa memahami apa pun sekarang.

“Semua sudah dipersiapkan. Kalau kamu membatalkan pernikahan ini, uang pinalti itu untuk membayar semua kerugian yang akan terjadi nantinya. Terima saja fakta bahwa kita akan menikah besok lusa,” tutur Nael.

“Nggak!” Floryn bersikeras untuk melawan. “Pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa dipermainkan, Nael! Saya tidak mau menikah dengan orang yang sama sekali tidak saya cintai. Bagi saya, pernikahan itu suatu ikatan yang suci. Bukan hanya ikatan antar sepasang manusia, tapi ikatan dengan Tuhan!” tegas Floryn.

Pernikahan yang dimimpikan Floryn, adalah pernikahan seperti kedua orang tuanya. Sejak kecil, ibunya sudah berpesan, kelak Floryn harus setia pada pasangan hidupnya. Karena menikah itu sebuah tanggung jawab yang besar.

“Kamu naif sekali, Floryn,” celetuk Nael, dengan nada mengejek. “Coba kamu pikirkan sekali lagi. Bayar pinalti 1M, atau menikah denganku dan hidupmu juga ibumu akan terjamin? Persetan dengan cinta. Itu hanya sebuah omong kosong, Flo.”

Bibir Floryn bergetar sekarang. Tangannya mengepal erat. Kepalanya terasa penuh, ribuan pertimbangan berputar bagai pusaran air yang siap menenggelamkan dalam ketidakpastian.

Manakah yang harus Floryn pilih? Dinginnya masa depan tanpa harapan materi? Atau, hambarnya kebahagiaan dalam kemewahan yang dipaksakan?

***

“Ibu, apakah Ibu tahu? Besok aku akan menikah,” cetus Floryn yang sedang duduk di lantai. Kepalanya dia simpan di pangkuan sang ibu. Merasakan lembutnya sentuhan Viona yang membelai rambutnya. Tatapannya kosong menatap ke sembarang tempat.

Floryn tahu, akan percuma dia menceritakan hal ini pada Viona. Karena pasti ibunya tidak akan mengerti.

Setelah bergelut dengan kebimbangan. Akhirnya Floryn memilih untuk merelakan kebahagiaannya. Terjerat dalam sebuah ikatan tanpa cinta. Asalkan ibunya bisa selalu ada di sampingnya.

“Kevin dulu menyambutku dengan senyuman hangatnya, saat aku berjalan menghampirinya di acara pernikahan kami. Bahkan sampai saat ini, senyumannya tetap sama,” tutur Viona. Memorinya masih tetap sama, Viona merasa bahwa Kevin masih ada bersamanya.

“Huh!” Floryn mengembuskan napas kasar. Viona pasti akan selalu berbicara tentang Kevin.

“Aku selalu berdoa, kelak anakku bisa merasakan apa yang aku rasakan. Mendapatkan suami yang sangat sayang dan mencintainya, seperti Kevin,” celoteh Viona.

“Ck!” Floryn berdecak, dia langsung bangkit, menjauh dari ibunya. Dia mengerucutkan bibirnya.

Ucapan Viona barusan benar-benar membuat dada Floryn terasa sesak. Faktanya, doa itu tidak menembus langit. Besok, dia akan menikah dengan pria asing, yang sama sekali tidak mencintainya.

“Ibu, Ibu tahu? Ayah hanya mencintai dan menyayangi Ibu. Tapi tidak dengan aku!” katanya dengan nada kesal.

Viona menatap Floryn, dan itu sukses membuat pandangan Floryn menjadi kabur. Genangan air mata kini sudah menumpuk di pelupuk. Dadanya semakin terasa sesak. Seolah ada tali yang mengikatnya.

“Ayah jahat padaku, Bu. Diam-diam ayah membuat perjanjian dengan orang lain. Menikahkan aku dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal. Ayah jahat, Bu! Dia tega menggadai kebahagiaan anaknya tanpa alasan yang aku ketahui!”

Tangisan pun pecah, Floryn memuntahkan semua amarah yang dia rasakan. Dia benci dengan garis takdir hidupnya ini. Bahkan kini dia mempertanyakan alasannya mengiyakan untuk terlahir ke dunia.

“Kebahagiaan mana yang Tuhan janjikan padaku?” raung Floryn. Dia menangis sejadi-jadinya. Tak peduli bahwa besok adalah hari pernikahannya.

BERSAMBUNG ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
iris
sakit kali lek jd floryn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   96. KESEMPATAN BERDUA

    Entah Floryn sadar atau tidak, tapi Nael bisa mengingat dengan baik. Layar ponselnya kini berisi sebuah foto pernikahan mereka berdua.Nael menarik kedua sudut bibirnya. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa sedikit aneh pada dirinya sendiri. Selama hidupnya, Nael tak pernah jatuh cinta pada perempuan. Walau ia pernah menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, tapi tak ada satu pun yang dicintainya dengan tulus. Namun, dengan ajaibnya—ia bertemu dengan sosok perempuan yang tiba-tiba bisa meluluhkan hatinya. Tembok yang menjulang tinggi seketika hancur, karena kehadiran Floryn.Sebenarnya, Nael sudah bertemu dengan Floryn saat melayat ke rumah duka. Namun, sepertinya gadis itu tak menyadari keberadaan Nael. Selain itu, beberapa kali Nael mengunjungi toko kue milik Floryn. Saat itu, tujuannya hanya ingin tahu seperti apa perempuan yang ayahnya pilih. Layar ponsel Nael berubah—menunjukkan sebuah nama dalam daftar kontaknya. Ia segera mengangkat panggilan tersebut. “Halo, Flo,” sapanya,

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   95. TEKA-TEKI

    Floryn berdiri di balik pintu ruang kerja Samuel. Ia baru saja keluar dari sana. Ekspresinya nampak bingung bercampur khawatir. Ucapan Samuel masih terus menggema dalam pikirannya.Tiba-tiba saja hati Floryn merasa sesak, saat kembali mengingat selembar hasil pemeriksaan kesehatan Samuel.“Jadi, selama ini Kakek sering ke Singapura untuk berobat?” gumamnya, matanya menatap nanar ke sembarang tempat.Di dalam, terjadi percakapan yang sangat serius. Bukan hanya sekedar permintaan cicit saja. Namun, Samuel memberitahu hal yang bahkan tidak diketahui oleh anak dan cucunya sendiri.“Ahhh!” Floryn mendesah berat. “Kenapa harus aku?” katanya.Pupilnya berkaca, pandangannya berkabut. Floryn memejamkan mata dan membuat tetesan air mata jatuh ke pipinya. Ia tak sanggup untuk menahan kesedihan yang sejak di dalam dirasakannya.Samuel sakit. Dan hanya Floryn yang tahu fakta tersebut. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Rahasiakan ini dari Albert atau pun Nael, Flo. Hanya

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   94. PERMINTAAN SAMUEL

    “Maaf kalau aku sempat menjauh,” ucap Floryn pelan. “Aku butuh waktu buat tenang. Karena jujur saja, sikapmu malam itu benar-benar membuatku takut,” lanjutnya.Nael terdiam, tapi hatinya mengutuk. Ia benci dengan dirinya malam itu. Bahkan Nael belum bisa memaafkan dirinya sendiri.“Tapi … aku berpikir kita nggak bisa terus-terus begini. Kita harus menegaskan hubungan kita,” ungkapnya.Tangan Nael mengepal di bawah meja, ia merasa gugup dengan kelanjutan ucapan Floryn. Kekhawatiran kian meradang—bersarang di hatinya. Ia enggan apa yang ada di mimpinya semalam menjadi nyata.Floryn menatap Nael dalam. “Aku sudah cukup bisa berdamai. Jadi, aku mau kita kembali seperti semula. Aku maafkan, tapi … bukan berarti aku memaklumi apa yang sudah kamu lakukan padaku tempo hari.”Mata Nael membulat, kepalan tangan di bawah sana perlahan mengendur. Napasnya yang semula berat, kini mulai bisa teratur.“Sikapmu malam itu benar-benar—”“Aku salah, Flo. Aku seharusnya nggak melakukan itu,” sela Nael. G

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   93. JANGAN TINGGALKAN AKU, FLO

    Floryn baru saja memasuki kamarnya, setelah menemani Viona makan malam. Ia melihat ke arah lemari dan mendapati tas kerja Nael di sana.Sudah tiga hari hubungan mereka ibarat seperti kutub utara. Bahkan Nael sudah tidak tidur di kamar lagi. Pria itu memilih untuk tidur di ruang kerjanya.Kedua mata Floryn mendapati sesuatu di atas meja riasnya. Sejak awal Floryn keluar dari rumah sakit—setiap malam—ia selalu mendapati sebuah bingkisan di atas meja. Floryn mendekat, lalu ia mendapati sebuah kue matcha pistachio di sana.Kening Floryn mengkerut, ketika di bawah bungkusan kue itu terdapat sebuah memo. Ia meraih secarik kertas kecil berwarna biru, dan membaca tulisan di atasnya.[Floryn. Maaf kalau aku membuatmu tertekan. Aku tak akan memaksa apa pun. Aku akan menunggu—sampai kamu siap bicara lagi. Maafkan aku.]Sejak kemarin, Nael hanya memberikan Floryn makanan untuknya. Namun, baru kali ini Nael menyelipkan sebuah memo untuknya.Sebenarnya, Floryn melihat usaha Nael untuk bisa kembali

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   92. AKAN KU AMBIL YANG SEHARUSNYA MILIKKU

    Nael terdiam, ia tak menjawab. Namun, dari responsnya yang tak menolak seolah memberi ruang kepada lawan bicaranya untuk meneruskan apa tujuannya mengajak Nael berbicara.“Apa nggak masalah kita bicara di sini?” tanya pria itu lagi, yang ternyata adalah Kenneth.“Ini bukan masalah kantor, ‘kan?” tanya Nael menebak. Walau jawabannya sudah sangat jelas bisa Nael ketahui.“Iya,” jawab Kenneth cepat.Nael kemudian bangkit, lalu berkata, “Kita bicara setelah jam kantor. Nanti saya kirim alamatnya.” Ia pun berlalu, meninggalkan Kenneth sendirian di atas rooftop dan kembali menuju ruangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Beruntungnya Nael bisa pulang tepat waktu dan tak ada agenda yang membuatnya harus bertahan di kantor. Segera ia berangkat menuju sebuah restoran yang tak jauh dari kantor dan memesan ruangan pribadi.Nael tahu tentang topik pembicaraan apa yang akan diangkat oleh Kenneth. Maka dari itu, ia memutuskan untuk memesan ruang privat untuk mereka berbincang.Sekitar d

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   91. HILANG FOKUS

    Kepala Floryn masih terasa berat. Ia meringis, sambil membenarkan posisi duduknya. Tak lama kemudian, seorang staff rumah sakit datang dengan membawa menu sarapan untuknya.“Silakan, Bu,” ucapnya, lalu staff itu pun pergi meninggalkan Floryn.Di hadapannya kini sudah tersaji nasi tim dengan sayur dan telur rebus. Tak hanya itu, ada kue cokelat, susu dan juga buah melon. Ia hanya memandang makanan tersebut.Otaknya sedang berusaha mengingat kejadian semalam. Karena Floryn bingung—kenapa ia bisa berada di rumah sakit dan ada Nael di sampingnya?Seingat Floryn, ia sedang berada di depan rumahnya. Di sana Floryn tak melihat siapa pun, karena waktu sudah tengah malam.“Ck! Ahh.” Kepala Floryn berdenyut dan ia meringis kesakitan.Tak ingin membuat tubuhnya semakin lemah, Floryn memutuskan untuk segera menyantap hidangan yang ada di hadapannya.Saat Floryn sedang menghabiskan sarapannya. Tiba-tiba saja seseorang membuka pintu kamarnya. Floryn seketika menoleh dan mendapati Gabby, berdiri di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status