Share

2. SAYA DI SINI KORBAN

Author: mayuunice
last update Last Updated: 2025-05-17 21:20:40

Floryn kini sedang berdiri di depan pintu, yang tersemat sebuah tulisan ‘Direktur Legal, Research & Bussines Development, Niskala Corp – Nathanael Hartanto’. Tangannya kini terangkat dan mengepal, hendak mengetuk pintu itu. Namun, dia menjeda sebentar, sedang memberi ruang untuknya menenangkan diri.

Kemarin, setelah melayangkan protes pada pria misterius. Floryn disarankan untuk bertemu dengan atasan pria itu—yang bernama Nathanael—di kantornya. Kemudian, dengan perasaan menggebu Floryn pun datang hari ini.

Tok. Tok. Tok!

Floryn mengetuk pintu tiga kali.

“Masuk!” seru seseorang dari dalam ruangan itu.

Floryn pun masuk ke ruangan tersebut. Sebenarnya dia sudah menunggu pria itu sejak dua jam yang lalu.

Di dalam sana, Floryn mendapati sosok pria mengenakan jas hitam. Dia terlihat sedang membaca sebuah dokumen. Sepertinya pria itu lebih tua beberapa tahun dari Floryn.

“Maaf, saya Floryn, dan saya ingin berbicara dengan Anda,” ucap Floryn memperkenalkan diri.

Pria bernama Nathanael—yang akrab disapa Nael—itu langsung menoleh ke arah Floryn. Tatapannya terkesan dingin, bahkan pria itu sama sekali tidak melemparkan senyum pada Floryn.

“Duduk,” titahnya sambil mengedikkan kepala ke arah sofa.

Segera Floryn duduk di sofa, kedua tangannya itu memegang sebuah amplop cokelat yang kemarin diberikan pria berkemeja hitam. Nael beranjak dari kursi kerjanya, lalu segera menyusul Floryn duduk di sofa.

“Ada apa?” Suara pria itu berat dan menekan, tatapannya pun tajam.

Floryn tiba-tiba merasakkan sesak, atmosfer di ruangan itu serasa menghimpitnya. Untuk beberapa saat lidah Floryn terasa kelu.

“Hei!” seru Nael, yang sedari tadi tak mendapatkan jawaban dari Floryn.

“Hah?” Floryn terkesiap, dia mengedipkan matanya beberapa kali dan menjilat bibirnya yang terasa kering. “I-ini … perjanjian ini.” Mendadak Floryn kehabisan kata-kata.

Ah, Floryn merasa tidak tenang sekarang. Gelombang kecemasan tiba-tiba menghantam dirinya. Aura intimadasi bisa Floryn rasakan, padahal sejak tadi lawan bicaranya itu tidak melakukan hal yang aneh.

Floryn menggeleng, mencoba menepis kegelisahannya. Dia menarik napas dalam, dan mengembuskannya secara perlahan.

“Maaf, saya tidak bisa melakukan perjanjian ini! Karena bagi saya ini tidak adil,” protesnya.

Alis Nael terangkat sebelah. “Tapi itu perjanjian yang dilakukan mendiang ayahmu. Kalau kamu mau protes, proteslah pada ayahmu,” terang Nael.

Deg.

Sebuah hantaman keras seolah memukul dada Floryn.

“Tapi … ayah saya tidak mungkin melakukan perjanjian pernikahan seperti ini!” sanggahnya.

“Apa kamu sudah membacanya dengan baik? Bukankah sudah jelas di sana tertara nama ayahmu, Kevin Winata, lalu beliau menandatangani perjanjian tersebut, kan?”

Mendadak Floryn membeku, dia mengigit bibir dalamnya. Semalaman Floryn membaca dengan saksama perjanjian itu, dan memang itu adalah tanda tangan ayahnya. Namun, Floryn tidak bisa menerima hal ini. Karena Kevin—ayah Floryn—tidak pernah membicarakan ini semasa hidupnya. Apalagi perjanjian ini sudah disepakati satu tahun lalu, beberapa bulan sebelum Kevin meninggal.

“Tapi … ini perjanjian mereka. Saya tidak tahu apa-apa. Dan, ayah saya sudah meninggal!” Floryn masih bersikeras untuk menolak.

Nael berdecak, “Ck! Baca baik-baik perjanjian itu, Floryn! Walau pak Kevin sudah meninggal, tapi pemeran utama dalam perjanjian itu adalah kita. Saya, Natahanel Hartono dan kamu, Floryn Viorentina Winata. Dan, kita harus menikah besok lusa!” tegas Nael.

Floryn menggeleng, dia masih belum bisa menerima kenyatannya ini.

“Nggak! Saya nggak bisa menikah dengan pria yang tidak saya kenal. Kita saja baru bertemu hari ini. Saya menolak menikah dan menolak untuk membayar pinalti. Saya di sini korban!” tegas Floryn.

Nael mendengus lalu dia memalingkan wajahnya sesaat.

“Memangnya kamu saja yang menjadi korban? Saya juga sama! Saya tidak tahu menahu tentang perjanjian ini. Tapi, apa boleh buat, dari pada saya membuang uang 1 miliar dengan percuma. Lebih baik saya melakukan perjanjian ini.”

Tatapan Nael semakin tajam.

“Tapi, kalau kamu menolak, dengan senang hati saya menerima. Hanya saja, kamu yang harus membayar uang 1 miliar itu,” imbuh Nael.

Jujur, Floryn merasa benci pada ayahnya sekarang. Selama 24 tahun dirinya hidup, baru kali ini dia membenci ayahnya. Kenapa ayahnya itu melakukan perjanjian gila ini?

“Atau … mau aku berikan penawaran menarik, agar kamu bisa terhindar dari pinalti?” tanya Nael tiba-tiba.

Floryn mengedipkan matanya, menunjukkan raut wajah penasaran.

“Bagaimana kalau kita buat perjanjian di antara kita. Kita tetap menikah sesuai dengan perjanjian orang tua kita. Tapi, kita membuat perjanjian baru.”

“Maksudmu?” tanya Floryn.

“Pernikahan kontrak, Satu tahun? Mmmh?” Nael menggeleng, “tiga tahun. Sekarang kita menikah agar kita terhindar dari pinalti perjanjian orang tua kita. Tapi, di balik itu, kita juga punya perjanjian pernikahan kontrak. Kita menikah hanya tiga tahun, tanpa melibatkan cinta di dalamnya."

Nael menjeda kalimatnya, dia menarik punggungnya dari sandaran kursi.

"Tenang saja, aku tidak akan menuntut apa pun darimu. Bahkan tentang keturunan. Yang kamu harus lakukan hanya berada di sampingku. Dan, selama kita menikah, aku akan membayar seluruh biaya kebutuhan dan pengobatan ibumu. Bagaimana?”

Mata Floryn membulat, dia terkejut dengan setiap kalimat yang diucapkan Nael.

“Sebentar … kamu tahu kondisi ibu saya?” tanya Floryn.

Dengan cepat Nael mengangguk.

Bulu kuduk Floryn berdiri sekarang. Dia merasa takut bercampur kesal.

“Saya akan beri psikiater terbaik untuk ibumu agar demensianya tidak semakin parah. Tawaran yang menarik, bukan? Bukankah kamu sudah mulai kebingungan untuk mencari biaya pengobatan ibumu?” seloroh Nael.

Mata Floryn membulat. Kenapa Nael bisa tahu tentang penyakit ibunya? Sejauh mana dia mengetahui kondisi Floryn?

Sontak Floryn berdiri. Dia merasa ngeri dengan sosok Nael sekarang. Kemudian dia melemparkan amplop tersebut pada Nael.

“Sekali tidak, tetap tidak! Terima kasih!” tegas Floryn dengan tatapan menyalang. Lalu dia hendak beranjak, tapi sialnya ujung sepatunya itu malah menabrak kaki meja.

Bruk!

Seketika Floryn tersungkur ke depan dan jatuh tepat di pelukan Nael. Matanya membelalak, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Segera Floryn merentangkan tanganya dan menyangga tubuhnya agar sedikit menjauh dari Nael. Namun, tiba-tiba Floryn membeku, saat tanpa sengaja tatapan mereka saling bertemu.

“Pak Nael, berkas untuk rapat nanti sia—”

Mendengar seseorang masuk ke ruangan, sontak membuat Nael mendorong Floryn. Gadis itu pun terkesiap, dia langsung berdiri dan berbalik. Di belakangnya kini sedang berdiri seorang pria paruh baya dengan mulut yang sedikit menganga.

“Floryn?” ucap pria itu sedikit terkejut. Mata pria itu melirik pada Floryn dan Nael secara bergantian. Kemudian dia tersenyum lebar dengan mata menyipit.

“Ah, rupanya kalian sudah tidak sabar, ya? Padahal tinggal dua hari lagi kalian menikah. Atau pernikahannya mau saya percepat jadi besok?”

BERSAMBUNG ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   14. CALON PRESDIR

    “Floryn, tunggu!” seru Nael, ketika Floryn menepis tanggannya dan pergi. Ia beranjak, mengikuti Floryn. Namun, istrinya sudah masuk ke dalam kamar Viona dan menguncinya.“Flo? Buka sebentar,” pinta Nael, dengan suara yang pelan.Sayang, tak ada jawaban dari dalam. Nael masih mematung di tempat, tangisan Floryn membuat Nael sedikit terusik. Ini adalah pertama kali, dia melihat Floryn sekacau itu.Akhirnya Nael berbalik, menuju lantai bawah. Tujuannya adalah bertemu dengan Ida. Setelah mendapati orang yang dicarinya, Nael membawa Ida ke halaman belakang.“Floryn kenapa, Bu?” tanya Nael.Ida tak langsung menjawab, ia menatap mata Nael dalam.“Jawab aja, Bu! Floryn kenapa? Tadi aku lihat dia menangis, dan … rambutnya, kenapa berantakan seperti itu?”Saat di kamar, Nael melihat, bahwa rambut bagian kiri Floryn sedikit lebih pendek dari sebelahnya.Ida menghela napas kasar. “Floryn berantem sama Non Gabby,” ucap Ida.Nael memiringkan kepalanya, dan menautkan kedua alisnya. Menuntut Ida untu

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   13. ORANG GILA

    “Ibu!” seru Floryn, yang mendapati ibunya duduk di lantai dengan kursi roda yang terguling ke sampingDi sana Viona tidak sendirian, ada Gabby yang berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dada. Di dekatnya, berdiri dua orang tamu yang tampak kikuk dan bingung.Segera Floryn berlari, berjongkok dan memastikan kondisi ibunya.“Eh, anak parasit! Kalau punya orang tua dijaga, dong! Sumpah bikin malu tahu nggak?” hardik Gabby dengan tatapan jijik.Namun, Floryn tak menanggapi ocehan Gabby. Dia sibuk memastikan kondisi ibunya.“Ibu, nggak papa, kan? Apa ada yang sakit?” panik Floryn. Ia menggenggam tangan Viona yang gemetar dan pupil mata Viona pun tak luput dari getaran yang sama.“Kevin! Jangan tinggalkan aku. Aku mohon, aku tidak bisa hidup tanpamu, Kevin!” jerit Viona.Floryn membeku di tempat, tangannya masih menggenggam sang ibu. Jeritan itu seolah memantul di dinding memori. Viona berteriak, memanggil nama suaminya dengan suara yang sangat pilu, sama seperti satu tahun yang lalu.

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   12. BINTANG

    Aroma woody samar tercium di kamar Nael. Pria itu sudah berpenampilan rapi dengan kaus polonya, bersiap untuk menghabiskan waktu libur bersama temannya. Hari ini, Nael memiliki janji untuk bermain golf, sebuah pelarian dari segala pikiran yang berkecamuk akhir-akhir ini.Saat dirinya hendak meraih handle pintu, mata Nael tertuju pada sebuah kotak kecil yang terletak di atas nakas. Dirinya ingat, semalam Floryn meninggalkan benda ini, katanya ini pemberian dari ibu mertuanya. Dengan penasaran, Nael pun meraih kotak tersebut dan membukanya.“Sapu tangan?” gumamnya, ketika mendapati sebuah sapu tangan berwarna putih dengan sebuah jahitan bergambar bintang jatuh.Nael mengeluarkan sapu tangan itu dari kotaknya. Kemudian dia mendapati sebuah kertas kecil dari dalam, yang bertuliskan;‘Jangan biarkan cahaya bintang itu redup. Bertahanlah!’Kalimat itu seperti gema di benaknya, indah namun samar. Nael mengerutkan kening. Apa maksud semua ini? Bukankah Viona mengidap penyakit demensia? Kenapa

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   11. JANGAN BERHARAP BANYAK PADAKU

    Kepala Floryn berdenyut. Perkataan Nael di telepon bersama dengan seseorang, terus berdengung di telinganya. Saat makan malam, Floryn merasa tersiksa, karena sandiwara Nael yang dilakukan di depan kakeknya.Bualan demi bualan, dilontarkan dari mulut busuk Nael. Demi menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yang berbahagia. Ingin rasanya Floryn menampar suaminya, tapi dia mengingat janjinya.“Floryn?” panggil Viona.Seketika Floryn tersentak, dia tersadar dari lamunannya. Kemudian memusatkan perhatian pada sang ibu.“Kenapa, Bu?” tanya Floryn.Viona memegang sebuah kotak berwarna hitam. “Berikan ini pada Nael,” ucapnya sambil menyodorkan kotak tersebut.Pupil Floryn membulat, mulutnya sedikit menganga. Floryn membeku, bahkan napasnya ini terasa melambat.“Ayo, ambil,” pinta Viona.Floryn menggeleng, lalu tangannya terulur, menyambut pemberian Viona.“Sebentar … Ibu ingat Nael?” tanya Floryn, yang masih tidak menyangka dengan apa yang didengarnya.Selama mereka tinggal di sini, Viona ti

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   10. BERJANJILAH UNTUK TETAP BERSAMAKU

    Malam itu entah kenapa terasa sangat dingin sekali. Floryn memeluk tubuh Viona, mencari kehangatan di dalam dekapannya.“Kamu seperti bayi, Flo,” cetus Viona.Floryn membenamkan wajahnya di dekapan Viona. “Bukankah aku memang bayi Ibu?” timpal Floryn. Dia enggan menunjukkan air matanya di depan Viona.Mendapati fakta ibunya mengalami penyakit komplikasi, membuat kekhawatiran Floryn semakin menjadi. Pertanyaan-pertanyaan bernada negatif terus berputar di otaknya. Bagaimana jika ibunya ikut pergi dan memilih bersama dengan ayahnya?“Iya, kamu memang bayi Ibu, Flo. Tapi, kenapa kamu selalu memilih untuk dipeluk oleh ayahmu?” cetus Viona.Floryn tak menajawab, dia semakin erat memeluk Viona. Saat kecil, Floryn memang lebih dekat dengan Kevin. Dia benar-benar menyayangi ayahnya, dan selalu merasa cemburu jika ayahnya dekat dengan sang ibu. Seolah ibu dan anak itu saling bersaing untuk mendapatkan perhatian Kevin.“Apa karena ayahmu sudah tidak ada, jadi sekarang kamu bersandar pada Ibu? Ib

  • Pernikahan 1 Miliar dengan Direktur Dingin   9. HUKUMAN

    Mata Floryn sembab, dia baru saja menangis. Meluapkan emosi yang dia rasakan. Begitu kejamnya mulut Grace dan perlakuan buruk Gabby terhadap Floryn. Tidak hanya itu, bisa-bisanya Nael diam saat istrinya diperlakukan buruk seperti tadi.Setelah tenang, Floryn kembali ke kamar. Namun, tujuannya hanya untuk mengambil gawai miliknya.“Dari mana saja kamu?” tanya Nael, saat mendapati Floryn baru saja masuk ke dalam kamarnya.Sayangnya, Floryn tidak menggubris pertanyaan Nael. Dia langsung mengambil gawai yang di simpan di atas nakas. Kemudian dia berjalan, hendak keluar dari kamar.“Mau ke mana?” tanya Nael lagi.Langkah Floryn terhenti, dia menoleh. “Aku tidur di kamar Ibu,” jawabnya.“Aku tidak izinkan! Lagi pula ada bi Ida di sana menjaga bu Viona.”“Bi Ida akan tidur di kamarnya. Mulai sekarang aku akan tidur bersama ibu,” kata Floryn, yang tidak mengindahkan ucapan suaminya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status